‘’Al, sudah Al.’’ Chloe menarik tangan Alesya agar sahabatnya itu tidak marah lagi, tetapi bukannya tenang, Alesya malah lebih marah karena ucapan Chloe yang menurutnya sangat bodoh dan tidak masuk akal.
‘’Aku tidak apa-apa Al, Erlan tidak sengaja mendorongku dan wanita itu … wanita itu hanya sahabatnya, aku tahu kok hubungan mereka, tidak ada apa-apa diantara mereka, Al.’’
Sontak Alesya mengarahkan tatapan tajamnya pada Chloe. ‘’Sebagai sahabat, aku tidak pernah melarangmu untuk jatuh cinta, pada siapapun itu. Aku juga tidak pernah ikut campur dalam hubunganmu, tetapi Chloe, kali ini kau benar-benar bodoh! Bagaimana bisa kau percaya dan masih bertahan dengan pria seperti dia,’’ tunjuknya pada Erlan, sedangkan matanya masih menatap pada Chloe.
‘’Apa yang kau harapkan darinya? Pekerjaan saja dia tidak punya dan hanya menumpang hidup padamu. Tidak hanya itu, tetapi dia juga sering memperlakukanmu dengan kasar. Aku tidak mengerti lagi dengan pola pikirmu Chloe. Aku bukannya mau meremehkan kekasihmu, tapi aku tidak suka bagaimana cara dia bersikap dan memperlakukanmu dengan semena-mena. Dua tahun Chloe, dua tahun kalian bersama dan pria itu sama sekali tidak memiliki keinginan untuk membahagiakanmu. Mencari pekerjaan saja dia tidak pernah dan malah terus-terusan meminta padamu, apa seorang pria layak bersikap seperti itu?’’ Alesya sedikit menjeda ucapannya, lalu menutup matanya singkat.
‘’Orang tuamu saja belum pernah menaruh tangan padamu, tetapi si pria brengsek ini bahkan sudah berkali-kali melakukannya. Kau itu adalah wanita yang berharga, setidaknya begitu keluargamu dan aku berpikir tentangmu. Jadi, kumohon buka pikiran dan akal sehatmu.’’
Seketikan Chloe menangis, mendengar ucapan Alesya. Dia sadar betul kalau apa yang dilakukannya sekarang benar-benar bodoh, tetapi untuk meninggalkan Erlan rasanya sangat susah untuk dilakukan.
‘’Maaf Al, maaf kalau aku mengecewakanmu, tetapi untuk meninggalkannya aku benar-benar tidak bisa.’’
Mendengar itu, Alesya lantas menampilkan senyum smirknya. Setelah itu, dia kembali melayangkan tatapan remehnya pada Erlan dan wanita di sampingnya. Dua orang itu juga ikut melihat Alesya, seolah sedang mengolok.
‘’Dulu kau begitu anti pada pria kere, tapi sekarang kau malah menghidupinya,’’ sindir Alesya saking kesalnya. Setelah itu, dia berlalu pergi dari sana dan sama sekali tidak mempedulikan teriakan Chloe.
Chloe sendiri yang memilih jalan itu, Chloe sendiri yang memilih menderita dengan mencintai pria brengsek seperti Erlan. Kedepannya, dia tidak akan ikut campur lagi tentang hubungan sahabatnya itu. Itulah yang kini terlintas di kepalanya.
Karena masih kesal, Alesya meminta John untuk mengantarnya ke taman yang tidak jauh dari tempat itu, dia ingin sedikit menenangkan diri, sebelum pulang ke apartemen.
*****
‘’Hei kau!’’ Devan memandang kesal pada Alesya yang tadi tidak sengaja melempar kaleng kosong, hingga mengenai kepalanya.
Beberapa menit yang lalu, Devan lewat di taman itu, dan memutuskan untuk singgah sebentar.
‘’Ck kau lagi!’’ Bukannya merasa bersalah, Alesya malah berdecak kesal melihat kehadiran Devan yang menurutnya sangat mengganggu.
‘’Kau lagi?’’ Devan mengulang ucapan Alesya tadi dengan nada kesalnya. ‘’Kau tidak tau caranya minta maaf?’’ Devan mendekat dan menarik lengan Alesya yang ingin berlalu pergi begitu saja.
‘’Untuk?’’
‘’Ck.’’ Devan kembali berdecak, mendengar pernyataan tidak masuk akal Alesya. Untuk? Bisa-bisa Alesya menanyakan hal itu, setelah tadi menendang kaleng kosong dan mengenai kepalanya. Sedangkan Alesya sudah menatapnya dengan tatapan tidak suka, wanita itu lalu menepis tangan Devan yang sedang memegang lengannya.
‘’Nggak sopan banget sih, main pegang-pegang aja!’’
‘’Oh Tuhan, kenapa gadis kecilku jadi seperti ini?’’ batin Devan memperhatikan Alesya dengan lebih jelas. Pria itu tanpa sadar memajukan wajahnya, hanya ingin memperhatikan wajah Alesya lebih jelas dan sama sekali tidak memiliki maksud lain.
Buk
Ringisan lantas keluar dari mulut Devan, saat Alesya dengan sengaja menepuk keras kening pria itu.
‘’Kau mau melecehkanku?’’
‘’Ck percaya diri sekali kau!’’
‘’Tolong … tolong … tolong ….’’ Tiba-tiba saja Alesya berteriak. Hal itu membuat Devan kewalahan, apalagi saat melihat beberapa orang berjalan ke arah mereka, karena teriakan tiba-tiba Alesya.
‘’Hei apa yang kau lakukan?’’
‘’Tolong … tolong … pria ini mau melecehkanku, tolong ….’’ Devan semakin kesal saja dengan tingkah Alesya. Bagaimana bisa Alesya bercanda kelewatan seperti ini?
Alesya tersenyum puas, melihat Devan yang sedang dihajar beberapa orang. Mata hatinya seakan dibutakan. Dia sangat menikmati momen itu, bahkan mengambil ponselnya dan mengabadikan momen Devan yang sedang berusaha memberikan penjelasan.
Merasa capek berdiri, Alesya memilih duduk di tempat duduk yang tersedia. Jaraknya tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri tadi. Wanita itu masih tertawa, matanya masih fokus pada adegan hajar menghajar yang melibatkan Devan.
Sebenarnya bukan hajar menghajar, karena hanya Devanlah yang babak belur. Pria itu tidak memukul siapapun.
‘’Astaga apa yang kalian lakukan?’’ Alesya mulai panik saat melihat darah mulai keluar dari sudut bibir Devan. Wanita itu berteriak untuk menghentikan aksi brutal orang-orang yang sepertinya sangat menikmati momen menghajar Devan.
‘’Apa yang kalian lakukan?’’ Buru-buru Alesya berdiri, mencoba menghentikan.
‘’Mbak ini bagaimana toh, kami hanya ingin menolong mbaknya dari aksi tidak manusiawi pria cabul ini.’’ Satu pria merespon singkat teriakan Alesya dan kembali ikut menghajar Devan.
‘’Stop … stop jangan pukul dia lagi. Dia kekasihku, kami hanya sedang bertengkar.’’ Alesya terpaksa berbohong untuk menghentikan aksi. Kalau dibiarkan, takutnya akan mengambil nyawa Devan.
‘’Lain kali jangan seperti ini mbak, kasihan masnya sudah babak belur. Jadi cewek kok sadis amat sih.’’ Seseorang menegur tindakan tidak terpuji Alesya itu. Mereka terlebih dahulu meminta maaf pada Devan sebelum pergi meninggalkan pria itu bersama Alesya.
‘’Astaga wajahmu ….’’ Alesya terkejut sendiri melihat wajah tampan Devan berubah menjadi hancur. Memar dimana-mana. Devan langsung menepis, saat Alesya ingin memegang wajah pria itu.
Dengan tubuhnya yang sakit, Devan melangkah pergi, Alesya tentu langsung menyusulnya.
‘’Kau mau kemana? Biar aku membantumu berjalan.’’ Tanpa permisi dia melingkarkan tangannya di perut Devan, tangan kiri Devan diletakan di pundaknya dan dia mulai memapah Devan menuju mobilnya. Tujuannya adalah rumah sakit, takut terjadi apa-apa pada pria itu.
Bukan nya apa-apa, Alesya hanya takut berurusan dengan pihak yang berwajib kalau sampai terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan pada Devan.
*****
‘’Ayo.’’ Alesya sedikit menarik tubuh Devan keluar dari mobil.
‘’John bantuin dong,’’ ucapnya pada John yang hanya planga plongo melihat apa yang sedang dilakukannya.
Wanita itu meminta John untuk memapah Devan sampai masuk ke rumah sakit. Beberapa kali wanita itu berteriak memanggil dokter.
‘’Tolong lengkapi data diri pasien, ya mbak’’ ucap seorang perawat.
‘’Saya bukan walinya sus. Saya hanya orang baik yang lewat lalu membantunya yang sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.’’
‘’Apa mbak tau nomor telepon walinya?’’
‘’Sudah saya katakan kalau saya tidak mengenalnya. Namanya saja saya tidak tau, lalu bagaimana bisa saya tau walinya?’’ bohong Alesya.
‘’Tunggu dia sadar saja, lalu tanyakan hal ini padanya.’’ Wanita itu berucap dengan asal, saat mengatakan tunggu Devan sadar. Kenyataannya, Devan masih sadar 100%, pria itu hanya babak beluk dan tidak sampai kehilangan kesadarannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments