Part 5

Bruk

Seorang pelayan tidak sengaja menabrak Alesya dan membuat pakaiannya basah dan kotor. Jus buah naga yang dipegang pelayan itu jatuh ke pakaian Alesya yang sialnya berwarna putih. Apa begini cara penyambutan di restoran ini, dia baru satu langkah dari pintu masuk dan sekarang sudah disambut dengan tidak menyenangkan?

‘’Al, non Alesya!’’ Cepat-cepat Chloe dan John menarik tangan Alesya.

Alesya yang sudah lebih dulu kesal, langsung menyingkirkan Chloe dan John, lalu dia mengangkat tangannya, agar tidak ada yang ikut campur dengan urusannya. Entahlah, moodnya benar-benar sangat buruk sekarang, dia bahkan bisa sangat marah untuk masalah sepele yang seharusnya tidak perlu terlalu dipermasalahkan.

Rasa laparnya hilang seketika digantikan dengan perasaan kesalnya. Alesya memperhatikan pakaiannya yang kotor terlebih dulu sebelum melayangkan tatapan tajamnya pada pelayan yang kini berulang kali mengucapkan kata maaf.

‘’Apa maafmu bisa membuat pakaianku bersih lagi!?’’ bentak Alesya yang tidak peduli dengan perasaan bersalah pelayan itu. Dia benar-benar risih dengan jus yang menempel di kulit mulusnya.

Alesya benar-benar tidak suka orang yang teledor karena menurutnya keteledoran hanya akan membuat orang lain rugi, dan kini dirinyalah yang menjadi korban dari keteledoran orang lain. Menyebalkan bukan?

‘’Al sudahlah, kasihan, dia tidak sengaja.’’ Chloe berusaha menenangkan, tapi malah mendapat pelototan dari Alesya. Mana mau Alesya memaafkan saat dirinya dirugikan.

‘’Lalu aku harus memaafkannya begitu saja!? Kau tidak lihat bagaimana penampilanku sekarang?’’ Alesya menunjuk pakaiannya yang kotor dengan ekspresi geramnya, lalu kembali melihat pelayan itu dengan tatapan tajamnya, penuh kekesalan.

Dari jarak yang tidak terlalu jauh. ‘’Sayang, itu bukannya Alesya adikmu?’’ tunjuk pria yang datang bersama Aruna, sedangkan aruna hanya melirik sekilas, lalu membiarkannya. Wanita itu nampak cuek dan tidak peduli.

‘’Memang apa urusannya denganku?’’ jawabnya.

‘’Hei aku sedang berbicara denganmu bukan dengan lantai!’’ Alesya semakin kesal, lalu mendekat dan dengan sedikit kasar, jari telunjuknya mengangkat dagu pelayan yang sepertinya sedang menahan tangis. Alesya tidak peduli, air mata tidak akan membersihkan pakaiannya bukan?

‘’Bukankah dia sudah meminta maaf padamu?’’ Terdengar suara bass seorang pria yang berjalan mendekat dan berdiri di samping pelayan itu, lalu menarik tubuh pelayan itu sedikit menjauh dari Alesya yang sepertinya sudah siap memakan orang. Alesya terlihat sedikit mengerikan sekarang, mode monsternya sedang on.

‘’Itu ‘kan?’’ ucap John pelan.

‘’Kau mengenalnya?’’ tanya Chloe. John pun menggeleng karena nyatanya dia memang tidak benar-benar mengenal pria itu.

‘’Apa urusannya denganmu!?’’ Alesya semakin kesal saja dengan ulah pria sok keren di depannya itu. Lalu Alesya melangkah, mendekatkan wajahnya dan melayangkan tatapan tajamnya, seakan memberitahu dia akan menghancurkan pria itu jika berani ikut campur.

Bukannya takut, pria itu malah menceramahi Alesya dengan wajahnya yang nampak santai, sama sekali tidak terintimidasi oleh tatapan menakutkan Alesya. ‘’Dia sudah minta maaf, apa itu tidak cukup untukmu?’’

Alesya semakin kesal saja dengan ucapan sok bijak pria menyebalkan di depannya, lalu matanya menelisik penampilan sang pria. Dari pakaiannya, Alesya yakin pria itu adalah chef di restoran yang mereka datangi itu.

‘’Ada apa dengannya, kenapa jadi menakutkan sekali?’’ bisik Chloe pada John. John hanya mengangkat pundaknya tanda tidak tahu. Keduanya masih setia melihat perdebatan Alesya.

‘’Ck chef disini nggak ada kerjaan ya, kenapa sukanya malah mencampuri urusan orang lain?’’ sindir Alesya dengan wajah tidak sukanya pada pria yang menurutnya ingin menjadi pahlawan kesiangan itu.

’Al sudah dong, katanya kamu lapar.’’ Chloe menarik tangan Alesya karena sahabatnya itu sudah menjadi pusat perhatian setiap pasang mata pengunjung restoran.

Alesya tidak peduli pada setiap mata yang kini memandangnya, rasa kesalnya sudah menjelajah jauh hingga pikiran tidak bisa lagi berpikir dan hanya emosi yang menguasai disana.

‘’Kau pikir aku bisa makan dalam keadaan seperti ini!?’’ geram Alesya yang mulai kesal juga pada Chloe. Sejak tadi sahabatnya itu terus dan terus saja menyuruhnya menyudahi, seakan tidak mengerti dengan kemarahan yang tengah melanda nya.

Tiba-tiba saja, tangan Alesya ditarik oleh pria yang tadi ikut campur akan masalahnya. Pria itu membawa Alesya ke ruangannya tanpa peduli amukan dan makian yang dilontarkan Alesya.

‘’Mereka saling mengenal?’’ gumam Aruna dalam hati. Wanita itu mengepal kuat jari tangannya, dia tidak suka, saat pria yang diincarnya malah dekat dengan Alesya, adiknya.

*****

Alesya menatap pria di depannya dengan wajah yang sudah memerah menahan marah, kini keduanya sudah berada di sebuah ruangan yang bisa dibilang tidak luas, tetapi tidak juga sempit. Pria itu juga cepat-cepat melepaskan genggaman tangannya dari Alesya lalu berdehem kecil untuk sedikit menghilangkan kecanggungan.

‘’Jangan menatapku seperti itu, aku hanya ingin membantumu dan lagian tidak baik untuk seorang wanita meluapkan kekesalannya di depan umum seperti itu. Nanti orang-orang akan berpikir buruk tentang sikapmu, dan aku tidak menyukai hal itu.’’ Pria itu berucap sambil melangkah menuju satu lemari kecil yang ada di ruangan itu, dia membukanya dan seperti tengah mencari sesuatu.

Sedangkan Alesya masih dengan emosinya yang memuncak, kekesalannya tidak berkurang sedikitpun bahkan setelah mendengar alasan pria yang tadi membawanya. Masih dengan perasaan kesalnya, Alesya melangkah ingin keluar dari ruangan. Namun, tangannya sudah lebih dulu ditahan.

‘’Pakailah dan setelah itu jangan membuat keributan lagi.’’ Satu kemeja berwarna hijau dengan motif kotak-kotak diberikan pria itu pada Alesya.

Alesya menaikan keningnya mendengar ucapan sang pria yang menurut dia sangat menyudutkan dirinya, membuat keributan?

Alesya lalu tertawa sinis, dia tidak mengambil kemeja yang disodorkan padanya dan malah melangkah mendekat dengan tatapan tajamnya, kekesalannya semakin bertambah dengan ucapan tidak berdasar dan tidak menyenangkan yang tadi diucapkan pria tukang ikut campur itu.

‘’Apa katamu tadi, keributan? Ck kau pikir aku tidak punya kerjaan sampai harus membuat keributan!? Hei dengarya, aku tidak akan bertingkah seperti ini kalau pelayanmu itu tidak membuatku kesal duluan dan kau sebagai atasannya, bukankah kau berhutang permohonan maaf padaku?’’ Alesya berucap dengan telunjuknya yang terus menunjuk dada kanan sang pria.

‘’Baiklah, itu tanggung jawabku dan aku benar-benar minta maaf atas kejadian tidak menyenangkan yang kau alami tadi, sekali lagi aku minta maaf.’’

Alesya malah heran sendiri, segampang itukah meminta maaf untuk kesalahan orang lain?

‘’Ada apalagi? Apa kau belum puas dengan permintaan maafku, apa kau ingin aku bersujud juga?’’

Alesya hanya bisa berdecak mendengar ucapan itu, dia tahu kalau si pria sedang menyindirnya.

Kemudian pria itu kembali memberikan kemeja yang sejak tadi dipegangnya pada Alesya, Alesya masih berdiri diam dengan tatapan datarnya. Dia masih kesal.

Bersambung ....

Kamu yang dulu begitu menggemaskan, kenapa berubah menjadi sangat menyebalkan?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!