‘’Ma-pa.’’ Dengan suaranya yang terdengar lemah, Alesya memanggil kedua orang tuanya.
‘’Kamu sudah bangun Al, apa yang sakit sayang bilang sama mama.’’ mama Risa berucap dengan tangannya yang sudah mengelus lembut wajah Alesya, beberapa kali juga dia mencium wajah cantik yang masih tampak pucat itu.
Papa Radit juga berdiri di samping ranjang pasien, pria paruh baya itu bernafas legah karena Alesya yang sudah sadar dari pingsannya.
‘’Ma-pa Al mau pulang.’’
‘’Tapi sayang -’’
‘’Iya Al kita pulang sekarang,’’ ucap papa memotong ucapan istrinya, yang kini menatapnya dengan tatapan tajam, khas istri-istri galak. Papa Radit bukannya tidak tau akan kekesalan mama Risa, pria paruh baya itu hanya ingin membuat Alesya tenang, karena tau apa yang diinginkan putrinya sekarang.
*****
‘’Mau kemana Al?’’ teriak mama Risa saat Alesya menyeret John untuk ikut dengannya. papa Radit langsung menahan tangan sang istri, saat istrinya itu ingin mengejar Alesya.
‘’Biarkan saja ma, ada John yang bersama dengannya,’’ cegahnya karena tau kemana tujuan Alesya. papa Radit hanya tidak mau istri dan anaknya itu kembali bertengkar, apalagi Alesya baru saja pingsan karena traumanya.
Dan disinilah Alesya sekarang, di makam Max. Belum ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya, tidak ada juga air mata yang keluar dari mata indahnya, dia masih duduk diam di sana, memperhatikan nama Max yang tertera di nisan.
Perlahan tangannya terangkat untuk mengusap nisan itu, bibirnya bergetar saat rasa sakit akan kepergian Max kembali menjelajahi hati dan pikirannya.
‘’Maaf membiarkanmu pergi sendirian.’’ Setelah kata itu terucap, barulah air mata ikut jatuh membasahi wajah cantiknya. Tidak ada tangisan histeris disana, Alesya secara perlahan melebarkan matanya. Dia mengusap pipinya yang basah, air mata terus keluar membuatnya mengernyit mencoba untuk menahannya. Alesya menggertakan giginya, dia benar-benar sedih dan kecewa pada kenyataan.
Saat ini, ingin sekali dia berteriak dan menyampaikan seberapa rindu dirinya pada kekasihnya itu, rasa rindu yang sudah menguasainya selama 3 tahun terakhir.
Ingin sekali dia bersikap egois, ingin sekali dia menyusul Max secepatnya. Hanya saja, kehadiran keluarga membuatnya sedikit berberat hati. Takut kedua orang tuanya akan bernasib sama sepertinya, takut kedua orang tuanya akan menderita setelah kepergiannya. Alesya tahu betul bagaimana sakitnya kehilangan seseorang yang berarti dan dia tidak mau kedua orang tuanya merasakan sakit yang sama.
Hampir 2 jam Alesya berada di makam Max, dia meninggalkan makam itu karena mulai merasakan lapar, perutnya juga sudah beberapa kali membunyikan peluit yang disertai getaran-getaran kecil.
‘’Aku pulang dulu ya, love you bae,’’ ucapnya mencium nisan Max selama hampir 1 menit lamanya. Sekuat hati, dia berusaha tersenyum sebelum melangkah pergi meninggalkan makam pria tercintanya itu.
Dimobil, Alesya duduk dengan membuang pandangannya ke luar. Pikirannya masih tersita pada Max. Sedih itu masih ada dan masih besar. Dia lalu memejamkan matanya, untuk sedikit menenangkan hatinya.
‘’Ngapain liatin aku John!?’’ Dengan mata yang masih terpejam, Alesya berucap dengan menekan setiap katanya. Sejak tadi, dia tahu John selalu saja mengawasinya dari kaca spion.
John yang kaget pun langsung menelan saliva, bukannya Alesya sedang menutup matanya, lalu bagaimana wanita itu tahu? Sungguh ajaib bukan?
Benar kata orang, kalau wanita itu mempunyai beberapa mata di tubuhnya, pikir John mengiyakan sendiri apa yang ada dipikirkannya.
‘’Ma - maaf non, tuan menyuruh saya untuk terus mengawasi non Alesya.’’
Alesya tidak merespon jawaban John, perlahan dia membuka matanya, saat perutnya kembali menyuarakan demo, lapar yang tadi sempat hilang, kembali datang. Disaat yang sama, mata Alesya menangkap satu restoran yang cukup mencuri perhatiannya, Alesya terpikat akan desain eksteriornya yang bergaya modern minimalis.
‘’John stop!’’
‘’Apa kau gila?’’ bentak Alesya saat John menghentikan mobil dengan mendadak. Bukannya apa, keningnya tidak sengaja menabrak kursi pengemudi dan itu sedikit menyakitkan. Rasa sedihnya perlahan berganti dengan emosi. Bagaimana bisa dia tidak kesal dalam situasi seperti sekarang?
‘’Maaf non, saya kaget dengan teriakan non Alesya makanya, saya reflek menghentikan mobilnya.’’
Semakin besar saja mata Alesya. ‘’Jadi kau menyalahkanku?’’ bentaknya penuh kekesalan. John pun cepat-cepat menggeleng, sebelum Alesya mengamuk. Bagi John, Alesya akan terlihat lebih menakutkan dari monster kala wanita cantik itu benar-benar sedang marah.
‘’Tidak non, mana mungkin saya berani? Sebagai sopir kemampuan saya masih kurang baik, tidak seharusnya saya memberhentikan mobil dengan tiba-tiba seperti itu. Maafkan ketidakmampuan saya non Alesya.’’
Alesya hanya bisa berdecak dengan jawaban menjengkelkan dari John, jawaban yang terdengar bagus itu malah terkesan menyindir baginya.
Tok tok tok tok
John berteriak penuh terimakasih, ketukan itu benar-benar menyelamatkannya dari amukan Alesya yang sepertinya sudah siap untuk mengulitinya hidup-hidup.
‘’Ada apa Chloe?’’ tanya Alesya begitu menurunkan kaca mobilnya.
‘’Ngapain masih di mobil, bukannya kamu datang untuk makan?’’ Lalu wanita itu membuka pintu mobil Alesya dan menariknya keluar dari mobil, dia tidak peduli saat Alesya menatapnya dengan tatapan kesal dan terus menarik tangan Alesya, hendak masuk ke restoran.
Chloe arrabella adalah sahabat Alesya sejak duduk di bangku SD, keduanya saling menyayangi layaknya saudara kandung. Chloe juga satu-satunya orang yang selalu setia di samping Alesya baik susah maupun senang. Ibaratnya, mereka seperti sahabat sejati yang selalu ada untuk satu sama lain.
Tindakan Chloe terhenti saat mendengar teriakan terimakasih dari John. Memang apa yang dia lakukan sampai pria itu mengucapkan terimakasih? Chloe dibuat bingung sendiri, sedangkan Alesya sudah kembali dengan tatapan tajamnya, melihat John dengan tatapan kesalnya. John selalu saja menguji kesabarannya.
‘’Kamu membuatnya tertekan lagi Al?’’ Chloe bertanya saat melihat tatapan mematikan yang dilayangkan Alesya pada John yang kini nampak sedikit menunduk.
‘’Ck membuatnya tertekan? Yang ada aku yang selalu tertekan dengan ulahnya,’’ jawabnya dengan mata yang masih setia menatap tajam John. Orang lain mungkin akan kasihan melihat John sekarang, tapi tidak dengan Alesya. John, pria itu selalu saja mengucapkan kata maaf, tetapi selalu saja melakukan kesalahan itu lagi. Sebenarnya, Alesya sudah terbiasa, tapi masih saja merasa kesal.
‘’Ck kalian sudah seperti kakak dan adik beneran, selalu saja bertengkar,’’ protes Chloe lalu kembali menarik Alesya, dia sudah benar-benar kelaparan sekarang dan tidak punya waktu untuk meladeni pertengkaran tom and jerry itu.
‘’Kamu mau diam saja di mobil!?’’ teriak Alesya pada John yang masih duduk diam. Alesya kembali mendengus saat John keluar dengan senyum lebarnya. Pria itu dengan santainya berlari dan langsung mengambil posisi di sampingnya.
Ketiganya berjalan beriringan, membawa langkah menuju pintu restoran. ‘’Restorannya bagus ya?’’ puji Chloe memperhatikan eksterior restoran.
‘’Ya, tidak seperti cafemu,’’ ledek Alesya dan sukses membuat Chloe manyun.
‘’Gitu-gitu juga menghasilkan Al, kamu ih …,’’ kesalnya dan melepas lingkaran tangannya dari Alesya, sedangkan Alesya langsung tertawa kecil karena sikap menggemaskan sahabatnya itu. Wanita itu sedikit lupa akan kesedihannya.
‘’Nggak usah ngambek deh, orang aku cuman ngungkapin fakta aja kok.’’ Semakin manyun saja wajah Chloe. Wanita itu lalu melangkah terlebih dulu, meninggalkan Alesya dan John yang nampak cekikikan. Setelah beberapa langkah, Chloe kembali melirik keduanya dengan lirikan kesal dan perlahan mengecilkan langkahnya, menunggu Alesya dan John untuk kembali berjalan beriringan.
‘’Ini restoran baru ya?’’ tanya Alesya saat melihat spanduk di depan restoran. Spanduk itu berisi tanggal pembukaan restoran.
‘’Iya, baru seminggu buka ternyata,’’ timpal Chloe ikut memandang ke arah spanduk. Ketiganya terus melangkah menuju pintu masuk.
‘’Al, itu bukannya kak Aruna?’’ tunjuk Chloe pada sosok wanita yang baru saja masuk ke dalam restoran yang sama, dengan restoran yang akan mereka masuki.
‘’Mana Chloe?’’ tanya Alesya karena tidak melihat kakaknya.
‘’Udah masuk Al.’’
Bersambung .....
Kau orang yang membuatku tergila-gila, satu-satunya yang sangat aku cintai. Cerita cintaku, selalu tentang kamu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments