Part 15

‘’Bagaimana keadaanmu?’’ Alesya baru balik dari makan malamnya. Tadi, setelah dokter selesai mengobati luka-luka Devan, Alesya tidak langsung masuk melihat keadaan pria itu. Dia memilih mengisi perutnya yang lapar lebih dulu.

‘’Mau apalagi kau kesini?’’ Devan menyambut kedatangan Alesya dengan perasaan tidak sukanya. Alesya benar-benar wanita yang luar biasa menurutnya, luar biasa menyebalkan dan luar biasa kejamnya.

Seumur-umur, tidak pernah Devan bertemu dengan wanita yang menurutnya tidak punya rasa iba seperti Alesya. Bukan tidak punya rasa iba, lebih tepatnya tidak punya pikiran seperti Alesya.

‘’Ck, mana bisa kau berkata ketus pada seseorang yang sudah menyelamatkanmu. Kau lupa kalau aku yang bersusah payah membawamu ke rumah sakit?’’ Dengan santainya Alesya duduk di sofa single, tepat di samping ranjang pasien Devan.

‘’Dan apa kau lupa kalau kau yang menyebabkan semua ini?’’

‘’Mana ada, aku sama sekali tidak memukulmu tadi. Wajahmu kan jadi babak belur karena di keroyok orang lain dan bukannya aku.’’

‘’Dan apa kau lupa alasan mereka mengeroyokku?’’

‘’Khem khem.’’ Tiba-tiba saja Alesya berbatuk kecil. Wanita itu ingin menghindar dari pembicaraan yang sudah memojokkannya itu.

‘’Oh ya, bagaimana keadaanmu, apa masih sakit?’’ Dia mengganti topik pembicaraan, kemudian berdiri dari duduknya dan sedikit mendekatkan wajahnya untuk melihat wajah memar Devan.

‘’Ck menurutmu? Kau tidak punya mata untuk melihatnya?’’

‘’Apakah benar-benar sakit?’’ Dengan sengaja Alesya menekan satu luka lebam Devan, pria itu meringis menahan sakit.

‘’Santai … jangan menatapku dengan mata tajammu itu. Aku hanya ingin memastikan, kupikir kau sedang membohongiku. Eh ternyata itu benar-benar menyakitkan.’’ Wanita itu malah nyengir, membuat Devan bertambah kesal.

‘’Lebih baik kau pulang saja, kehadiranmu sangat menggangguku, yang ada aku akan lama sembuh jika kau terus berkeliaran di sampingku.’’ Devan mengusir Alesya karena sesungguhnya dia ingin beristirahat dan tidak ingin diganggu oleh siapapun, apalagi Alesya.

‘’Bagus dong, malah itu yang kuinginkan.’’ Alesya terkekeh sendiri saat melihat tatapan Devan yang seakan ingin memakannya hidup-hidup. Bukannya takut, wanita itu malah semakin mendekatkan dirinya pada Devan.

‘’Aish pria itu.’’ Dia berdecak begitu keluar dari ruang rawat Devan. Tadi, Devan berteriak menyuruhnya keluar dan mau tidak mau Alesya keluar, dia tidak ingin membuat kegaduhan. Dan bukankah itu hal yang bagus? Dia tidak harus merawat pria menyebalkan itu ‘kan?

‘’Ah nyenyak sekali tidurku.’’ Alesya melakukan peregangan, dan seperti biasa, Alesya akan tersenyum dan menyapa bingkai foto Max.

‘’Morning Bae.’’ Lalu Alesya berjalan mendekat pada bingkai foto itu.

‘’Bae aku sudah cerita belum tentang pria aneh yang belakangan ini membuatku kesal? Ah sepertinya belum ya, maaf ya semalam aku lupa.’’ Wanita itu cengengesan lalu mulai menceritakan apa yang terjadi. Semalam dia bercerita, tapi lupa menceritakan kejadian yang dialaminya bersama Devan dan baru pagi ini Alesya kepikiran untuk menceritakannya.

Setelah habis dengan sesi curhatnya, Alesya melangkahkan kakinya ke balkon, wanita tersenyum dan menyapa beberapa orang yang lewat. Apartemen Alesya berada di lantai dua, jadi memungkinnya untuknya menyapa beberapa orang yang berlalu lalang.

*****

Dua hari sejak kejadian tidak menyenangkan itu, Alesya kembali disibukan dengan beberapa event yang akan diselenggarakan oleh Alcorp. Dan sejak saat itu juga Alesya tidak bertemu Devan. Wanita itu seakan lupa kalau sudah membuat seseorang masuk rumah sakit.

Alesya mengetuk pulpennya di atas meja, memikirkan kain yang akan digunakan untuk beberapa event yang menjadi tanggung jawabnya. Wanita itu lalu berdiri dari duduknya, dia ingin melakukan survei pasar.

*****

‘’Dia lagi?’’ Devan tidak sengaja melihat Alesya yang akan menyebrang jalan, wanita itu terlihat sedikit kewalahan dengan banyaknya barang yang dibawa olehnya.

‘’Sudahlah, lagian itu bukan urusanku’’ Devan lalu membalik badannya dan melangkah pergi, tetapi, baru dua langkah dan dia sudah kembali melangkah menuju pada Alesya. ‘’Aish,’’ kesalnya karena tidak bisa mengabaikan Alesya yang terlihat kesusahan. Devan pun berlari menghampiri Alesya. Tanpa mengatakan apa-apa, pria itu merebut barang-barang yang sejak tadi merepotkan Alesya.

Devan menutup mulut Alesya dengan satu tangannya, saat wanita itu akan membuka mulut, sepertinya akan memprotes tindakannya.

‘’Aku tidak menerima umpatan atau protes selain ucapan terimakasih.’’ Devan berucap dengan satu tangannya masih menutup mulut Alesya. Matanya fokus menatap seberang jalan yang terlihat sedikit ramai. Setelah itu, dia melirik lampu merah yang belum tampak menunjukan warnanya.

‘’Lepascan tangan kotolmu.’’ Ucapan Alesya tak begitu jelas karena mulutnya masih dibungkam oleh tangan Devan. Mau tidak mau, Alesya menggigit telapak tangan pria itu. Lalu dengan santainya dia memperbaiki penampilannya dan membawa matanya menatap lurus kedepan, tanpa peduli pada Devan yang tadi meringis karena ulahnya.

*****

‘’Terimakasihnya mana?’’ Devan meletakan barang-barang bawaan Alesya ke dalam mobil wanita itu, dia masih berdiri menunggu ucapan terimakasih.

‘’Untuk?’’

‘’Hei nona apa kau lupa kalau aku yang sudah berbaik hati membawakan barang-barangmu itu.’’ Dengan matanya, Devan menunjuk barang-barang yang kini sudah terletak didalam mobil Alesya.

‘’Apa aku memintanya?’’ Alesya dengan santainya masuk ke mobil dan menutup pintu mobil dengan sedikit keras, Devan sampai kaget dibuatnya. Wanita itu lalu meminta John untuk segera meninggalkan tempat itu.

 ‘’Aku tidak mungkin menyukai wanita seperti itu, dia bukan gadis kecilku lagi, dia terlalu menyebalkan.’’ Devan hanya bisa menggeleng, melihat mobil Alesya yang sudah mulai menjauh darinya. Setelah itu, dia ikut pergi dari tempat itu.

Sementara di mobil, Alesya tengah melayangkan protes pada John, karena pria itu kebelet buang air besar dan tidak bisa membantu membawakan barangnya. ‘’Untung saja kau sudah ada saat aku kembali,’’ ucapnya dengan ekspresi wajah yang dibuat kesal.

‘’Maaf non, tapi itu panggilan alam dan saya tidak punya kekuatan untuk menolaknya,’’ jawab John dengan santainya, sedangkan Alesya langsung menutup matanya karena malas untuk meladeni ucapan John.

Sesampainya di kantor, Alesya kembali disibukan oleh banyaknya pekerjaan. Saking sibuknya, dia sampai lupa waktu.

 Hampir setengah dua belas malam, Alesya masih setia melakukan pekerjaannya, sampai bunyi perut menyadarkannya dari semua kesibukan yang menguras pikirannya itu.

’Sudah jam segini?’’ Alesya melihat jam tangan mewah di pergelangan tangan kirinya. Dengan cepat dia membereskan mejanya, lalu mengambil tasnya untuk mencari makan malam yang sudah terlambat beberapa jam itu.

‘’John cari restoran yang masih buka ya, tetapi jangan restoran cepat saji,’’ pinta Alesya begitu membuka pintu mobil, dia duduk dengan tenang.

Sedangkan John hanya bisa mengangguk lesu, mana ada restoran yang buka sampai jam segini kalau bukan restoran cepat saji?

‘’Kau sudah makan? tanyanya pada John. Pria itu langsung menjawab dengan anggukan kepala.

John membawa mobil dengan pelan, Kepalanya berputar ke sebelah kanan dan kiri sisi mobil, memperhatikan apakah masih ada restoran yang buka. Hal yang sama juga dilakukan oleh Alesya.

‘’Itu ‘kan?’’ Tidak sengaja, mata Alesya menangkap sosok pria yang baru keluar dari restoran. Buru-buru Alesya meminta John untuk menepikan mobil. Setelahnya, dia sedikit berlari menghampiri sang pria yang baru saja akan memasuki mobil.

Bersambung .....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!