‘’Maksudmu, aku harus menggunakan kemejamu?’’ Alesya mengerutkan keningnya, memperhatikan kemaja ditangannya, dengan penuh tanda tanya.
‘’Katanya kau risih dengan penampilanmu.’’
‘’Memang, tapi bukan dengan menggunakan pakaian bekasmu juga. Apa kau tidak punya pakaian baru disini?’’
‘’Kau pikir ini mall?’’
‘’Jangan pikir kau bisa menyogokku dengan pakaian ini, setelah hal menyebalkan yang kau lakukan tadi!’’ Ucapan itu sontak menghentikan langkah pria yang baru saja akan meninggalkan Alesya, pria itu kembali membalikan badannya dan melihat Alesya dengan tatapan datarnya.
‘’Kenapa kau jadi seperti ini?’’ decak pria itu semakin menguji kesabaran Alesya yang sepertinya hanya tinggal 5% lagi akan meledak.
‘’Ck kau berbicara, seolah kau sudah mengenalku saja!’’ decak Alesya.
Pria itu tidak menjawab, dia hanya menggeleng dengan kedua tangannya yang diletakan di pinggang, berdiri dengan sangat santai, lalu sedikit membuang nafas kasarnya.
‘’Kau benar-benar ya!’’ Merasa kesal, Alesya mengangkat tangan kanannya, bersiap melayangkan pukulan. Namun, sayang tangan mungilnya itu sudah lebih dulu di tahan oleh pria menyebalkan yang kini tertawa kecil, seakan meremehkannya.
Alesya menatapnya dengan mata yang dipenuhi kilatan kemarahan, dia bersiap membalas. ‘’Ck, kau salah jika meremehkanku seperti itu. Aku Alesya Lesmana, tidak mungkin kalah begitu saja!’’
Lalu tiba-tiba saja pria itu berteriak menahan sakit. Dengan badan setengah membungkuk, kedua tangannya memegang bagian paling berharga, yang baru saja dihantam Alesya menggunakan lututnya. Hantaman yang lumayan kuat, tapi Alesya tidak peduli.
Dia hanya melihat pria itu sambil tersenyum remeh, dua tangannya diletakan didepan dada. ‘’Sudah kukatakan bukan, untuk tidak meremehkanku?’’
Sontak pria itu menatap tajam Alesya yang nampak santai setelah membuatnya menjerit kesakitan. Alesya yang ditatap pun hanya bisa tersenyum, senyuman yang begitu menyebalkan bagi sang pria yang masih menahan sakit.
‘’Mau kemana kau?’’ cegat sang pria menahan tangan Alesya, saat wanita itu ingin melangkah pergi.
Alesya menatap kesal pada tangan yang dengan tidak sopannya menahan pergelangan tangannya. ‘’Keluar! kau pikir aku sudi berlama-lama di ruang sempit dan dengan pria menyebalkan sepertimu!?’’ Lalu dengan kuat Alesya menyingkirkan tangan sang pria, melangkah keluar, tidak lupa, dia mengambil kemeja yang tadi sempat jatuh ke lantai akibat perdebatannya dengan chef menyebalkan itu. Mau tidak mau, Alesya akan menggunakan kemeja itu.
Dia tidak punya pilihan lain, perutnya terus memberontak minta untuk segera diisi. Sadar akan penampilannya sekarang. Makanya, dia tidak punya pilihan lain selain menggunakan pakaian yang sama sekali bukan seleranya itu.
‘’Kenapa kau menjadi seperti ini? Dulu kau sangat manis dan menggemaskan, kenapa sekarang menjadi semenyebalkan ini?’’ ucap si pria setelah Alesya keluar dari ruangan itu.
*****
Alesya menghampiri Chloe dan John, dia sudah mengganti pakaiannya dengan kemeja yang dipinjamkan, sementara pakaiannya yang kotor tadi sudah dibuang kedalam tong sampah yang ada di toilet tempatnya mengganti pakaian.
Dia melirik sekilas dengan tatapan kesalnya pada pria yang kini tengah berdiri dengan satu tangan di pinggang dan tangan satunya memegang kertas kecil yang sepertinya adalah kertas yang berisi menu pesanan setiap pelanggan. Dapur di restoran itu adalah dapur terbuka.
‘’Ck lihatlah gayanya,’’ decak Alsa penuh kekesalan, lalu kembali meneruskan langkahnya menghampiri Chloe dan John.
*****
‘’Al, kau dapat kemeja itu darimana? Setahuku, di sekitar sini tidak ada toko pakaian.’’ Chloe menyambut Alesya dengan wajah bingungnya. Matanya terus memperhatikan kemeja yang digunakan Alesya sekarang. Jiwa keponya meronta, ingin tahu asal usul kemeja hijau dengan motif kotak-kotak yang tampak sedikit kebesaran di tubuh Alesya itu.
Sama seperti Chloe, John juga kepo, tapi memutuskan tidak bertanya. Toh dia tetap akan mendapatkan jawabannya. Pria itu hanya menampilkan wajah datarnya, seolah tidak tertarik dengan apa yang ditanyakan Chloe, padahal telinganya sudah dibuka selebar mungkin, menanti jawaban Alesya.
Tidak langsung merespon, Alesya duduk dengan perasaan kesalnya yang belum berkurang sedikitpun. Dia memegang ujung kemeja lalu memperhatikan kemeja itu, dan kembali melirik, dengan mata elangnya, menatap pria menyebalkan yang kini tengah serius dengan wajan nya.
‘’Ck semoga saja makananmu hangus atau akan lebih baik kalau wajahmu saja yang hangus.’’ Alesya menyumpah penuh kekesalan. Kalau bisa, ingin sekali dia mendorong kepala pria itu agar terkena api yang sedang menyala didepannya.
‘’Al,’’ panggil Chloe mengangetkan fantasi Alesya yang tadinya hampir saja akan mendorong kepala pria itu ke api. Ya, tadi Alesya sempat membayangkan fantasi berbahayanya. Dia yakin akan benar-benar menyenangkan jika hal itu terjadi.
‘’Al.’’
‘’Seseorang meminjamkannya padaku.’’ Dengan cueknya Alesya menjawab. Tangannya mengambil segelas orange jus yang sudah tertata di meja, lalu mengalihkan pandangannya ke arah luar restoran. Bisa bertambah kekesalannya kalau terus memperhatikan pria menyebalkan itu.
Sedangkan Chloe dan John semakin kepo saja dengan jawaban Alesya. ‘’Seseorang siapa Al?’’
John masih memasang tatapan datarnya, sedangkan Chloe benar-benar memperlihatkan ekspresi ingin tahunya. Jiwa keponya meronta ingin segera dipuaskan dengan sebuah jawaban.
tidak lama, matanya dan tentu juga mata John, keduanya mengikuti arah tangan Alesya yang sepertinya sedang menunjuk seseorang. ‘’Dia yang meminjamkannya,’’ jawab Alesya melirik sekilas lalu kembali menatap pemandangan luar restoran yang sedikit menenangkan dirinya dari rasa kesal yang terus menguasai.
Spontan Chloe dan John menganga tidak percaya, keduanya saling memandang satu sama lain, lalu memandang Alesya yang tampak santai menikmati segelas orange jus yang tadi mereka pesankan untuk wanita itu.
Seorang Alesya mau menggunakan pemberian orang asing? Bukankah ini salah satu kejadian langkah?
‘’Kau yakin dia?’’ Chloe kembali bertanya untuk memastikan, masih sedikit tidak percaya dengan Alesya yang mau menggunakan barang milik orang asing. Apalagi setelah tadi pria itu membuatnya kesal setengah mati.
Alesya mengangguk malas untuk memberi jawaban. Menurutnya, Chloe terlalu banyak menanyakan hal tidak penting. Berbeda dengan Chloe, John masih setia menatap pria yang katanya telah meminjamkan kemeja untuk Alesya itu. Pria muda itu sedang menimang apakah harus memberitahu kejadian itu pada tuan dan nyonyanya atau membiarkan saja.
‘’Awas saja sampai mama dan papa tau tentang hal ini.’’ Alsa melayangkan tatapan tajam khasnya pada John, membuat pria itu tersadar dari lamunannya yang berisi pertimbangan.
John tidak merespon, seolah tidak mendengar lalu cepat-cepat dia mengambil jus mangga yang ada di depannya dan menyeruput jus itu hingga setengah. Kepalanya diputar kesana kemari untuk menghindari tatapan menusuk dari mata hitam milik Alesya.
‘’Apa kau tidak mendengar apa yang kuucapkan tadi?’’ Alesya berucap dengan suara yang datar, wajahnya juga sudah kembali seperti semula, tidak ada lagi tatapan tajam yang dilayangkan wanita cantik itu.
John meletakan gelas jus kembali ke meja, dia juga ikut melihat pada Alesya. ‘’Dengar, saya mendengarnya dan saya tidak akan memberitahukan hal itu pada tuan dan nyonya.’’
‘’Bagus, awas saja kalau sampai mereka mengetahuinya, aku benar-benar akan memecatmu saat itu!’’
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments