Part 2

Alesya mendesah begitu bangun dari tidurnya, Tuhan masih saja tidak mengabulkan keinginannya, padahal permintaannya sangat kecil, tetapi kenapa susah sekali Tuhan mengabulkannya? Apa sebegitu bencinya Tuhan padanya?

Dia mendesah sekali lagi kemudian menyingkirkan selimut yang masih menutupi tubuhnya, lalu turun dari ranjang dan membawa langkahnya menuju balkon.

Dia mendongak menatap langit yang tampak cerah, sangat berbeda sekali dengan suasana hatinya saat ini yang begitu kelam karena menahan rindu yang tidak bisa diobati.

‘’Morning bae, bagaimana kabarmu disana? Jangan menyerah dan bosan menungguku ya, kita pasti akan bersama lagi nanti. Aku mencintaimu kau tau itu ‘kan?’’ Air mata kembali jatuh membasahi wajahnya, dengan cepat dia menghapusnya. Ini masih terlalu pagi untuk menangis.

‘’Aku siap-siap ke kantor dulu ya.’’ Lalu dia memutar badannya dan kembali melangkah masuk ke dalam kamar, sekilas melirik pada bingkai foto Max yang masih tergeletak di atas ranjang.

Dia melangkah mendekat, mengambil bingkai foto itu, melabuhkan bibirnya hampir satu menit lamanya lalu meletakkan kembali di atas nakas. Dia tersenyum lagi sebelum masuk ke bathroom untuk melakukan ritual mandi paginya.

Hampir 40 menit Alesya menghabiskan waktu untuk menyiapkan diri dan sekarang penampilannya sudah sangat mempesona bak seorang bidadari yang turun dari kayangan. Pakaiannya luar biasa indah ditambah dengan beberapa aksesoris yang mampu menambah kesan mewah dan elegan pada penampilannya.

‘’Aku berangkat kerja dulu ya, jaga dan perhatikan aku dari atas sana, I love you,’’ ucapnya melemparkan kecupan jauh untuk bingkai foto kekasih hati. Setelahnya, dia melangkah besar, hari ini ada meeting penting yang harus dihadiri olehnya.

‘’Pagi ma, kak,’’ tegurnya tanpa menghentikan langkah. Bukan karena masih marah pada mamanya, dia hanya sedang buru-buru.

Mamanya pun dengan cepat berdiri, sedikit berlari menghampiri Alesya dengan membawa setengah gelas jus tomat dan sepotong roti, sedangkan Aruna, kakaknya, hanya melirik dengan tatapan datar. Wanita itu sedikit mencibir Alesya. ‘’Merepotkan saja,’’ ucapnya lalu meneruskan sarapannya.

‘’Minum ini dulu sebelum pergi.’’ Mamanya menahan Alesya saat wanita cantik itu akan membuka pintu mobilnya. Setelahnya, menyerahkan apa yang dibawanya dan meminta Alesya menghabiskan semuanya terlebih dulu dan barulah dia akan mengizinkan Alesya berangkat ke kantor.

Mau tidak mau Alesya menuruti, diambilnya jus itu kemudian dia menjepit hidungnya dengan tangan kiri dan meneguk habis jus.

Mama Risa kemudian mengambil gelas kosong dari tangan Alesya yang sedang berekspresi dengan wajah anehnya, wanita itu membuka lebar mulutnya, seperti orang ingin muntah. Sebenarnya, Alesya sangat tidak menyukai rasa jus tomat, tetapi mamanya selalu saja membuat jus itu setiap pagi lalu memaksa dirinya, kakak dan papanya untuk meminum jus itu. Alasannya adalah, agar mereka terhindar dari stres.

Memang, beberapa penemuan mengungkapkan bahwa mengkonsumsi tomat dapat mengurangi stress dan mama Risa yang tau bagaimana sibuknya suami dan kedua putrinya, memilih menggunakan buah itu, setidaknya dia bisa sedikit membantu dua orang yang disayanginya.

Mama Risa kemudian memberikan roti pada Alesya, untuk menghilangkan rasa ingin muntah. Berbeda dari Aruna yang memang menyukai jus tomat, Alesya sama persis dengan papanya yang harus makan sesuatu setelah mengkonsumsi jus itu. Bagaimana tidak, mamanya bahkan tidak menambahkan apapun pada jus, itu benar-benar hanya tomat yang diblender jadi, rasanya benar-benar bikin mual.

''Oh ya ma, semalam papa dan kakak pulang jam berapa?'' tanya Alesya sembari memakan rotinya. Keluarga Alesya memiliki bisnis perhotelan, tetapi Alesya tidak tertarik akan bisnis itu dan memilih untuk menjadi seorang designer.

''Papa kamu pulangnya jam 10, kakakmu pulang jam 11, kalau mama nggak salah ingat,'' jawab mama Risa membersihkan sisa jus diatas bibir Alesya.

Alesya tersenyum lebar, memperlihatkan barisan gigi putihnya. ''Ya udah aku pergi dulu ma, kalau terlambat bisa dapat amukan dari bos.'' Mencium pipi kanan mama Risa sebelum masuk ke mobil.

Mama Risa pun tersenyum dengan begitu lebar. Rasa sakit karena ucapan Alesya semalam memang masih membekas di hati dan pikirannya, tetapi itu sama sekali tidak menjadi sebuah alasan untuknya terus marah pada putri bungsunya itu.

*****

‘’John ada apa sih?’’ tanyanya saat sadar mobil mereka sudah berhenti lumayan lama, Alesya lalu melihat jam tangannya, 20 menit lagi meeting akan dimulai dan dia masih dalam perjalanan?

John adalah nama yang diberikan Alesya pada sopir pribadi yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri itu. Alesya kurang suka dengan nama asli John, baginya itu terlalu kampungan dan sedikit tidak cocok dengan kepribadian Alesya dan juga dia merasa nama itu kurang cocok dengan wajah John yang terlihat lumayan tampan. Nama asli John adalah Maman.

‘’Ada apa sih John?’’ tanyanya lagi sedikit memajukan badannya, untuk melihat keadaan di depan mobil mereka.

‘’It - itu non ….’’ John khawatir untuk menyampaikan apa yang terjadi, dia tahu betul bagaimana trauma Alesya akan kecelakaan. Sebelumnya, Alesya bahkan selalu gemetar saat duduk di dalam mobil.

Dulu, Alesya selalu menggunakan sepeda atau bus untuk mengantarkannya ke tempat tujuannya, barulah 3 bulan belakangan ini Alesya bisa kembali naik mobil lagi. Alesya mendapatkan perawatan dari seorang psikolog. Dia memang sudah bisa naik mobil, tapi untuk mendengar atau melihat kecelakaan, dia selalu saja histeris.

‘’Non,’’ teriak John mencegah Alesya yang sudah membuka kaca mobil. Wanita itu melirik tajam karena teriakan John padanya, lalu kembali meneruskan niatnya.

‘’Ini kenapa macet ya pak?’’ tanyanya pada seorang pengendara motor yang ada di samping mobilnya.

‘’Di depan ada kecelakaan mbak, tadi ada bus yang melaju kencang dan menabrak dua mobil yang sedang berhenti dilampu merah.’’

‘’Kk -  kece - lakaan?’’ Tiba-tiba saja dia berkeringat dingin, tubuhnya gemetar, kepalanya pusing mengingat peristiwa yang pernah menimpanya dan Max, sampai pria itu harus kehilangan nyawanya.

Matanya kosong menatap lurus kedepan, air matanya perlahan jatuh membasahi pipi. Tiba-tiba saja Alesya sudah menangis histeris sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, kepingan ingatan tentang kejadian itu terus berputar seakan meneror pikirannya.

‘’Nn - non kenapa?’’ John dibuat panik melihat Alesya yang sudah menangis dengan begitu pilunya, seperti seseorang yang tengah menahan kesakitan yang luar biasa. Buru-buru dia mengambil air mineral dan memberikannya pada Alesya yang nampak sangat kesakitan, dia sampai gemetar melihat Alesya yang menangis meraung seperti itu.

‘’Sakit, sakit banget,’’ rancau Alesya masih memukul dadanya yang terasa sesak. John tambah khawatir saja, dia bingung harus melakukan apa, air mineral yang tadi akan diberikannya pun sudah jatuh karena tadi Alesya sempat mendorongnya.

Air matanya semakin deras membasahi pipi, sakitnya benar-benar sakit, seakan di tusuk oleh ribuan pisau, dihantam oleh ribuan palu. Benar-benar sangat menyakitkan sampai kata dan kalimat pun tidak bisa mendeskripsikan sesakit apa Alesya sekarang.

Bersambung.....

Setiap kali aku menatap langit, aku mau kau kembali. Perasaanku masih sama, aku masih mencintaimu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!