Part 19

‘’Memangnya mau apalagi? Aku ini bukan orang yang merepotkan, aku hanya ingin masuk dan membantumu membuat sarapan. Memangnya kau pikir apa yang mau aku lakukan, merampok?’’ ucapnya dan kembali meneruskan langkahnya. Bukan menuju dapur, tetapi menuju sofa yang ada di ruang tamu apartemen itu.

‘’Cepat cuci wajahmu, aku sudah lapar!’’ ucapnya penuh perintah. Devan tidak mengatakan apa-apa, pria itu langsung melangkah menuju bathroom, terlebih dulu membuang tatapan datar, saat melewati sofa tempat Alesya duduk dengan berpangku kaki.

Alesya nampak cuek, sama sekali tidak peduli dengan tatapan Devan padanya. Dia malah dengan santainya mengambil remot dan menyalakan televisi.

‘’Kenapa Devan?’’ tanyanya penuh penekanan karena Devan tidak lagi meneruskan langkah menuju bathroom dan malah memperhatikannya.

‘’Katanya kau ingin membantu?’’

‘’Hhmm, tapi kau saja belum mencuci wajahmu,’’ jawabnya dengan nada santai, tanpa melihat ke arah Devan dan hanya fokus pada layar tv.

Devan berdecak kecil, lalu meneruskan langkahnya menuju Bathroom.

Tidak sampai 5 menit, pria itu sudah kembali keluar dari bathroom dan langsung melangkah menuju dapur.

‘’Katanya kau ingin membantuku?’’ teriaknya saat Alesya masih belum beranjak dari depan tv, sedangkan dirinya sudah di dapur.

Mendapat teriakan dari Devan, cepat-cepat Alesya beranjak. Wanita itu tidak mematikan tv dan tetap membiarkannya menyala.

‘’Katanya kau ingin membantu, kenapa malah berdiri diam seperti itu?’’ tanya Devan saat Alesya hanya berdiri di sampingnya. Wanita itu sudah seperti atasan yang sedang mengawasi pekerjaan bawahan.

‘’Ya ampun Devan, membantu itu, tidak harus dengan aku turun tangan langsung. Berdiri seperti ini saja sudah bisa dikatakan membantu.’’

‘’Apanya yang membantu, jelas-jelas kau hanya melihatku. Sebenarnya kau tau tidak sih, arti membantu itu apa?’’

‘’Kau pikir aku bodoh? Coba kutanya, bagaimana caranya membantu orang yang sedih? Dengan menghibur atau mendengar curhatnya ‘kan? Sama seperti sekarang, aku berdiri disini, menemaimu membuat sarapan, itu sudah masuk dalam kategori membantu, Bas.’’

Devan hanya menghela lalu membuang nafasnya kasar. Pria itu tidak lagi membalas ucapan Alesya dan kembali fokus membuat sarapan. Baginya apa yang diucapkan Alesya tadi adalah omongan paling aneh dan paling tidak masuk akal yang pernah masuk dalam indera pendengarannya.

Tidak sampai 30 menit, nasi goreng seafood ala chef Devan sudah tersaji diatas meja makan. Keduanya mulai makan, dengan Alesya yang beberapa kali melontarkan pujian akan rasa nasi goreng itu.

*****

‘’Terimakasih,’’ Alesya berucap sambil mengusap perut datarnya.

‘’Kau bisa mengucapkan terimakasih juga?’’ sindir Devan, pria itu mengingat dengan jelas kalau Alesya paling anti mengucapkan terimakasih, bahkan setelah ditolong.

‘’Kau pikir aku apa?’’

‘’Dulu kau tidak pernah mau mengucapkan terimakasih padaku.’’

‘’Dulu kapan? Kita bahkan belum lama saling kenal dan cara bicaramu seperti kita sudah kenal lama saja. Ck saat itu aku sedang kesal padamu, jadi malas saja untuk berterimakasih.’’

‘’Mana bisa seperti itu?’’

‘’Suka-suka aku dong, lagian mulut ini mulutku, jadi kenapa malah kau yang mengatur?’’ Alesya lalu berdiri dari duduknya. Wanita itu ingin kembali ke unit apartemennya, tetapi sebelum keluar, dia kembali memutar tubuhnya menghadap Devan. ‘’Sekali lagi terimakasih atas sarapannya dan juga tolong cucikan piring kotornya ya,’’ ucapnya dan kembali melanjutkan langkahnya, sedangkan Devan hanya bisa duduk diam sambil mengusap dadanya.

Setelah mendengar suara pintu yang tertutup, barulah pria itu berdiri dan membawa piring kotor bekas makannya dan Alesya, ke tempat cuci piring, lalu mencucinya.

Hari mulai sore, Alesya mulai berdandan untuk ke reuni nanti. Tadinya dia tidak ingin pergi, tetapi Chloe terus dan terus saja memaksanya. Jadi, mau tidak mau dia mengiyakan untuk datang.

2 jam kemudian, Alesya kembali mendapat panggilan telepon dari Chloe. Sahabatnya itu memberitahu kalau sudah berada di lobby apartemen Alesya. Bukan Alesya yang memintanya, tetapi wanita itu sendiri yang memaksa ingin menjemput Alesya.

‘’Kenapa nggak bilang kalau reuninya di restoran ini?’’ tanyanya. Alesya berdiri memperhatikan restoran di depannya, restoran yang akan menjadi tempat reuni bersama-sama teman SMA nya. Restoran itu adalah restoran dari pria yang tadi pagi sempat dibuat kesal olehnya, siapa lagi kalau bukan Devan.

‘’Kamu kan nggak nanya Al, lagian siapa suruh nggak buka grup Whatsapp.’’ Chloe lalu menarik tangan Alesya menuju pintu masuk restoran.

‘’Hay Tas,’’ teriak Chloe menyapa satu temannya yang kebetulan baru akan masuk ke restoran.

‘’Al, Chloe,’’ sapa wanita yang dipanggil Tas itu. Ketiganya melakukan cipika cipiki sebelum benar-benar masuk ke dalam restoran.

‘’Al, itu bukannya kak Reza?’’ tunjuk Chloe saat tidak sengaja melihat Reza sedang berbincang serius bersama 2 pria paruh baya.

‘’Nggak usah ditunjuk kali Chloe,’’ jawab Alesya. Mereka pun meneruskan langkah, menuju meja yang sudah di pesan untuk reuni itu. Alesya beberapa kali melirik ke kanan dan kiri, beberapa kali juga dia melihat ke arah dapur terbuka restoran itu, tetapi tidak ada sosok Devan disana.

‘’Kemana pria itu, apa dia libur atau bagaimana?’’ pikir Alesya bertanya-tanya.

‘’Kenapa Al, nyari siapa?’’ tanya Chloe karena melihat Alesya yang terus menerus melihat ke berbagai arah, seperti tengah mencari sesuatu atau mungkin seseorang.

‘’Ini kenapa orang-orang belum pada datang Sa, kamu nggak berinisiatif untuk datang lebih cepat ‘kan?’’ Alesya mengalihkan pembicaraan.

‘’Kamu nggak lihat tuh,’’ Dengan kepalanya, Chloe menunjuk 5 orang yang juga duduk di meja itu. ‘’Memangnya aku nggak punya kerjaan sampai harus datang lebih awal hanya untuk sebuah reuni?’’

‘’Santai sist, nggak usah pake urat.’’ Alesya malah meledek, saat melihat wajah manyun Chloe. Saat sedang menertawakan Chloe, tidak sengaja matanya menangkap sosok Devan yang baru memasuki dapur. Entah dari mana pria itu.

Devan juga sama, pria itu tidak sengaja melihat ke arah Alesya dan terjadilah acara tatap-tatapan, tetapi hanya beberapa detik, karena Alesya langsung membuang pandangannya, untuk menyambut beberapa teman yang baru datang.

‘’Kamu ngeliatin cewek itu lagi Bas?’’ tanya Hanna, chef cantik yang sudah lama menyukai Devan, tetapi sama sekali tidak direspon oleh pria itu.

‘’Bukan urusanmu!’’ ketus Devan lalu meninggalkan Hanna dan mulai melakukan pekerjaannya, sedangkan Hanna, wanita itu masih memandang tidak suka pada Alesya.

‘’Makin cantik aja Al,’’ puji satu pria pada Alesya.

Alesya tidak mengucapkan apapun, dia hanya mengangguk kecil sambil tersenyum pada pria yang baru saja melontarkan pujian itu.

‘’Percuma saja cantik, kalau gandengan aja nggak punya,’’ sindir seseorang dengan tatapan tidak sukanya. Wanita itu adalah Nindy. Dia juga seorang designer, tetapi sayang, di dunia designer namanya tidak sebesar Alesya dan tidak banyak juga orang yang mengenal namanya.

‘’Udah tua ya sampai perlu gandengan segala? Kenapa, jalan sendiri udah nggak sanggup lagi?’’ Bukan Alesya yang menjawab, tetapi Chloe. Ucapannya itu mampu membuat beberapa orang tertawa, sedangkan Nindy tentunya marah dengan ucapan itu.

‘’Kamu bodoh apa gimana, maksudnya gandengan itu adalah pasangan,’’ timpal seorang wanita lagi. Sepertinya wanita itu juga tidak menyukai Alesya.

‘’Emang benar kamu nggak punya pasangan Al?’’ tanya Chloe pada Alesya, membuat beberapa orang mengerutkan kening, termasuk Alesya. Bukannya apa, mereka sangat tahu bagaimana dekatnya Chloe dan Alesya jadi, tidak mungkin wanita itu tidak tahu tentang Alesya memiliki pasangan atau tidak. Nindy dan beberapa orang yang tidak menyukai Alesya hanya tersenyum remeh mendengar pertanyaan itu.

Alesya pun tidak mengangguk atau mengucapkan apapun, dia hanya menatap Chloe dengan ujung matanya.

‘’Memangnya kamu punya pasangan Nin?’’ tanya Chloe lagi, membuat Nindy sedikit kelabakan. Pasalnya, dia juga tidak memiliki kekasih.

‘’Ten - tentu saja aku punya. Wanita secantik aku nggak mungkin nggak punya pasangan dong. Diluaran sana, begitu banyak pria yang mengantri untuk menjadi kekasihku’’

Beberapa orang tersenyum mengiyakan jawaban Nindy, sedangkan Chloe hanya mengangguk kecil. ‘’Itulah jawabannya. Kau saja disukai banyak pria, lalu apa kabar dengan sahabatku yang cantik ini?’’ Chloe sedikit mencolek dagu Alesya. ‘’Alesya masih sendiri, bukan karena tidak laku, tetapi dia memilih untuk fokus pada apa yang diinginkannya. Tidak seperti beberapa orang yang terus menerus mengejar pria,’’ sindir Chloe. Entah untuk siapa sindiran itu, hanya untuk yang merasa saja.

‘’Sudah, jangan berdebat lagi. Kita disini untuk reuni, bukan untuk saling menjatuhkan. Masalah pasangan, itu urusan masing-masing,’’ ucap seorang pria menyudahi perdebatan itu. Kalau diteruskan, takutnya malah akan menghancurkan acara reuni mereka.

Tiba-tiba saja Alesya berdiri. ‘’Mau kemana?’’ tanya Chloe menahan pergelangan tangan Alesya. Peserta reuni lainnya juga ikut menatap Alesya.’’

‘’Toilet.’’

Chloe pun berdiri dan mengikuti Alesya. Bukan untuk mengekori karena dia memang ingin buang air kecil. Di dalam toilet, Chloe terus mengoceh tentang ucapan dan sikap Nindy yang menurutnya tidak ada sopan santun, sedangkan Alesya hanya meliriknya sambil tersenyum.

Bersambung .....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!