Part 8

Saat hendak keluar dari restoran, tidak sengaja dia melihat pelayan yang tadi sempat dibentak dan dimarahi olehnya. Karena merasa bersalah, dia memutuskan untuk menghampiri pelayan itu dan mengajaknya berbicara di luar restoran.

Wanita itu ingin meminta maaf atas perlakuannya, yang sedikit keterlaluan. Entahlah, Alesya akan sangat emosi, kalau menyangkut yang namanya keteledoran. Hal itu seakan mengingatkannya pada Max.

‘’Tidak apa-apa, semuanya memang salah saya. Saya yang tidak hati-hati dan malah mengotori pakaian mbak. Sekali lagi maafkan saya atas kelalaian tadi.’’ Pelayan itu malah kembali meminta maaf dan sama sekali tidak menyalahkan atau marah akan sikap Alesya padanya.

‘’Bagaimana?’’ tanya Chloe saat Alesya tiba di samping mobil. Tadi, Alesya menyuruh Chloe untuk membayar makanan mereka dan setelah membayar, dia langsung menyuruh Chloe dan John untuk menunggunya di parkiran.

‘’Kepo!’’ Lalu Alesya menyingkirkan tubuh Chloe dan langsung masuk ke mobil. Tidak lama, dia sudah menurunkan kaca mobilnya. ‘’Kamu beneran mau dijemput sama si parasit?’’ tanyanya dengan nada datar.

‘’Al, dia pacar aku loh, nggak baik bilang gitu.’’

Alesya tidak mendengar, dia malah langsung menaikan kaca mobilnya lagi, lalu menyuruh John untuk menjalankan mobil dan membiarkan Chloe yang masih berdiri diam di parkiran. Dia tidak mau menunggu dan akhirnya malah akan bertemu dengan pria tidak berguna yang adalah kekasih dari Chloe sahabatnya.

Oh ya John, tadi di restoran kamu lihat kak Aruna nggak? Apa si Chloe salah lihat ya?’’ Alesya bertanya pada John, tetapi wajahnya tidak melihat ke arah pria muda itu dan malah melihat ke arah ipad yang kini sudah menampilkan beberapa desain buatannya.

‘’Nggak non, saya sama sekali nggak melihat non Aruna.’’ John berbohong. Sebenarnya dia melihat Aruna tadi, tetapi wanita yang merupakan kakak dari Alesya itu malah melotot padanya, seolah tidak ingin Alesya mengetahui dia berada di restoran itu juga.

''Si Chloe, matanya sudah mulai bermasalah deh kayaknya.’’ Alesya tersenyum kecil saat mengatakan ucapan berisi gurauan untuk sahabat tercintanya itu.

Tidak sampai 30 menit, mobilnya sudah tiba di Alcorp. Alesya turun, dan menyuruh John pulang. Wanita itu akan menghubungi John nanti, saat akan pulang.

*****

Tok tok tok tok

Alesya di kagetkan oleh ketukan pintu. ‘’Ada apa?’’ tanyanya begitu membalik badannya.

Nadia yang ditanya pun melangkah maju menghampiri Alesya. ‘’Maaf mbak ada yang ingin saya tanyakan.’’ Lalu Nadia memberikan beberapa contoh kain pada Alesya. Alesya pun mengambil dan menelisik semua contoh kain.

‘’Semua kain ini tersedia banyak ‘kan?’’ tanyanya memastikan, tangan dan matanya masih sibuk menelisik contoh kain.

‘’Iya mbak, semua stok aman.’’

‘’Oke kalau begitu pakai kain nomor dua saja.’’ Alesya memutuskan untuk menggunakan Kain twistcone, untuk desain terbaru mereka nanti.

Hampir jam 7 malam, Alesya masih asyik dengan pekerjaannya. Dering ponsel yang tiba-tiba berbunyi, barulah membuatnya kaget dan menghentikan pekerjaannya.

''Astaga udah jam segini?'' liriknya pada jam tangan dipergelangan tangannya dan buru-buru mengambil ponsel yang masih berada di dalam tas mewahnya.

‘’Iya ma, Al masih di kantor, sebentar lagi pulang,’’ jawabnya lalu mengakhiri panggilan telepon yang ternyata dari mamanya. Setelahnya, dia langsung menelpon John dan menyuruhnya menunggu di depan gedung kantor.

*****

‘’Langsung pulang non?’’ John menyambut kedatangan Alesya dengan sebuah pertanyaan. Alesya hanya mengangguk untuk mengiyakan, lalu membuang pandangannya ke arah luar untuk menikmati indahnya pemandangan malam.

‘’Indahnya … apa kau melihat pemandangan ini juga dari atas sana?’’ gumamnya dalam hati, dia kembali mengingat Max.

Beginilah Alesya, wanita itu selalu ingin berbagi dengan Max. Setiap pemandangan indah, makanan enak, tempat yang baru didatangi sampai barang bagus dan unik, dia ingin berbagi semua itu dengan Max.

Walaupun Max tidak lagi di sampingnya, tetapi Alesya percaya, kalau Max pasti bisa melihat dari atas sana. Entahlah, dia benar-benar mempercayai hal itu atau terpaksa percaya, untuk menenangkan hatinya.

*****

‘’Kamu kenapa baru pulang jam segini?’’ Sambut mama Risa dengan nada paniknya, sedangkan Alesya hanya menanggapinya dengan santai. Bukankah sudah biasa baginya pulang malam?

‘’Lebay banget sih ma, belum juga jam 10,’’ sela Aruna yang baru saja masuk ke rumah, wanita itu juga baru pulang. Aruna langsung melangkah menuju kamarnya, tanpa menegur papanya ataupun Alesya yang tengah menatap padanya.

‘’Al langsung ke kamar ya ma,’’ ucap Alesya mencium singkat pipi mamanya, lalu dengan setengah teriak pada papanya yang sedang duduk santai di ruang keluarga. ‘’Pa, Al langsung ke kamar ya.’’ Lalu dia meneruskan langkahnya.

Begitu membuka pintu kamarnya, matanya langsung tertuju ke atas nakas, dia buru-buru menghampiri bingkai foto Max.

‘’Aku pulang bae ….’’ Menyapa sambil mengelus pelan bingkai foto Max. Kemudian membawa bingkai foto itu dan melangkah menuju Karl Sofa yang berada di samping jendela kamar.

Ditemani rintik hujan, Alesya mulai menceritakan apa yang terjadi padanya selama seharian ini. Dia menceritakan semuanya dengan detail, kecuali saat dia pingsan tadi pagi. Alesya hanya tidak mau membagi hal yang tidak menyenangkan. Wanita itu terus bercerita, sampai dia tertidur. Alesya emang memiliki kebiasaan untuk menceritakan kesehariannya pada bingkai foto sang kekasih hati.

*****

‘’Hoam.’’ Alesya menguap sambil merentangkan kedua tangannya dan membuka mata dengan perlahan. Sejenak mengumpulkan kesadarannya, dia lekas bangun lalu melakukan beberapa gerakan untuk melemaskan sendi dan otot yang terasa kaku. Mulai dari gerakan neck roll, shoulder roll dan Behind-head Tricep Stretch. Melakukan peregangan badan setelah bangun tidur hampir tidak pernah dilewatkannya, gerakan-gerakan kecil itu membuatnya bersemangat, tubuhnya juga menjadi lebih segar.

‘’Good morning.’’ Matanya beralih pada sebingkai foto yang tergeletak di Karl Sofa yang semalam digunakannya untuk tidur. Dia tersenyum lalu mengambil bingkai foto itu dan menciumnya singkat.

Setelahnya, dia meletakan kembali bingkai foto itu di sofa dan membawa langkahnya menuju balkon, untuk menghirup segarnya udara pagi.

‘’ I love you so much.’’ Ditatapnya langit dengan bibir yang melengkung sempurna, wajah Max seolah terukir dilangit dan Alesya sangat senang melihatnya.

‘’Kau tau, setiap kali aku menatap langit, aku berharap kau kembali. Perasaanku masih sama, aku hanya mencintaimu bahkan setelah bertahun kulewati tanpa kehadiranmu. Kuharap kau tidak bosan menungguku disana.’’ Beberapa menit dihabiskannya untuk menatap langit sebelum memutuskan kembali masuk ke kamar untuk bersiap-siap berangkat ke kantor.

*****

Langkah Alesya yang sedang menuruni anak tangga terhenti, saat matanya menangkap sosok tidak asing di meja makan. Pria itu sedang tersenyum lebar padanya, Alesya hanya membalasnya dengan wajah datar.

‘’Al mau kemana sayang? Sarapan dulu,’’ teriak mamanya saat Alesya melewati meja makan dan malah keluar dari rumah.

‘’Anak itu benar-benar ….’’ Mama Risa ingin menyusul. Namun, tangannya sudah lebih dulu di tahan oleh papa Radit.

‘’Kau membuat putriku tidak tenang di rumahnya sendiri,’’ bisik papa Radit menyudahi sarapannya.

Bersambung .....

Cinta tak akan bisa dipaksakan, siapapun yang datang, kalau hatiku bilang tidak, apapun yang dia lakukan tidak akan terlihat dimataku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!