‘’Ha - halo nyonya, non Alesya menangis nyonya.’’ Bingung harus melakukan apa, John memutuskan untuk menelpon mama Risa dan memberitahu tentang keadaan Alesya yang masih menangis histeris.
‘’Menangis? Memangnya apa yang terjadi, kenapa kau membuat putriku menangis?’’ Mama Risa menjawab dengan santai, pikirnya John sedang bercanda, dia tau siapa Alesya dan sangat tidak mungkin putrinya itu menangis karena John.
Tiba-tiba saja Alesya pingsan, John pun semakin panik dibuatnya.
‘’Ny - nyonya non Alesya pingsan!’’
‘’Ha pingsan? Kamu apakan putri saya John, kenapa bisa sampai pingsan?’’ teriak mama Risa, John hampir saja menjatuhkan ponselnya, karena teriakan yang sedikit menyakitkan indera pendengarannya itu.
‘’It - itu nyonya, tadi non Alesya menangis karena mendengar berita kecelakaan.’’
‘’What!?’’
‘’Iya nyonya, terus apa yang harus saya lakukan nyonya?’’
‘’John, apa kau tidak punya otak!? Putriku pingsan dan kau malah bertanya apa yang harus dilakukan? Cepat bawa dia ke rumah sakit sekarang!’’ teriak mama Risa panik bercampur kesal.
‘’Tap - tapi nyonya kami sedang terjebak macet.’’
‘’Kalau ada apa-apa dengan putriku aku sendiri yang akan membunuhmu!’’ teriak mama Risa lagi saking geram dengan sopir pribadi Alesya itu.
Mendapat teriakan sampai dua kali, membuat John ketakutan, pria yang baru berusia 20 tahun itu cepat-cepat mematikan ponselnya dan turun dari mobil, dia lalu membuka pintu belakang dan menggendong Alesya keluar. Tidak punya pilihan lain, dia tidak mau terjadi apa-apa pada anak majikannya itu dan terlebih lagi dia juga masih sayang pada nyawanya.
‘’Ada apa mas? Mbaknya kenapa?’’ Orang-orang bertanya saat melihat John menggendong Alesya yang sudah tidak sadarkan diri. Hanya bertanya tanpa ada satupun yang mau membantu John yang sedang kesusahan menggendong tubuh Alesya. Bukannya apa, tubuh John sangatlah kurus, pria itu juga terlihat sangat lemah seperti belum makan selama beberapa hari.
John tidak menjawab, dia terus berlari. Hanya perlu melewati lampu merah dan dia bisa mencari taxi untuk membawa Alesya ke rumah sakit.
‘’Mas sini saya bantu.’’ Tiba-tiba saja seorang pria menghampiri John yang sudah nampak lelah dan ngos-ngosan. Pria muda itu sudah dipenuhi keringat, kakinya juga sedikit gemetaran.
John memperhatikan dengan tatapan menelisik pada pria yang baru saja menawarkan bantuan padanya. Takut kalau pria itu malah akan menculik Alesya atau mungkin punya niat terselubung lainnya. ‘’Masnya beneran mau bantuin saya?’’
Seakan tau arti tatapan John, pria itu membuka suara lagi untuk menyakinkan niatnya yang hanya sekedar membantu. ‘’Nggak usah takut mas, saya nggak punya niat jahat kok. Saya cuman mau bantu, kayaknya kamu udah kecapean banget dan sepertinya mbak itu butuh penanganan yang cepat,’’ tunjuknya ke arah Alesya, tetapi ada satu yang aneh, John menangkap sikap tak biasa dari pri itu. Bukannya apa, tetapi John merasa pria asing itu seperti tengah mengkhawatirkan Alesya. Apa karena rasa kemanusiannya yang tinggi, atau?
John sedikit legah saat tubuh Alesya sudah berhasil pindah dalam gendongan pria yang nampak sangat tampan dengan proporsi tubuh sempurna yang tadi sempat dikiranya sebagai penculik. ‘’Terimakasih mas.’’
Pria itu hanya mengangguk lalu mulai berlari membawa tubuh Alesya. Dia menggendong tubuh Alesya di depan. John pun mengikuti dari belakang.
Banyak pasang mata yang memandang adegan itu sebagai adegan romantis. Wajah tampan sang pria ditambah dengan wajah cantik Alesya dengan mata tertutup benar-benar mencuri perhatian semua orang, keduanya sudah seperti pasangan drakor yang sedang melakukan syuting.
Pujian-pujian sontar terlontar dari setiap mata yang memandang, mereka terus bergumam penuh kekaguman, bahkan ada beberapa yang sudah merekam untuk mengabadikan momen yang menurut mereka sangat romantis itu.
Semuanya hanya fokus pada wajah yang tampan dan cantik, tidak ada satupun yang fokus pada Alesya yang tengah tidak sadarkan diri.
Tidak hanya mengantar sampai mendapatkan taxi, pria itu juga ikut mengantar Alesya sampai ke rumah sakit. Tadinya John menolak karena takut merepotkan, tetapi pria itu terus memaksa dan wajahnya terus menampilkan raut kekhawatiran.
Selama perjalanan ke rumah sakit, John yang duduk di kursi depan, terus memperhatikan perilaku pria asing itu lewat kaca spion. Alesya berbaring dengan kepalanya yang diletakan di pangkuan pria itu.
‘’Apa pria itu mengenal mbak Alesya?’’ pikir John, melihat raut panik yang terlukis di wajah tampan sang pria, John juga melihat pria itu mengipasi wajah Alesya dengan menggunakan tangannya.
‘’Ada apa denganmu Al?’’ gumam pria itu dalam hatinya.
*****
‘’John, bagaimana keadaan Alesya?’’ Dengan setengah berlari, mama Risa menghampiri John yang baru saja akan masuk ke ruang rawat Alesya.
‘’Non Alesya baik-baik saja nyonya, tapi masih belum sadar.’’
‘’Kalau baik-baik saja kenapa belum sadar juga John? Mana dokternya, saya mau berbicara langsung!’’ Ingin melangkah menemui dokter, tapi kakinya terhenti. Paruh baya itu kembali menatap John dengan tatapan menyelidiknya.
‘’Oh ya siapa pria yang tadi berbicara denganmu?’’ tanyanya kepo, tadi dia sempat melihat John seperti tengah membungkuk mengucapkan terimakasih pada seorang pria.
‘’Itu pria yang tadi membantu membawa non Alesya ke rumah sakit nyonya.’’
‘’Membantu? Terus dimana dia sekarang, saya juga ingin berterima kasih.’’ mama Risa celingak celinguk kesana kamari, matanya terus berputar untuk mencari keberadaan pria yang tadi hanya bisa dilihatnya dari jauh.
‘’Sudah pulang nyonya, katanya masih memiliki beberapa urusan.’’
‘’Kamu meminta nomor ponselnya tidak?’’
‘’Untuk apa nyonya?’’ John dibuat bingung dengan pertanyaan sang majikan, lagian untuk apa meminta nomor ponsel orang asing, nantinya dia malah akan disangka macam-macam oleh orang itu?’’
‘’Astaga John, kenapa kau bodoh sekali sih? Ya tentu saja untuk mengucapkan terimakasih.’’
‘’Ma, bagaimana keadaan Alesya?’’ papa Radit bertanya, pria itu berjalan menghampiri dengan wajah khawatirnya.
‘’Oh astaga!.’’ Mama Risa menepuk keningnya sendiri, lalu melayangkan tatapan tajamnya pada John. ‘’Ini semua karena kamu, saya jadi lupa menemui dokter ataupun Alesya.’’
John kembali dibuat bingung oleh sikap majikannya. Kenapa majikannya itu malah menyalahkannya, memang apa salahnya? Bukankah majikannya itu yang sejak tadi mengajaknya mengobrol, lalu kenapa sekarang malah menyalahkannya?
Tidak menjawab pertanyaan suaminya, mama Risa langsung melangkah dan masuk ke ruang perawatan Alesya.
‘’Al, Alesya bangun sayang.’’ Mama Risa mengelus puncak kepala Alesya dan mengecup keningnya. Tidak terasa air matanya mulai menetes. Selama 3 tahun, ini kedua kalinya Alesya pingsan dan masuk rumah sakit. Pemicunya juga sama, karena mendengar kabar tentang kecelakaan.
‘’Bagaimana keadaannya ma?’’ Papa ikut mengecup kening Alesya, lalu menatap dalam pada wajah putrinya yang nampak pucat.
‘’Kamu sudah menghubungi Nichole?’’ tanya papa lagi.
‘’Hhmm, katanya dia akan kembali besok, saat ini dia sedang berada di Singapura untuk menangani pasiennya yang ada disana.’’ Mama Risa menjawab tanpa sama sekali menatap suaminya, matanya masih terpaku menatap wajah Alesya.
Nichole Paramitha adalah psikiater Alesya sudah hampir 3 tahun terakhir. Wanita itu yang membantu Alesya hingga bisa sedikit mengatasi traumanya.
Bersambung .....
Tidak apa, walaupun aku rapuh bersama bayanganmu disini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments