Chapter 18

Hara mengawali pagi dengan membersihkan diri, usai terbangun dari tidur lelapnya di apartemen sang CEO. Lalu mulai memilih pakaian yang akan dikenakan hari ini. Untunglah semua pakaian yang dibeli Jimin sangat pas ukurannya dengan gadis itu. Bahkan untuk ukuran bra. Entah bagaimana Jungkook ataupun Jimin bisa tahu ukuran milik Hara meski tanpa bertanya dan hanya dari melihatnya saja? 

Tidak hanya ukuran, gaya pakaiannya pun persis seperti yang biasa Hara kenakan; kemeja lengan panjang polos, dan celana panjang yang didominasi warna pastel serta warna gelap. Selain pakaian, juga terdapat sepasang sepatu heels dan wedges yang lagi-lagi ukurannya sangat sesuai untuk Hara.

Namun hal tersebut bukanlah kebetulan semata. Jungkook sudah mengetahuinya secara tidak sengaja, kala mengantar gadis itu ke rumah sakit tempo hari.

Untuk ukuran sepatu, Jungkook mengetahuinya saat membuka alas kaki Hara, begitu dibaringkan di ranjang rumah sakit. Untuk baju, jelas sekali ukurannya M dengan hanya melihatnya saja. Untuk model pakaian, Jungkook memilih berdasarkan kebiasaan yang dikenakan Hara sehari-hari ke kantor.

Sedangkan untuk ukuran dada dan lingkar pinggang, sejujurnya Jungkook hanya menerka-nerka. Lantaran ia kerap membayangkan bagaimana mendekap tubuh mungil gadis itu ke dalam pelukannya. Karena itu lah, semua informasi yang Jungkook ketahui, ia sampaikan pada Jimin dalam memilih pakaian yang cocok untuk Hara.

Sebagai sentuhan akhir untuk penampilannya hari ini, Hara hanya menggerai surainya begitu saja. Sebab rambutnya itu masih setengah basah setelah keramas tadi. Dirasa siap, ia pun keluar dari kamar dan mulai menuruni tangga.

Rasanya sangat berbeda dengan keadaan di rumahnya di setiap pagi, yang tidak ada kehidupan sama sekali di sana. Walau memang iya, sebab Hara hanya seorang diri di rumah itu. Namun terkadang, gadis itu masih terbayang-bayang akan eksistensi  keluarganya, kendati Hara sudah melupakan mereka karena sebuah alasan.

Sementara di apartemen ini, terlihat Jungkook sudah sibuk di dapur, sembari memanggang pancake untuk menu sarapan. Lalu di ruang tamu, terdapat Jimin yang tengah sibuk menggulirkan tablet, guna mengecek profit saham perusahaan pagi ini.

"Kau mau kopi?" seru Jungkook, begitu menyadari eksistensi Hara yang masih berada di pijakan anak tangga.

"Boleh. Asal jangan americano."

Tunggu, mengapa rasanya ada yang salah dengan situasi ini. Kehadiran Hara justru diperlakukan bak putri raja, sementara Jungkook adalah atasannya. Selain itu, mengapa bukan Jimin yang mempersiapkan sarapannya---padahal pria pemilik jari mungil itu selalu melakukan perintah Jungkook, apapun permintaannya.

"Kau memasak sarapan untuk kami?" Hara mendekat basa-basi.

Jungkook mengangguk dengan tatapan mata yang fokus menuang adonan pancake ke atas pan panas. Ia takut akan terlena dengan pesona Hara yang berada di depan matanya, jika menatap gadis itu lama-lama. "Iya, apa boleh buat. Jimin tidak bisa melakukannya."

Mendengar namanya disebut, Jimin refleks menoleh ke arah dapur. Dan langsung menaruh curiga kalau-kalau Jungkook membicarakan dirinya pada Hara.

"Mengapa tidak membeli atau memesannya saja, lebih praktis?" Hara kembali bertanya sebab penasaran.

Di mata Hara, seorang CEO biasanya adalah pribadi yang manja. Yang apapun kebutuhannya harus dilayani dan disiapkan saat itu juga. Namun, melihat bagaimana Jungkook memasak, sudut pandang gadis itu sepertinya akan berubah perlahan.

"Karena kebiasaan. Sejak tinggal di Amerika, aku sudah melakukan ini. Karena makanan di sana juga kurang cocok dengan lidahku. Jadi, mau tidak mau aku harus memasak sendiri." jelas Jungkook, membuat Hara mengangguk-angguk kagum.

"Benar sekali." Jimin yang turut hadir di dapur, menimpali. "Walaupun dia sering merengek seperti bayi, tapi untuk hal-hal seperti ini serahkan saja padanya. Kau hanya perlu duduk diam, biar dia yang melayani."

Ucapan Jimin membuat Hara lantas tertawa, meramaikan suasana di sana. Sementara yang dibicarakan hanya diam menatap tajam pada temannya itu. Jungkook pun beralih pada Hara yang masih mengukir kurva lebar, sebab obrolan Jimin yang terus berlanjut.

Rasanya sesak dan sakit melihat bagaimana gadis itu menunjukkan ekspresi bahagia di depan matanya. Namun, karena pria lain yang melakukannya. Jangankan tertawa pada Jungkook, tersenyum pun rasanya tidak pernah. Hara hanya menunjukkan raut takut, marah, dan tidak senang padanya. Jungkook sangat tidak terima diperlakukan berbeda seperti ini.

"Agendaku hari ini apa, Jim?" Jungkook menyela di tengah serunya obrolan Jimin dan Hara. Keduanya pun sontak terdiam bersamaan.

Tujuannya agar mereka berhenti berinteraksi. Sebab emosi Jungkook sudah mendominasi, namun ia tidak ingin marah pada Jimin di depan gadis itu. Atau Hara akan semakin menjauhi Jungkook lagi, dan lagi.

"Oh, sebentar. Aku lihat dulu." Jimin melenggang menuju ruang tamu, guna mengambil tablet dari atas meja, dan kembali lagi ke dapur.

"Kau ada jadwal kunjungan ke pabrik, dan juga melakukan pertemuan dengan dewan komisaris nanti malam. Pastikan kau tidak mengkonsumsi alkohol apapun, karena akan minum dengan komisaris di sana." jelas Jimin.

"Aku tidak akan minum." Jungkook bicara dengan menatap Hara. "Bahkan di pertemuan itu," Jungkook ingin meyakinkan gadis itu, bahwa ia bukanlah seorang pemabuk, seperti yang dikatakannya tempo hari. Kendati Hara sendiri tidak mengerti mengapa Jungkook berkata demikian padanya.

"Lalu, bagaimana denganku? Kau bilang ada pekerjaan yang harus kulakukan?" Hara yang sejak tadi menyimak, mulai mengajukan tanya yang ditujukan pada Jungkook.

"Pekerjaan? Kau cukup datang ke kantor untuk melakukan pekerjaanmu."

"Tapi Tuan Jungkook---"

"Berhentilah memanggilku tuan. Panggil Jungkook saja," katanya dengan kesal.

"Tapi kau atasanku,"

"Apa kau akan memanggil Jimin dengan sebutan tuan juga?"

"Aku tidak akan melakukan itu,"

Jungkook meletakkan adonan terakhir yang sudah matang ke atas piring---usai mematikan kompor. "Kenapa?"

"Karena kalian berbeda." Hara mengatakannya begitu saja, tanpa ada maksud apa-apa.

Hanya saja ucapan Hara membuat Jungkook bergeming sejenak diselimuti geram, lantas berkata, "Oh, begitu. Karena aku dan Jimin berbeda, sebab itu lah kau tidak mau tersenyum padaku,"

Jungkook pun memilih meninggalkan dapur usai mengucapkan kalimat terakhirnya dengan perasaan jengkel. Ia bahkan tidak jadi membuatkan kopi untuk Hara---kendati sudah menawarkan. Lalu Jungkook berjalan menuju kamar, guna membersihkan diri sebelum berangkat ke kantor.

Sementara Hara hanya memandang kepergian Jungkook dalam kebingungan. "Ada apa dengannya?" ia bertanya pada satu-satunya orang yang ada di sana.

"Entahlah," Jimin mengedikkan bahu, pura-pura tidak tahu kalau Jungkook tengah dilanda cemburu.

...To be continued.......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!