Chapter 19

"Hara, kau berangkat ke kantor denganku," Jungkook yang bersuara.

Pria itu akhirnya keluar dari kamar dengan penampilan rapi---mengenakan setelan jas, dan surainya disisir ke belakang. Sementara Hara dan Jimin menunggu di ruang tamu, sembari menikmati sarapan mereka tanpa saling bicara. Meski Hara berniat memulai obrolan dengan Jimin, namun rasanya sungkan. Sebab Jimin terlihat sangat sibuk berinteraksi dengan benda elektronik dalam genggamannya.

"Tapi, bagaimana kalau karyawan lain melihatku?"

"Memangnya kenapa?"

"Kau ingin menghancurkan karirku?"

"Apa maksudmu?"

Jungkook dan Hara lagi-lagi memulai perdebatan kembali. Terlihat keduanya seakan tengah memancarkan peperangan sekarang. Hara memberi tatapan geram atas ucapan Jungkook barusan. Sedangkan Jungkook masih diselimuti jengkel akan kejadian 30 menit yang lalu. Sayang sekali dinginnya kucuran air shower saat Jungkook mandi tidak bisa meluruhkan emosinya yang masih menggebu.

Jimin yang berada di tengah-tengah mereka, mau tidak mau harus berpikir keras mencari solusi. Agar situasi menegangkan ini dapat teratasi.

"Tidak apa-apa. Nanti Hara bisa turun di halte bus dekat kantor, bagaimana?" Jimin mencoba menengahi. Syukurlah idenya itu langsung mendapat anggukan setuju dari keduanya.

"Kalau begitu, aku akan menyiapkan mobil. Kutunggu di basement 10 menit lagi." lanjut Jimin, lantas keluar dari apartemen. Memberi ruang pada Hara dan Jungkook untuk bicara.

"Tuan Jung---maksudku, Jungkook ... aku ada salah padamu?" Hara membuka suara.

"Tidak ada," Jungkook menjawab sembari berpaling.

"Lalu, kenapa kau terlihat marah?"

Jungkook enggan menjawab. Ia memilih mengalihkan pandangannya pada arah dapur, dan lantas terkejut mendapati kondisi dapurnya sudah bersih dan rapi. Hanya terlihat sebuah piring dengan beberapa lembar pancake di atasnya. Pancake itu adalah jatah sarapan miliknya yang sengaja Jimin pisahkan. Bahkan Jungkook belum sempat memakan masakannya, lantaran keburu kalut dengan emosinya sendiri.

"Jungkook---" lantaran tak mendapat respon, Hara memanggil kembali nama pria di hadapannya.

"Ayo berangkat, nanti terlambat." Jungkook mengalihkan topik. Ia tidak ingin berlarut meladeni Hara, atau akan terjadi perdebatan lagi.

"Tunggu aku," Hara pun berlari-lari kecil menyusul langkah lebar Jungkook usai menutup pintu apartemen. Meski sudah diteriaki, pria itu tetap bergeming tak peduli. Jungkook seram juga kalau sudah marah begini.

...***...

"Sudah sampai," seru Jimin, begitu mobil yang ia kemudikan berhenti di depan halte bus. Halte itu jaraknya sekitar 150 meter dari gedung tujuan mereka.

Hara akan berjalan kaki dari sana menuju gedung Nam Corp, lantaran tidak ingin ada rekan lain yang melihat jika ia berada satu mobil dengan Jungkook. Lagipula jaraknya tidak terlalu jauh, pun Hara sudah terbiasa.

"Terima kasih tumpangannya," pamit Hara sebelum membuka pintu mobil. Ia lantas menggulirkan netranya sesaat pada bangku belakang.

Lantaran sosok yang duduk seorang diri di sana, tidak bersuara sama sekali sejak perjalanan berangkat dari basement apartemen. Terlihat Jungkook hanya melempar pandangan ke luar jendela, kendati tahu Hara akan turun dari mobilnya.

"Sampai bertemu di kantor," Jimin yang berucap. Hingga membuat Hara mengerjap, seakan tertangkap basah sebab mencuri pandang pada Jungkook.

"Ah, iya." Hara mengulas senyum tipis, lantas menjauh dari mobil. Membiarkan kendaraan tersebut menghilang dari pandangannya.

"Dia kenapa, sih?" lanjut Hara bergumam sendiri, sembari menyusuri trotoar.

Setibanya di lobi, rupanya Hara berpapasan dengan Jungkook dan Jimin dari arah berlawanan---yang sama-sama ingin melewati pintu otomatis. Rasanya canggung sekali, padahal mereka berada dalam satu mobil yang sama beberapa menit lalu.

Hara dilanda dilema ingin bertegur sapa atau berpura-pura tidak mengenal mereka. Namun rupanya Jimin memberikan senyum lebih dulu padanya. Hanya saja, mengapa pria di sebelahnya itu bersikap sebaliknya? Astaga, auranya dingin sekali.

Hara pun balas tersenyum disertai membungkuk hormat pada mereka berdua. Bersikap profesional ceritanya. Meskipun dalam hati jengkel sekali dengan sikap Jungkook yang berubah 180 derajat---hanya dalam waktu kurang dari satu jam. Oh, tuhan, seberapa besar kesalahan Hara, sampai-sampai Jungkook mendiamkannya seperti itu.

Bahkan ketika mereka sama-sama menunggu pintu lift terbuka, Jungkook tak kunjung mengucap sepatah kata. Pun, ketika lift telah tiba, pria di sebelahnya hanya melewati Hara begitu saja, tanpa berniat mengajaknya.

"Kau mau ikut naik?" tawar Jimin.

"A---"

"Tutup pintunya, Jim."

Dingin, kejam, tak berperasaan. Satu kalimat yang Jungkook lontarkan bagaikan mata pisau yang menghunus jantung lawan dengan brutal. Sangat mematikan. Hara sampai speechless karenanya.

Baiklah! Anggap saja karena kita berada di ruang terbuka, kau berpura-pura tidak mengenalku. Baiklah! Hara bergumam dalam diam, disertai sebuah senyuman yang dipaksakan.

"Tidak apa-apa, kalian duluan saja." jawab Hara, sebelum pintu lift tertutup rapat.

Jungkook sialan.

Sementara di dalam lift, Jimin memulai konversasi pada orang di sebelahnya dengan berkata, "Bukankah sikapmu terlalu kejam pada Hara?"

Sejujurnya Jimin kasihan pada gadis itu. Ia menyadari Jungkook menghindari Hara. Sedangkan gadis itu tidak tahu letak salahnya di mana.

"Anggap saja aku memberikan hukuman padanya. Karena sikap dia jauh lebih kejam padaku."

Jimin lantas memilih bungkam tanpa berniat melanjutkan. Jungkook sangat menyeramkan jika sudah seperti ini.

...To be continued.......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!