Chapter 17

Ucapan Jungkook mengingatkan dirinya kembali akan tiga bulan lalu, saat masih berada di Amerika. Jiwook---sang ayah, sangat bersikeras meminta putranya kembali ke Korea untuk menggantikan posisinya, sebab ia ingin pensiun dini dan beristirahat dari urusan pekerjaan sejenak.

Pun sama halnya dengan Jungkook, yang bersikeras menolak permintaan sang ayah. Anak tunggalnya itu sudah terlalu nyaman tinggal di Amerika, kendati belum genap 2 tahun berada di sana.

Jiwook bahkan dengan sengaja mengirimkan beberapa berkas dari perusahaan, berupa daftar karyawan yang masih aktif bekerja maupun yang sudah resign, daftar pemegang saham Nam Corp, vendor yang bekerjasama dengan perusahaan mereka, dan juga hal-hal lain yang harus Jungkook ketahui sebagai pewaris perusahaan nantinya.

Namun dokumen penting yang dikemas di dalam kotak tersebut, justru hanya menjadi tumpukan kertas tak berarti. Lantaran Jungkook sama sekali tidak berminat untuk sekedar melirik. Jangankan peduli, penasaran saja tidak. Jungkook tidak mau tahu apapun tentang perusahaan ayahnya di Korea.

"Kau buang saja sampah ini, Jim." keluh Jungkook pada sekretaris sekaligus sahabatnya itu.

"Mana bisa begitu. Ini dokumen perusahaan, tidak boleh sembarangan." Jimin balas mengonel, membuat Jungkook berdecak sebal.

Selang beberapa jam, Jungkook tidak sengaja menyenggol salah satu kotak berisi berkas tersebut, kala ia tengah meletakkan botol sampanye pada meja di sebelahnya.

Sontak saja, isinya berhamburan keluar. Pun, mau tidak mau Jungkook harus membereskannya sendiri. Sembari menggerutu, ia mengambil lembar demi lembar kertas yang berserakan di lantai. Namun saat ingin mengambil lembaran terakhir, Jungkook mendadak stagnan, sebab kertas tersebut merupakan sebuah Curriculum Vitae dengan nama Shin Hara.

Jungkook pun mengamati dengan detail informasi yang tertera di sana, dan juga foto yang tercantum dari sang pemilik nama. Memastikan profil tersebut adalah orang yang sama dengan sang pujaan hati.

"Jim, kurasa sudah saatnya aku kembali ke Korea." seru Jungkook sembari memperlihatkan kertas dalam genggamannya pada Jimin.

"Hara bekerja di sana," lanjutnya lagi.

Beberapa bulan terakhir sejak Jimin gagal mencari keberadaan gadis itu, Jungkook hampir menyerah mencari, dan berniat menghapus sosok Hara dalam hidupnya. Namun entah bagaimana, Jungkook seakan diberikan petunjuk. Pun, keduanya mungkim memang sudah ditakdirkan untuk bertemu kembali.

"Sampaikan pada ayahku, aku menerima tawarannya." titah Jungkook, yang langsung diiyakan Jimin saat itu juga.

Ayah dan anak itu pun langsung melakukan pertemuan bersama sekretaris mereka masing-masing, guna membahas beberapa hal. Termasuk serah terima jabatan Jungkook sebagai Direktur Utama atas perusahaan di Amerika. Meskipun belum ada kandidat pengganti, namun Jiwook mengatakan biar dirinya yang mengurus persoalan tersebut.

"Aku penasaran apa yang membuatmu berubah pikiran?" tanya sang ayah. Sebab Jungkook tipe orang yang konsisten.

Putranya itu akan mempertahankan keyakinannya sendiri sampai akhir. Namun tentu akan berubah pikiran jika ada hal penting yang mengharuskan.

"Karena pada akhirnya aku akan mewarisi perusahaan tersebut." jawaban Jungkook sontak disambut tawa sumringah dari ayahnya.

Meski Jungkook terdengar menyebalkan, namun sikap seperti itu lah yang harus dimiliki seorang CEO. Untuk tidak mudah goyah ataupun terpengaruh masalah yang akan menerpanya nanti. Hal tersebut juga menandakan bahwa Jungkook telah siap menerima tanggung jawab besar.

Kiranya memakan waktu hampir 3 bulan untuk resmi menyandang gelar sebagai CEO. Lantaran banyaknya persiapan yang harus dilakukan. Seperti mengurus administratif, dan juga Jungkook harus mempelajari lebih dalam mengenai jabatan tersebut, serta bagaimana sistem regulasi di perusahaannya sendiri.

Sejujurnya pula, hari itu bukanlah pertama kalinya bagi Jungkook menginjakkan kaki di gedung Nam Corp. Setelah dua minggu kembali ke Korea, ia sudah bolak-balik mengunjungi perusahaannya---tanpa ada yang mengenali dirinya siapa. Tujuannya guna mengamati bagaimana budaya kerja di sana, dan juga kinerja karyawannya.

Momen tersebut turut ia jadikan kesempatan untuk memata-matai kebiasaan Hara. Maka itu lah mengapa Jungkook menghampiri eksistensi Hara yang berada di rooftop. Sebab beberapa hari sekali, gadis itu pasti ada di sana seorang diri setiap jam makan siang.

"Lalu, apakah itu menjadi tanggung jawabku?" Hara yang bersuara. Konversasi antara Jungkook dan Hara masih berlanjut. Hanya saja, bukan begini situasi yang seharusnya tercipta.

"Bukan begitu maksudku---"

"Kumohon, jangan mengatakan hal-hal lain yang akan membuatku membencimu,"

"Kau marah padaku?"

Hara memalingkan wajahnya.

Gadis itu pun bangkit dari kursi. "Maaf, kalau ucapanku keterlaluan. Padahal kau sudah sangat baik padaku." Hara membungkuk sejenak. "Terima kasih makanannya," lanjutnya, lantas beranjak dari meja makan.

Yang ada di pikiran Hara sekarang adalah pulang ke rumahnya. Untungnya ia sempat mencuci pakaiannya saat mandi, meski tidak ada pengering di sana. Masa bodoh jika harus menggunakan baju yang masih basah. Daripada harus bermalam di apartemen Jungkook. Terlalu canggung rasanya.

"Hara, tunggu." Jungkook turut beranjak dari meja makan, dan menyusul langkah gadis itu yang sudah berada di ruang tamu.

Sama seperti yang pernah terjadi, Jungkook kembali mencekal lengan Hara, hingga gadis itu berbalik ke arahnya.

"Baiklah, mari kita akhiri pembahasan itu. Maaf, membuatmu tidak nyaman. Aku hanya ingin kau mengerti." Jungkook menjeda ucapannya sejenak.

"Tapi jangan pergi. Aku tidak mau kehilanganmu lagi,"

Kedua mata Hara sontak membola. Untuk kali pertama ada seseorang yang menginginkan keberadaannya di dunia ini. Ia senang sekaligus ragu. Apakah ia pantas menerima afirmasi ini.

"Tuan Jungkook, aku---"

Ucapan Hara berhenti sebab sayup-sayup terdengar ocehan yang dilontarkan seorang pria dari arah pintu masuk. Jungkook dan Hara pun mengalihkan pandangan mereka pada objek yang sama, mencari tahu siapa sosok di sana.

Rupanya ia adalah Jimin. Pria tersebut membawa beberapa paper bag besar di tangannya. Jelas sekali Jimin sangat kerepotan dengan semua barang-barang itu, hingga tak berhenti menggerutu memasuki apartemen Jungkook seorang diri.

"Apakah tidak ada orang di sini? Aku sudah menekan bel berkali-kali, tapi tidak ada yang membuka pintu!" gerutunya, lantas mendekati mereka berdua, dan menghentakkan bingkisan yang ia bawa ke atas sofa.

"Kau sudah datang," Jungkook berkata dengan santainya, usai melepaskan tangan Hara dari cekalannya.

"Aku sudah membawa semua yang kau minta." Jimin berkata dengan sinis. Terlihat betapa kesal dirinya harus menuruti kemauan si bayi kekar yang ada saja tingkahnya.

Sementara itu, Hara yang tidak mengerti ada apa di antara kedua pria itu, hanya memandangi Jungkook dan Jimin bergantian, sembari diselimuti tanya.

Jimin yang menyadari hal tersebut, lantas beralih pada Hara dan menyapa gadis itu. "Hai, kau Shin Hara, kan?" nada bicaranya lembut sekali. Berbeda saat bicara dengan Jungkook beberapa detik yang lalu.

Hara mengangguk malu-malu. "Benar,"

"Senang bertemu denganmu, aku Jung Jimin." Jimin mengulurkan tangannya. Aksinya itu tentu dihadiahi decak sebal dan tatapan sinis dari pria di seberangnya.

Hara lantas membalas uluran tangan Jimin, disertai seulas senyum. Jungkook pun semakin dibuat kesal melihat interaksi keduanya yang terlihat sangat hangat.

"Sudah kenalannya?"

Jimin hanya menoleh sekilas sembari menjulurkan lidah, guna meledek Jungkook. Ia lantas beralih pada Hara, bermaksud ingin mengobrol. Namun saat tidak sengaja mengamati kemeja tidur yang dipakai Hara, Jimin pun berkata, "Oh baju itu, kan---"

Jungkook refleks mengambil handuk yang ia pakai untuk menggosok surainya tadi dari sofa, lantas menggunakan linen tersebut untuk menutupi bagian depan tubuh Hara---yang saat ini terlihat kebingungan dengan ucapan Jimin.

Hara pun terperanjat dengan perlakuan Jungkook, seiring menyadari bahwa dirinya tidak memakai dalaman. Maklum saja, ukuran dadanya tidak sebesar pada wanita pada umumnya. Hingga bukan menjadi masalah buntalan lemak tersebut menggantung bebas begitu saja. Yah, meskipun ada rasa tidak nyaman juga, sih.

"Jangan lihat!" Jungkook yang bersuara.

Jimin pun menanggapi dengan memutar bola matanya malas. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan baju itu. Jimin hanya teringat Jungkook pernah berniat membuang setelan pakaian tersebut, lantaran merasa bahan kainnya terlihat transparan. Walau sebenarnya baik-baik saja dipakai oleh Hara saat ini.

"Wah, apa kalian makan malam tanpa mengajakku?" Jimin langsung beralih pada meja makan dengan kehebohan yang diciptakannya sendiri.

"Enak sekali," lanjut Jimin lagi usai menikmati suapan pertama dari hidangan yang sudah mulai dingin itu tanpa merasa terbebani---mengabaikan dua sosok di ruang tamu yang saling menatap canggung. Akibat ulah Jimin tentunya.

"Kau bisa menggunakan baju-baju ini, biar aku bawakan ke kamar." seru Jungkook, sembari mengambil seluruh paper bag dan membawanya seorang diri menuju kamar di lantai atas.

Hara pun hanya mengangguk dan mulai mengekori langkah Jungkook menaiki tangga. Sementara dari arah meja makan, Jimin mengulas seringai kecil mengamati mereka berdua.

"Tuan Jungkook, pekerjaan yang kau sebutkan tadi, bagaimana?" tanya Hara begitu keduanya tiba di depan pintu kamar.

"Besok saja. Kau harus beristirahat malam ini." Jungkook pun menyerahkan jinjingan dari genggamannya pada Hara.

"Tidurlah," kata Jungkook lagi sebelum undur diri dari hadapan gadis itu.

"Tuan Jungkook," panggil Hara, sebelum Jungkook menuruni tangga. "Terima kasih."

Jungkook hanya tersenyum tipis, lantas menghilang dari pandangan Hara, dan menghampiri Jimin yang tengah duduk di sofa---usai menghabiskan sebagian hidangan buatan temannya itu.

"Kau tidak pulang?" pertanyaan yang Jungkook lontarkan lebih terdengar seperti mengusir Jimin.

"Aku akan bermalam di sini," Jimin pun merebahkan tubuhnya pada sofa yang ia duduki. "Aku akan mengawasimu, agar kau tidak melakukan sesuatu pada Hara." lanjutnya.

Jungkook tertawa kecil. "Aku lebih khawatir kau akan menyusup ke kamar Hara."

"Hei, ayolah aku tidak mungkin melakukan itu."

"Iya, baiklah. Tutup mulutmu dan tidur sana,"

Jungkook lantas memasuki kamarnya, sementara Jimin memutuskan tidur di sofa. Apa boleh buat, kediaman dua lantai itu hanya  memiliki dua kamar tidur. Meskipun ada satu kamar kosong, namun keadaannya benar-benar kosong. Entah ruangan itu akan dijadikan apa nantinya, Jungkook belum memutuskannya.

Dalam kesendiriannya, Jimin terpikirkan sesuatu setelah bertatap mata dengan Hara tadi. Sejujurnya, kala ia diminta Jungkook mencari gadis itu, ia sudah berhasil menemukannya. Namun ia memilih menyembunyikannya, sebab ada hal yang tidak ingin Jimin sampaikan pada Jungkook. Biarlah itu menjadi rahasia, untuk ia simpan sendiri.

Lagipula, sepertinya Hara tidak mengingat Jimin. Kendati pria itu pernah memberikan suatu pertolongan padanya di masa lalu.

...To be continued.......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!