Chapter 20

Shin Hara sejak tadi dilanda gusar. Entah sudah berapa kali dirinya mengusak surai panjangnya dengan kasar. Ataupun membenturkan dahinya ke atas meja secara brutal. Sikap anehnya itu pun sampai diketahui ketua Ahn, dan berakhir mendapat teguran dari sang atasan. Namun tetap saja Hara lakukan. Bahkan Yeji yang turut melihat tingkah Hara hanya menatap heran. Berpikir mungkin temannya itu tengah kerasukan setan. 

"Hei, kau kenapa?" Yeji menyentuh-nyentuh lengan Hara dengan jari telunjuknya. Ia sendiri takut kalau-kalau Hara memang benar dirasuki salah satu penghuni di gedung ini.

Hara meracau. Ia lantas menarik kepalanya dari atas meja. Menampilkan rambutnya yang terurai berantakan---menutupi sebagian wajahnya.

"Aku pun tidak tahu aku kenapa," Hara kembali meletakkan kepalanya ke atas meja.

"Kau sudah gila," Yeji menggeleng-gelengkan kepala.

"Mungkin. Hehehe ...."

Jika seperti ini terus, pekerjaan Hara akan terbengkalai. Yah, biarlah kalau mendapat surat peringatan nantinya. Salahkan saja Jungkook, sebab pria itu menjadi alasan Hara bertingkah begini.

Jungkook terus-terusan mengusik pikiran Hara tanpa henti. Sikap dingin sang CEO menghantui Hara ke sana ke mari. Astaga, menyebalkan sekali. Meskipun sudah dipikirkan berkali-kali---hingga kepalanya dihantam rasa nyeri, tetap saja tak menemukan jawaban yang dicari.

"Nih, kopi." Seru Soobin, menghampiri meja Hara. Sejak tadi, rekan kerjanya itu memperhatikan tingkah Hara dari tempat duduknya. "Sepertinya kau sedang stres berat,"

Hara sontak membulatkan matanya. Rasanya malu sekali, seakan dipergoki. Di ruangan ini tidak hanya ada Yeji dan ketua Ahn seorang. Pasti banyak mata yang melihat tingkah anehnya dengan pandangan beragam. Atau tidak peduli sama sekali, lantaran disibukkan dengan pekerjaan.

Gadis itu buru-buru bangkit, membenarkan posisi duduknya---dan juga surainya yang mulai tak beraturan. "Ah, tidak juga." elak Hara, disertai kekehan kecil.

"Baiklah. Diminum dulu kopinya, supaya kau lebih rileks."

"Eum ... terima kasih."

"Buatku mana?" celetuk Yeji, turut serta pada konversasi mereka berdua.

"Ambil sendiri di pantry." Soobin menjawab dengan ketus.

"Cih. Harusnya kau membawakannya untukku juga,"

"Tidak mau."

Astaga, mereka mulai lagi. Soobin dan Yeji saling menatap sengit dengan raut kebencian di wajah masing-masing.

"Sudah, sudah." Hara menengahi. Ucapannya itu tertuju pada sosok yang berada di samping tempat duduknya. "Soobin, terima kasih, ya." lanjutnya, beralih pada pria yang berdiri di samping kirinya.

Soobin mengulas senyum. Menampilkan lesung pipinya setiap kali ia menarik sudut bibirnya ke atas. Manis sekali. Ia lantas mengacak surai Hara sesaat sebelum kembali ke mejanya. Untung saja Yeji tidak melihatnya.

Namun, Hara sontak dibuat membeku dengan perlakuan Soobin yang di luar dugaan. Hara pun tidak menampik jika jantungnya sampai berdebar. Mungkin Hara hanya terkejut mendapat afeksi berupa act of service dari seorang rekan. Anggap saja seperti itu. Sebab Hara harus menegaskan kembali, untuk tidak membiarkan dirinya membuka hati dengan pria mana pun. Walau entah kapan ia mungkin akan mengkhianati prinsipnya sendiri suatu hari nanti.

...***...

Jarum jam yang digantung pada dinding ruangan terus bergulir, hingga menunjukkan pukul dua sore. Ini adalah jam rawan setelah makan siang. Lantaran suasananya membuat para karyawan kerap mengantuk, meski sudah ditunjang dengan segelas kopi ataupun camilan ringan.

Tak terkecuali dengan Hara. Entah sudah berapa kali gadis itu menguap, di tengah kegiatannya menyortir data. Lain halnya dengan Yeji, gadis itu justru asyik terlelap tanpa dosa. Bisa-bisanya melakukan hal itu di jam kerja.

Hanya saja, situasi tersebut tak bertahan lama, sebab eksistensi Jungkook dan Jimin memasuki ruangan tiba-tiba. Mereka yang menyadari kehadiran sang atasan sontak menegakkan punggung mereka dan mengubah posisi duduk dalam keadaan siap. Sementara Hara, buru-buru membangunkan Yeji sebelum dilihat Jungkook---yang kini tengah memindai seisi ruangan dengan sorot tajam.

"Selamat siang," sapa Jungkook, sebelum menyampaikan tujuan kedatangannya.

"Selamat siang," balas penghuni ruangan---yang hanya berisikan delapan orang---dengan reaksi beragam. Ada yang antusias, tidak senang, ataupun kebingungan.

Tentu saja kehadiran Jungkook di sana bukan tanpa tujuan. Sebagai CEO yang menjalankan perusahaan manufaktur pada bidang kosmetik pria, ia ingin mengumpulkan data keluhan pelanggan terhadap produk miliknya---sebelum melakukan peninjauan ke pabrik langsung---guna merevisi kesalahan selama proses produksi.

"Kedatanganku ke sini ingin meminta data keluhan yang diajukan pelanggan saat membeli produk kita dalam satu bulan terakhir. Aku juga sudah meminta hal yang sama pada tim 1, dan akan melakukan komparasi data milik kalian dengan mereka." terang Jungkook panjang lebar.

"Baik, akan kami siapkan." ketua tim Ahn Hyoseop yang menjawab.

"Itu saja yang ingin kusampaikan." ucap Jungkook bermaksud mengakhiri. "Nanti serahkan pada sekretarisku dalam waktu satu jam ke depan." katanya lagi, membuat seisi ruangan dirundung panik. Bagaimana mungkin, mereka harus mengumpulkan data dalam waktu sesingkat itu.

Pun, tanpa mempedulikan kegaduhan yang terjadi, Jungkook keluar dari ruangan disusul Jimin di belakangnya. Dirinya bahkan enggan memberi atensi pada Hara---kendati meja gadis itu tidak jauh dari tempatnya berdiri---sebab meja Hara berada di pinggir, dekat pintu masuk.

"Kalian dengar itu? Kita hanya punya waktu satu jam untuk mengumpulkan data." vokal ketua Ahn yang menggema, sontak membuat mereka diam, dan menaruh atensi padanya bersamaan.

"Kumpulkan laporan harian dan mingguan kalian di bulan kemarin pada Choi Soobin." ketua Ahn beralih pada figur yang dimaksud. "Aku akan menunjuk tugas ini padamu. Soobin, kau ahli melakukan ini,"

"Okay." Soobin mengiyakan tanpa terlihat keberatan sama sekali.

Yah, lagipula ini bukanlah yang pertama kali. Pun, hanya dia lah seorang yang mampu merekap dan menyortir ratusan data dalam waktu sekejap mata dengan menggunakan metode coding. Sejujurnya, pria jangkung itu memiliki pemahaman dalam basic programming, lantaran ia merupakan lulusan teknik informatika semasa kuliahnya dulu. Hanya saja, Soobin memilih switch career, dan tidak melanjutkan karirnya lagi sebagai programmer. Terlalu melelahkan menurutnya.

Usai mengirimkan berkas yang diminta ketua Ahn pada Soobin, anggota tim 2 kembali melanjutkan tugas mereka masing-masing yang sempat tertunda.

Namun, tidak dengan Soobin. Ia tengah fokus menatap layar komputer, disertai gerakan jari-jarinya menari di atas keyboard. Saking seriusnya, Soobin sampai tidak menyadari kehadiran Hara di mejanya. Gadis itu meletakkan sesuatu di samping papan ketik komputer; sebungkus snack bar rasa cokelat.

"Balasan untuk kopi yang tadi," ucap Hara, membuat Soobin sempat tersentak lantas menghentikan kegiatannya untuk sesaat.

Soobin menoleh, mendapati Hara tersenyum padanya. Sejenak, detik jarum jam seakan berhenti bergerak, sebab senyuman yang diberikan gadis itu membuat Soobin terpana.

"Kalau begitu, aku kembali ke mejaku,"

Soobin buru-buru mengerjap. "Oh, iya. Terima kasih,"

Sebetulnya Hara tidak memiliki niat apa-apa melakukan hal tersebut. Apalagi menggoda pria tampan itu---seperti yang digosipkan dua rekan kerjanya saat ini. Hara hanya ingin berterima kasih untuk kopi yang diberikan Soobin. Sekalian menyemangati karena sudah berperan besar dalam tugas yang diberikan sang atasan.

...To be continued.......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!