Part 10

Hampir jam 12 malam saat Alesya sampai di rumah. Tadi, dia dan Chloe terlalu asyik mengobrol dan hampir lupa waktu. Mamanya juga sudah menelpon beberapa kali, tetapi dia selalu mengatakan sebentar, sebentar dan sebentar.

Sesampainya di rumah, Alesya langsung melakukan rutinitas hariannya. Yaitu, mencium dan mengobrol dengan bingkai foto Max. Setelah itu barulah dia tidur.

*****

Hampir jam 7 pagi, tetapi Alesya belum juga bangun dari tidurnya, wanita itu malah kembali menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuh. Rintik hujan seolah memintanya untuk kembali tidur. Namun, banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan, membuatnya langsung menyingkap selimut yang belum satu menit ditariknya.

Sambil menguap, dia menyapa bingkai foto Max, lalu turun dari ranjang dan melakukan beberapa peregangan. Setelah itu barulah dia masuk ke dalam bathroom.

Dikamar lain, tepatnya di kamar kedua orang tuanya Mama Risa sedang membantu papa Radit, paruh baya itu sedang memakaikan dasi pada suaminya.

 ‘’Oh ya pa, semalam Shinta menelponku, kami membicarakan tentang perjodohan yang waktu itu pernah kita bicarakan. Aku dan Shinta sudah sepakat untuk menjodohkan Devan putra mereka dengan Aruna putri kita.’’

'’Terus bagaimana dengan Devan, dia setuju? Setahuku, pria itu dulu sangat menyukai Alesya. dia bahkan selalu datang ke rumah kita hanya untuk menemani Alesya bermain.’’

‘’Yaelah pa, waktu itu ‘kan Al baru berusia 7 tahun. Memang ada yang tidak menyukai anak kecil yang lucunya seperti Alesya? Lagian, Alesya juga sudah aku jodohkan dengan Deon.’’

‘’Aku tidak suka pria itu!’’

‘’Ya … ya … ya, terserahlah.’’ Mama Risa menanggapi dengan cuek. Dia tahu suaminya tidak menyukai Deon, tetapi apa boleh buat, dia sudah terlanjur menyukai dan menginginkan pria itu untuk jadi menantunya.

*****

‘’Beneran ma?’’ tanya Aruna kesenangan saat mendengar dirinya dijodohkan dengan Devan. Pria yang sekarang diincarnya dan juga pria yang sudah disukainya sejak kecil.

‘’Kakak di jodohin ma, pa?’’ tanya Alesya penasaran. Kedua orang tuanya langsung mengangguk.

‘’Ya, dan kau jangan sampai merebutnya dariku!’’ Aruna berucap penuh penekanan, sedangkan Alesya dan kedua orang tuanya hanya menampilkan ekspresi bingung.

‘’Maksud kamu apa Aruna?’’ tanya papa Radit dan Mama Risa kompak, sedangkan Alesya hanya menatap, menanti jawaban dari wanita yang duduk di sampingnya itu.

‘’Tidak, aku hanya takut kalau Alesya merebutnya dariku.’’

‘’Astaga kak, kenapa pikiranmu buruk sekali? Aku adikmu, mana mungkin aku merebut milikmu, dan lagian, aku juga tidak akan tertarik dengan pria lain.’’

‘’Kuharap kau memegang ucapanmu.’’ Setelah itu, Aruna langsung meneruskan makannya, sedangkan Alesya dan kedua orang tuanya masih tampak diam dan menatap wanita yang sedang asyik melahap nasi goreng itu.

‘’Ada apa dengan kakakmu?’’ tanya papa sedikit berbisik. Alesya pun hanya mengangkat kedua bahunya, lalu kembali meneruskan sarapan. Sesekali dia melirik pada Aruna, kakaknya.

Karena tidak mendapat jawaban dari Alesya, papa Radit bertanya lagi pada istrinya. ‘’Putrimu kenapa ma?’’ tanyanya dengan berbisik, tetapi respon yang sama kembali didapatnya. Sama seperti Alesya, istrinya juga hanya mengangkat kedua pundaknya.

Mama Risa kemudian berucap lagi. ‘’Al, pa mama harap kalian meluangkan waktu pada hari itu, awas saja kalau kalian banyak alasan nanti.’’

‘’Memangnya kapan ma?’’ tanya Alesya.

‘’Bulan depan pas ulang tahun kakakmu. Rencananya, hari itu mereka akan datang dan langsung melamar kakakmu.’’

‘’Lebih baiknya kau tidak datang, karena kehadiranmu hanya akan mengganggu acara itu,’’ timpal Aruna dengan nada tidak sukanya, sedangkan Mama Risa langsung menegurnya.

‘’Aruna, perhatikan ucapanmu! Dan kamu Al, awas saja kalau kau tidak datang,’’ tunjuk Mama Risa pada Alesya yang sudah tampak kesal akan sikap Aruna.

Kalau saja bukan kakaknya, mungkin saat ini Alesya sudah menjambak rambut Aruna, saking kesalnya dengan sikap wanita itu. Alesya berusaha menahan rasa kesalnya, apalagi saat papa mengusap punggungnya.

‘’Hari ini ke kantornya papa yang anter ya,’’ ucap papa Radit pada Alesya. Paruh baya itu hanya ingin menenangkan Alesya. Alesya pun menyetujui, lalu keduanya berdiri dan pamit pada Mama Risa dan Aruna. Namun, langkah mereka terhenti, saat mendengar ucapan tidak menyenangkan yang keluar dari mulut Aruna.

‘’Selalu begitu, papa selalu saja pilih kasih, tidak pernah sekalipun papa memperhatikan aku. Papa hanya menyayanginya tanpa sama sekali menganggap aku ada. Apa aku bukan anak papa, apa aku anak mama bersama pria lain?’’

‘’Aruna!’’ teriak Mama Risa.

‘’Kak, kamu kok ngomongnya begitu sih? Selama ini, saat papa ingin menjemput atau mengantar mu, kau selalu saja menolak dan lebih memilih pergi atau dijemput oleh teman-temanmu, lalu kau bilang apa tadi? Pilih kasih?’’ Alesya menyeringai. ‘’Papa bukannya pilih kasih, tetapi kau yang tidak pernah menghargai kasih sayang diberikan papa padamu. Kau hanya wanita manja yang semua keinginanmu harus terpenuhi, tidak peduli pada apapun termasuk keluargamu, asalkan kau bahagia, itu sudah cukup untukmu. Apa pernah kau memikirkan keluarga ini, apa pernah kau peduli saat mama, papa atau aku sedang sakit, tidak kan? Tetapi saat kau sakit, semua orang harus ada di sampingmu, untuk merawatmu. Kau egois kak, kau hanya peduli pada dirimu sendiri!’’

‘’Al,’’ ucap papa Radit dan Mama Risa bersamaan.

‘’Lihatlah, bahkan sekarang pun mereka takut kalau aku menyakitimu.’’ Alesya melirik sekilas pada kedua orang tuanya, lalu melangkah keluar begitu saja, tanpa berpamitan lagi.

‘’John, antar aku ke kantor sekarang,’’ teriak Alesya saat keluar dari pintu rumah. Dia tidak mood lagi untuk diantar oleh papanya.

Ditengah jalan, Alesya terus saja mengoceh, melepaskan semua kekesalannya.

*****

Di kantornya Alesya kembali disibukkan oleh berbagai persiapan terkait fashion show dan beberapa event yang dipercayakan padanya. Banyaknya pekerjaan, membuatnya tidak memiliki waktu untuk memikirkan rasa kesalnya yang sebenarnya belum sepenuhnya hilang.

Wanita itu mengetuk-ngetuk jari telunjuk dan jari tengahnya di atas bibir, sambil memperhatikan hasil desain dress yang sudah terpasang sempurna pada sebuah manekin. Rencananya, dress itu akan digunakan oleh seorang aktris ternama, dan merupakan kolaborasi perusahaan mereka dengan sebuah perusahan brand kosmetik ternama di negara itu.

Bibirnya sudah mengerucut, diiringi dengan gelengan kepala. Ada rasa tidak puas dalam dirinya saat melihat hasil rancangan itu, seperti ada yang kurang, tetapi dirinya tidak tau pasti apa itu.

Tok tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar, Alesya pun berteriak untuk menyuruh si pengetuk masuk.

‘’Ada apa Nad?’’ tanyanya melihat sekilas pada Karin asistennya. Setelah itu, dia kembali melihat ke arah manekin.

‘’Bu Alesya dipanggil ke ruangan Direktur Leo,’’ ucap Nadia memberitahu. Alesya pun hanya mengangguk, tanpa mengalihkan tatapannya dari manekin. Setelah beberapa menit, barulah wanita itu keluar dari ruangan.

Nadia tidak mengikutinya, wanita itu masih menatap dress yang terpampang di manekin, dengan wajah tanpa ekspresi, entah apa yang sedang dia pikirkan sekarang.

Bersambung .....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!