Part 9

‘’Maaf ya Deon, om harus buru-buru.’’ Papa Radit berucap sambil tersenyum paksa. Berbeda dengan istrinya, papa Radit malah berpikir kalau Deon bukanlah sosok pria yang baik bagi putrinya. Makanya, dia ikut senang saat Alesya memilih menolak pria itu.

‘’Tan’’

‘’Lagian siapa suruh kau menyukai wanita gagal move on itu,’’ cibir Aruna, lalu berdiri dan menyudahi sarapannya.

‘’Aruna, perhatikan kata-katamu!’’ tegur mama Risa karena tidak suka dengan ucapan Aruna, sedangkan yang ditegur sama sekali tidak peduli dan tetap meneruskan langkahnya, menuju pintu keluar.

‘’Anak itu selalu saja ….’’

‘’Tan’’ panggil Deon, menyadarkan mama Risa dari rasa kesalnya.

‘’Kamu tenang saja, cepat atau lambat Alesya pasti akan menerimamu. Memangnya dia akan bersama siapa lagi kalau bukan denganmu?’’

Deon pun diam, dia berharap apa yang diucapkan mama Risa itu benar-benar terwujud di kemudian hari. Deon benar-benar sangat menyukai Alesya, sejak lama, bahkan saat Alesya masih bersama Max dulu.

Sesampainya di kantor, Alesya kembali disibukan oleh banyaknya pekerjaan kantor. Ditambah lagi, perusahaan mempercayakannya untuk menjadi desainer utama dari fashion show yang akan diadakan 6 bulan lagi. Tidak hanya itu, dia juga harus mengikuti beberapa event yang tentunya memiliki tema yang berbeda-beda. Dia benar-benar sibuk.

Tidak terasa menjelang sore, Alesya masih begitu sibuk bahkan wanita itu lagi-lagi melewatkan waktu makan siangnya.

Dia mengetuk pulpennya di atas meja, sambil berpikir keras tentang desain yang akan ditampilkannya saat fashion show nanti. Tidak hanya desain, dia juga sudah memikirkan tema dari fashion show itu.

Beberapa kali dia membolak balikan buku bersampul coklat yang menjadi tempatnya menggambar, tetapi belum juga menemukan gambar yang sesuai. Sepertinya dia memerlukan ide dan desain yang baru.

Dering ponsel membuyarkan konsentrasi Alesya. Wanita itu sedikit menghentikan pekerjaannya, lalu mengambil ponsel dari tasnya dan langsung menekan tombol hijau.

‘’Ada apa Chloe?’’ tanyanya. Satu tangannya sudah kembali mengambil pulpen dan dengan perlahan menggores di atas kertas putih.

‘’Baiklah, aku akan kesana nanti,’’ ucapnya sebelum menutup panggilan telepon.

*****

Tepat jam 8 malam, Alesya memasuki sebuah cafe karena memiliki janji dengan Chloe sahabatnya. Entahlah, tetapi tiba-tiba saja Chloe mengajaknya bertemu dan tumben sekali wanita itu mengajaknya bertemu di cafe lain dan bukan cafenya sendiri.

‘’Tumben, udah bosan ya sama cafe sendiri?’’ ucap Alesya lalu meletakan tasnya diatas meja dan sedetik kemudian ikut mendudukan bokongnya di kursi yang ada di depan Chloe.

‘’Aku sengaja datang karena ingin mencoba menu di cafe ini. Kata orang, cafe ini menjual beberapa jenis kue yang enak, jadinya aku penasaran,’’ bisiknya pada Alesya.

Alesya hanya menggeleng sambil tertawa kecil, lalu mengambil buku menu yang ada di depannya. Setelah itu mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan dan memesan beberapa menu yang diinginkan olehnya. Chloe pun ikut memesan, bahkan wanita itu tidak lagi membaca menu dan langsung memesan.

‘’Jadi, apa yang mau kau katakan padaku?’’ tanya Alesya setelah pelayan pergi.

‘’Oh itu, aku hanya ingin bertanya tentang reuni, nanti kau ikut tidak?’’

‘’Yaelah Chloe, masalah seperti ini tidak perlu untuk bertemu langsung. Kau ‘kan bisa bertanya di telepon.’’

‘’Memangnya kenapa sih Al? Sekali-kali nikmatilah hidup dan jangan terlalu fokus pada pekerjaanmu.’’ Alisnya sudah naik turun saja. Alesya pun tidak jadi marah lagi.

Sedang asyik mengobrol, samar-samar keduanya mendengar pria dan wanita yang sedang bertengkar, awalnya Alesya diam saja dan tidak mau ikut campur, tetapi makin didengar ucapan pria itu makin tidak menyenangkan.

‘’Devan aku mencintaimu, tolong jangan menghindar atau menolak perasaanku.’’ Seorang wanita cantik dengan pakaian yang sedikit minim, terus memohon pada seorang pria yang nampak sangat cuek padanya. Wanita itu adalah Hana, dia adalah seorang chef.

‘’Aku sama sekali tidak tertarik, apalagi mencintai wanita manja yang selalu mengejar pria, sepertimu. Jadi, berhentilah menggangguku atau aku akan membuatmu menyesal karena pernah menyukaiku!’’ Pria itu seperti tidak punya hati. Si wanita sudah memohon seperti itu, tetapi dia masih saja menolaknya. Sungguh tidak pantas untuk dicintai, decak Alesya dengan kesalnya.

‘’Aku mohon, terimalah perasaanku, aku benar-benar sangat mencintaimu.’’

‘’Tidak denganku! Aku sama sekali tidak memiliki perasaan itu untukmu!’’

‘’Dev, aku akan bunuh diri kalau kau tetap ingin menolak perasaanku.’’

‘’Dan kau pikir aku peduli? Itu hidupmu, mau kau mati atau tidak, itu tidak ada hubungannya denganku!’’

Wanita itu terus menangis sambil memohon pada pria yang bernama Devan itu, entah sadar atau tidak, keduanya menjadi tontonan gratis seluruh pengunjung cafe.

‘’Apa yang mau kau lakukan?’’ Chloe mencoba mencegah Alesya karena tau apa yang akan dilakukan wanita itu. Chloe menggelengkan kepalanya, tetapi Alesya tidak mendengar. Wanita itu malah melepas tangan Chloe yang menahan tangannya, lalu melangkah mendekat ke arah meja pria bernama Devan.

‘’Apa kalian tidak malu, menjadi bahan tontonan banyak orang?’’ tegur Alesya dengan wajah kesalnya. Wanita itu menatap kesal pada belakang kepala pria bernama Devan. Pria itu sedang duduk membelakanginya.

‘’Kau.’’ Alesya menunjuk wanita yang masih menangis tersedu-sedu. ‘’Kau itu cantik, untuk apa merendahkan harga dirimu untuk pria sepertinya!?’’ Alesya berucap dengan kedua tangannya tersilang di depan dada. Dia benar-benar tidak habis pikir pada wanita cantik itu. Sudah dicampakan, masih saja menangis. Harusnya, si wanita menampar si pria dengan sangat keras, setidaknya itulah yang dipikirkan Alesya.

Dan kau. ‘’Kau pikir kau sia -’’ Ucapannya terhenti saat pria itu membalik badannya.

‘’Kau!?’’ ucap keduanya bersamaan. Tidak lama Alesya langsung membuang wajahnya sambil berdecak kesal. ‘’Pria ini lagi?’’ gumamnya sambil menutup mata.

‘’Sudahlah, aku tidak ingin mencampuri urusan kalian lagi.’’ Setelah itu dia berbalik dan ingin melangkah pergi, tetapi terlambat, karena Devan sudah lebih dulu menahan tangannya.

‘’Sudah terlambat,’’ ucap Devan. Alesya hanya melihatnya dengan tatapan datar dan langsung menyingkirkan tangan Devan dengan sedikit kasar.

Langkahnya kembali terhenti, saat mendengar suara wanita yang tadi sempat ditolong olehnya. ‘’Kau! Ini caramu mendekati Devan ‘kan? Dasar wanita nggak tau diri, Devan itu milikku jadi, jangan pernah bermimpi mengambilnya dariku!’’ tuduh wanita itu dengan gaya angkuhnya.

Seketika Alesya tertawa, sambil menepuk kedua tangannya karena merasa lucu dengan apa yang dikatakan wanita itu. Dia kembali membalik badannya dan melihat keduamya dengan tatapan meremehkan.

‘’Kuakui kalian memang pasangan serasi, yang satunya nggak ada rasa malu dan satunya lagi nggak ada rasa kemanusiaan!’’ Setelahnya Alesya berjalan kembali menuju mejanya.

Dia mengomel pada Chloe. Niatnya hanya ingin menolong, eh tidak taunya malah dituduh yang tidak-tidak. Lagian untuk apa juga dia menyukai pria brengsek seperti si Devan?

‘’Salahmu sendiri yang suka ikut campur urusan orang lain, kena batunya ‘kan?’’ Bukannya menghibur, Chloe malah tertawa riang dan membuat Alesya mencibik kesal.

‘’Oh ya, itu bukannya chef yang kemarin menolongmu?’’ tanya Chloe. Alesya pun hanya mengangguk kecil dan mulai menikmati makanan di depannya.

Bersambung .....

Kadang lebih baik diam dan bersikap masa bodoh pada urusan orang lain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!