Chapter 16

"Hara ... aku tidak akan melepaskanmu lagi,"

Rasanya campur aduk. Antara terkejut, bingung, sekaligus takut. Disertai irama jantung yang berdetak cepat dan rasa gugup. Sepertinya Hara lupa akan konsekuensi yang akan terjadi jika berada 1 atap dengan seorang pria. Mungkinkah malam ini Hara akan dijadikan sebagai partner one night stand sang CEO?---seperti di cerita novel yang pernah ia baca. Namun mengapa harus dirinya, di saat masih banyak wanita lain di luar sana.

Pun, apakah malam ini Hara harus rela menyerahkan mahkotanya untuk sang atasan. Bagaimana jika ia menolak? Apakah karirnya akan terancam? Oh, sial. Tidak ada jalan keluar.

Kini, jarak mereka hanya menyisakan satu jengkal. Bahkan Hara dapat merasakan terpaan napas Jungkook yang mengenai wajahnya. Serta aroma parfum cotton breeze yang lembut, memanjakan indera penciuman Hara.

Gawat. Aku menyukai aroma parfumnya.

Hara sontak menunduk, guna menghindari tatapan pria di hadapannya. Ia takut nantinya akan lepas kendali, membiarkan tubuhnya dijamah oleh seseorang yang bahkan tidak memiliki hubungan apapun dengannya.

Di saat yang sama, hasrat gairah Jungkook yang sejak tadi menggebu, seketika lenyap begitu saja. Lantaran sikap Hara yang tiba-tiba menunduk takut, membuat Jungkook merasa bersalah. Gadis itu pasti sangat terkejut.

Jungkook pun lantas berucap, "Minggir, aku mau mandi." kilahnya seadanya. Hanya itu ide yang terlintas di kepala Jungkook.

Hara sontak membelalakkan mata. "Oh, iya, iya." ucapnya tergugup, sembari menggeser tubuhnya menjauh dari pintu.

Gadis itu pun menghela napas lega, begitu Jungkook menghilang ke dalam kamar. Hara merasa hanya spekulasinya saja yang terlalu percaya diri bahwa Jungkook akan melakukan sesuatu padanya. Walau memang sebenarnya iya, hanya saja pria bertato itu pandai menahan diri.

...***...

Menit demi menit yang berlalu selagi menunggu Jungkook selesai mandi, dihabiskan Hara dengan menonton televisi di ruang tamu. Rasa bosan dan lapar pun mulai datang bersamaan. Sembari terus menerka-nerka sebenarnya pekerjaan apa yang akan ia lakukan sampai harus bermalam di rumah sang CEO?

"Kau ingin makan apa?" hadirnya vokal Jungkook membuat Hara terperanjat, lantas menoleh pada sang pemilik suara.

Terlihat Jungkook baru saja menutup pintu kamar, sembari menggosok-gosokkan surainya yang basah dengan handuk, lalu menyampirkan linen tersebut pada sofa setelah selesai.

Pria itu sama sekali tidak terlihat seperti seorang CEO dengan penampilannya sekarang---yang hanya mengenakan kaos putih panjang oversize, dan celana panjang longgar berwarna abu-abu.

"Hmm ... omelet?"

"Lalu, apa lagi?"

Hara bingung. Dirinya memang lapar, namun jika ditanya ingin makan apa, otaknya mendadak berhenti berfungsi.

"Bagaimana denganmu?"

"Aku makan apa saja,"

"Hmm,"

"Kalau begitu, aku akan melihat bahan-bahan di kulkas. Siapa tahu ada beberapa menu yang bisa dimasak." ujar Jungkook mengambil keputusan final. Jika menunggu jawaban Hara, bisa-bisa matahari sudah terbit sebelum mereka sempat mencicipi makan malam.

"Masak? Siapa yang memasak?"

"Aku," Jungkook menunjuk dirinya sendiri.

"Sungguh?"

Jungkook mengangguk.

"Wah, keren." bertambah lagi poin kesempurnaan Jungkook sebagai pria yang bisa memasak. "Boleh aku ikut ke dapur?" lanjut Hara lagi.

Gadis itu sangat penasaran bagaimana pesona Jungkook yang siang tadi berkutat dengan lembaran berkas, kini berhadapan dengan pisau dapur dan peralatan memasak.

Jungkook hanya mengulas senyum tanpa menjawab, lantas melenggang menuju dapur yang letaknya tidak jauh dari ruang tamu---diikuti Hara di belakangnya.

Yang Jungkook lakukan pertama kali adalah membuka kulkas. Ia berdiam diri selama beberapa waktu memperhatikan isi di dalam sana, sembari memegangi pintu benda elektronik itu. Sementara Hara duduk di depan meja counter, memperhatikan setiap gerak-gerik yang Jungkook lakukan.

Dirasa sudah menemukan apa yang dicari, Jungkook lantas mengeluarkan protein, karbohidrat, beberapa sayuran, dan bumbu-bumbu yang dibutuhkan. Dengan terampil, Jungkook mulai mengupas, mencuci, dan memotong bahan makanan di hadapan Hara, layaknya seorang chef yang tengah melakukan demo masak.

Sesekali Jungkook mencuri pandang pada gadis yang tengah memperhatikan dirinya memotong kentang. Tanpa sadar, Jungkook mengulas senyum tipis. Ia merasa lega Hara tidak menjauhinya, seperti yang ia pikirkan sebelumnya.

Sama halnya dengan Hara, gadis itu turut mengulas senyum simpul melihat potongan kentang yang terlihat sangat rapi. Jujur saja, Hara sangat mengagumi keterampilan Jungkook saat ini.

Melihat bagaimana Hara tersenyum, gerakan tangan Jungkook refleks terhenti. Sontak membuat keduanya saling bertukar pandang selama beberapa detik. Jungkook terpana; Hara terheran-heran.

Namun desis air mendidih yang berasal dari panci, membuat keduanya tersentak dan tersadar dari momen aneh ini. Jungkook pun buru-buru membuka tutup panci, lalu menaburi garam dan minyak sebelum memasukkan pasta berbentuk spiral tersebut ke dalam sana.

Tidak berhenti di situ, Jungkook beralih pada pan yang sudah panas, lantas meletakkan potongan daging sapi bagian tenderloin, disusul margarin dan rosemary. Selain pasta, Jungkook juga akan membuat steak dengan kematangan medium well.

Membutuhkan waktu satu jam bagi Jungkook untuk menyelesaikan tiga hidangan sekaligus sebagai menu makan malam. Di saat yang bersamaan, tak henti-hentinya Hara berkata 'wah' hingga membuat mulutnya menganga.

Sajian pasta krim keju pedas, steak dengan kentang, dan salad sayur, menghiasi meja makan bak menu makan malam yang mewah. Ini bahkan di luar ekspektasi Hara, padahal ia hanya meminta omelet. Oh, tunggu, bahkan menu yang disebutkan gadis itu justru tidak ada di atas meja.

"Tidak ada omelet?"

"Telurnya habis."

Hara pun hanya mengiyakan. Ia tidak ingin bersikeras menuntut menu tersebut harus ada. Lagipula makanan yang Jungkook sediakan sudah lebih dari cukup.

Sebagai sentuhan akhir, Jungkook berniat mengambil sampanye untuk pendamping makan malam, namun tiba-tiba saja ia teringat ucapan Hara yang memintanya berhenti minum minuman haram tersebut. Pun, belum tentu juga Hara minum alkohol. Maka ia hanya menaruh dua air mineral menggunakan gelas wine.

"Makanlah," kata Jungkook mempersilahkan.

Gadis itu tentu sangat bersemangat. Setiap suapan yang masuk tak henti-hentinya membuat dirinya mengulas senyum lebar. Namun pada suapan ke sekian, kurva yang sejak tadi terukir tak bisa bertahan lama, sebab Jungkook berkata, "Dulu kita pernah bertemu, sebelum aku pergi ke Amerika." katanya tanpa basa-basi.

"Benarkah?" Hara menurunkan sendok dari genggamannya perlahan. "Kenapa kita bertemu?"

"Takdir,"

Hara sontak membeku. Kalau boleh jujur, setiap afirmasi yang Jungkook sampaikan sangat menghangatkan hatinya. Namun apa tujuannya? Pantaskah Hara menerima semua ini, meski ia tidak mengenal siapa Jungkook? Lalu Hara harus memberikan reaksi apa? Bagaimana cara ia menanggapi Jungkook saat ini?

"Tapi maaf karena aku pergi tiba-tiba." Jungkook kembali bicara, meski gadis di hadapannya masih belum memberi respon sama sekali.

"Kau pasti sangat terluka, sampai kau memilih melupakanku dan kenangan kita." pria itu bahkan mengatakannya tanpa mengalihkan pandangannya dari piring.

Hara stagnan. Mempertanyakan hubungan seperti apa yang pernah mereka miliki di masa lalu, hingga Jungkook bersikap demikian.

"Tuan Jungkook,"

Panggilan Hara pun membuat sang pemilik nama akhirnya mengangkat kepala, lantas saling bertukar pandang dalam hening.

"Baiklah, anggap saja seperti itu. Tapi, mungkin kau salah orang. Bisa saja aku hanya mirip dengan orang itu,"

"Tidak, Hara. Hanya ada dirimu seorang di dunia ini."

"Tapi tetap saja---"

"Kau bahkan menjadi alasanku kembali ke negara ini, dan menjabat sebagai CEO di perusahaan ayahku, meski aku tidak ingin!"

...To be continued.......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!