Bab 11

Ketika Chu Yao membuka mata, ia mendapati sang pengawal pribadi tertidur di ujung tempat tidurnya. Sejenak ia menatap pemandangan yang tak biasa itu. Meski dalam kondisi remang dan minim pencahayaan namun ia dengan jelas melihat ada luka yang sudah mulai mengering di lengan sang pengawal. Ia bergerak perlahan, berusaha tidak menimbulkan suara sekecil apapun. Akan tetapi mode siaga telah aktif. Mo Yan dengan refleks menarik pedang dan mengarahkannya ke leher Chu Yao.

"Hamba pantas mati!" Pedang terjatuh. Pemuda gesit itu seketika berlutut menyadari kesalahan yang diperbuatnya. Wajahnya sedikit memucat. Entah karena pantulan cahaya lilin yang barusan di nyalakan atau karena rasa takut telah bertindak lancang terhadap tuannya.

Chu Yao acuh. Dia tetap berjalan melewati sosok yang menunduk, berlutut dan menunggu hukuman.

"Kemarilah." Suara bening Chu Yao memecah keheningan malam. Pemuda itu mendekat dengan pandangan yang masih menatap lantai.

"Tangan kiri."

"... "

"Tangan kirimu... " Chu Yao malas mendebat pria berwajah batu itu. Ia mengalah dan menghampiri Mo Yan. Dengan gerakan lembut ia meraih tangan kiri Mo Yan dan mengobatinya, "... Kenapa bisa terluka?"

Mo Yan mendongakkan wajah. Ia bergumam sekilas kemudian kembali diam menunduk. Alis Chu Yao bertaut bingung namun ia tetap mengobati luka sang pengawal dengan sebaik mungkin.

"Bekas gigitan?" Tanya Chu Yao dan lagi-lagi Mo Yan hanya menunduk.

"Ini bukan bekas gigitan hewan. Katakan! Orang gila mana yang berani menggigit mu? Apa dia sudah bosan hidup?!" Chu Yao mengomel panjang lebar. Bisa-bisanya pengawal yang terlatih seperti Mo Yan sampai terluka karena hal sepele begitu.

Mo Yan yang sejak tadi diam akhirnya menyunggingkan senyum tipis. Ia tetap tidak berani menjawab. Jika sang majikan tau siapa yang telah menggigitnya mungkin dia akan sangat malu. Biarlah perempuan itu tetap dalam ketidaksadaran nya.

"Kapan kita tiba di kamar?" Tanya Chu Yao sambil menyimpan beberapa obat-obatan.

"Sekitar empat jam yang lalu. " Jawab Mo Yan.

Otak Chu Yao seketika mengulang memori. Ia mencoba mengingat apa saja yang telah dilakukannya. Ingatannya terhenti saat Mo Yan memberitahunya tentang racun yang telah masuk dalam tubuhnya.

Ia menoleh, menatap pemuda berponi acak yang masih berlutut didepannya, "apa yang terjadi di gua?"

Batinnya curiga. Ada beberapa ingatan yang menurut Chu Yao terlewat begitu saja.

Mo Yan tetap tak bergeming. Pemuda tegap itu malah menyodorkan secawan tonik kepadanya alih-alih memberi penjelasan.

"Paman Tong memastikan tonik ini habis dalam dua kali teguk. Dia akan kembali memeriksa nona setelah sarapan nanti. "

Chu Yao menerima cawan tersebut tanpa melepaskan tatapan tajam kearah Mo Yan. Pemuda tampan yang masih berlutut itu tetap diam. Meski dalam ketenangan, Chu Yao merasa ada yang telah Mo Yan sembunyikan darinya.

Ada sepercik amarah tersulut dalam diri Chu Yao. Entah mengapa sikap Mo Yan malam ini terasa menyinggung hati kecilnya. Mo Yan seakan tidak mengindahkan perkataannya.

Chu Yao meneguk tonik tersebut sesuai arahan dan dengan sengaja melempar cawan kosong ke lantai hingga pecah. Mo Yan terlihat kaget. Sorot matanya bertanya namun lagi-lagi ia hanya menunduk tanpa kata.

"Tatap mataku? Katakan apa yang sudah terjadi?" Desak Chu Yao.

"Tidak ada, nona." Mo Yan menjawab dengan patuh. Tak ada kedekatan dalam intonasi suaranya. Hanya berupa jawaban seorang pelayan dan majikan seperti pada umumnya.

Chu Yao tiba-tiba merasa frustasi. Bukan karena potongan ingatan yang hilang namun sikap dingin Mo Yan yang sama sekali tidak berubah. Padahal ia sudah berusaha untuk mendobrak benteng yang selama ini membatasi mereka. Dia juga sudah berusaha menghilangkan aturan-aturan formal ketika mereka hanya berdua.  Namun pria berwajah batu itu masih sama.

"Mau sampai kapan kau berlutut seperti orang bodoh begitu?!" Desis Chu Yao dengan mata merah. Ia menarik kerah baju Mo Yan sekuat tenaga hingga pria tersebut berdiri mengikuti tarikan tangannya.

"Nona..."

"Bukankah sudah kubilang jangan berbicara formal disaat kita sedang berdua. Apa itu permintaan yang sulit untuk kau penuhi?"

"Itu melanggar aturan."

"Aturan lagi, aturan lagi!" Chu Yao meracau. Pikirannya dan emosinya benar-benar diluar kendali. Amarahnya meledak.

"Persetan dengan aturan!!!" Raung Chu Yao, "aku telah hidup dalam aturan sejak lama. Aku pernah kehilangan karena aturan konyol yang kau sebutkan!"

"... "

"Tidak bisakah kita seperti yang lain.." Air matanya tiba-tiba menetes. Gemuruh di dadanya tak kunjung berhenti. Ingatan masa lalu yang buruk kembali menghantam kepalanya. Ia kembali merasakan rasa panas menjalar ke setiap sendi tubuhnya.

Mo Yan mengepalkan tangannya dengan erat. Ia tetap mendengarkan tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Ia sangat tau apa yang sebenarnya terjadi. Jauh dalam dirinya ada gejolak yang meronta. Ingin menggapai apa yang bukan miliknya.

Namun ia sadar jika gadis didepannya sekarang ini sedang dalam pengaruh racun. Perempuan berambut hitam pekat itu terus meracau tidak jelas akibat tonik yang telah di minumnya.

Sedikit lagi.. Bersabarlah...

"Kau selalu membuat batas meski aku sudah susah payah merobohkannya... Aku.. " Chu Yao ambruk tepat ketika Mo Yan mengulurkan tangan kanannya. Mo Yan mematung sejenak. Pandangan laki-laki itu menyiratkan banyak makna.

Mo Yan melepas pakaian luar Chu Yao dan mendekap tubuh kecil itu dalam pelukannya. Ia menggendong dan membawa Chu Yao ke  bilik tipis di belakang tempat tidur. Di bilik tipis itu terdapat bak mandi besar yang sudah terisi air hangat. Air itu sudah dimasak dengan berbagai macam rempah dan obat-obatan.

"Kau yakin ingin melakukannya tanpa sepengetahuan nona?" Tanya Paman Tong yang muncul dibalik tirai.

"Iya." Mo Yan menjawab tanpa ragu. Ia meletakkan badan Chu Yao kedalam bak mandi dengan sangat hati-hati. Ia menyibak beberapa helai rambut di wajah pucat itu.

"Jika nona tau, dia pasti akan sangat marah. Bukan hanya padamu tapi juga pada kami disini." Ucap Xier yang membawa seember air panas diiringi anggukan bibi Hui di sampingnya.

"Tidak ada cara lain. Racun itu akan terus membuatnya kesakitan." Balas Mo Yan tanpa melepaskan pandangan dari wajah teduh perempuan di depannya.

Paman Tong menghela napas. Laki-laki tua itu sedikit terkejut dengan tindakan yang diambil Mo Yan. Namun mereka tak ada pilihan lain selain menuruti keinginannya.

Empat jam sebelumnya...

Mo Yan muncul dengan membawa Chu Yao dalam gendongannya. Wajah perempuan itu nampak pucat. Terdapat bercak darah yang masih baru di pakaiannya.

Pun, kondisi sang pengawal tak kalah pucat nya dengan sang majikan. Meski tak nampak lelah, akan tetapi kegundahan terlihat di manik matanya.

Xier yang sejak awal menunggu kepulangan sang majikan begitu terkejut dengan situasi yang ada. Dia buru-buru memanggil paman Tong dan bibi Hui.

Setelah diperiksa dan di akupuntur, keadaan Chu Yao menjadi lebih baik. Denyut nadinya sedikit tenang dibanding sebelumnya. Siluet kelegaan tersirat di wajah sang pengawal.

"Akan tetapi, akupuntur hanya menekan racun sementara waktu. Racun itu akan kembali beraksi dalam beberapa jam ke depan." Jelas paman Tong.

"Apakah tidak ada cara untuk menyelamatkan nona?" Tanya bibi Hui ketakutan.

"Kemampuanku terbatas. Aku belum memiliki cara untuk menyelamatkannya. Racun ini tidak pernah aku temukan sepanjang usiaku. " Jawab paman Tong. Beliau kemudian beralih kepada Mo Yan. Pemuda berperawakan tegas itu tetap diam mengamati gerak nafas sang majikan dengan teliti.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" Paman Tong bertanya pada Mo Yan.

Mo Yan menceritakan apa yang sempat dilihatnya tanpa mengalihkan pandangannya. Mulai dari pesan di selembar kertas yang ditaburi racun, pembicaraan pelayan nyonya Xun hingga afrodisiak yang tidak sengaja diminum Chu Yao ketika terjebak bersama tuan muda Shu.

Tangis Xier pecah, ia tak kuasa membayangkan rasa sakit yang diperoleh sang majikan. Ia menyalahkan diri, "seharusnya aku menemani nona saat itu. Mereka telah menjebak nona. Tega sekali mereka memberinya racun kemudian memfitnahnya. Ini salahku."

Bibi Hui menepuk-nepuk pundak kecilnya. Mata perempuan tua itu pun telah basah. Namun emosinya cenderung lebih terkontrol dari pada Xier.

"Tak ada yang salah, kau ataupun pengawal Mo hanya menjalankan perintah nona. Yang patut disalahkan adalah mereka." Tukas Bibi Hui. "Untuk saat ini lebih baik kita mencari jalan keluar supaya racun itu hilang dari tubuh nona secepatnya."

"Apa perlu saya panggilkan tabib?" Xier mengajukan ide namun seketika di tolak Mo Yan.

"Jangan! Jika kondisi nona yang seperti ini diketahui orang lain maka rumor tentang hubungan tuan muda Shu dan nona yang tidak-tidak akan dibenarkan." Tegas Mo Yan.

"Ja, jadi kita harus bagaimana?" Xier kembali bertanya.Kekalutan nampak di wajah kecilnya.

Mereka membisu dengan pikiran mereka masing-masing.

"Mungkin jika racunnya dipindahkan ke tubuh orang lain.." Ucapan ragu paman Tong seketika menjadi sumber harapan bagi Mo Yan.

Melihat tatapan Mo Yan yang penuh harapan segera ditolak oleh paman Tong, "tidak! Meskipun ada metode seperti itu tapi aku belum pernah mencobanya. Lagi pula aku tidak ingin mengambil resiko. Meski tubuhmu terlatih, akan ada dampak yang ditimbulkan."

"Kita harus mencobanya,paman. Aku tidak keberatan." Mo Yan kembali meyakinkan. Dari mereka berempat hanya tubuh nya lah yang paling bisa menerima semua konsekuensi yg ada.

"Tidak! Jika nona tau kau menggantikannya, dia pasti akan sangat marah. Lebih baik aku saja!" Xier maju. Mata coklatnya seakan menyampaikan keyakinan hati yang telah dimiliki.

"Dari bentuk tubuh, pasti tubuhku lebih pantas. " Bibi Hui pun maju berusaha menawarkan diri.

"Tidak! Tidak! Kau dan kau tidak memenuhi standar." Tolak paman Tong ketika bibi Hui  dan Xier saling bergantian mengajukan diri.

"Paman..." Mo Yan bangkit dan mendekati paman Tong. Ia tiba-tiba berlutut dan membungkuk memohon, "aku yang paling tau kondisi tubuhku. Aku tau hanya aku yang memenuhi syarat. Tolong selamatkan nona."

Paman Tong merasa serba salah. Meski ia tau hanya Mo Yan yang sesuai dengan syarat badan pengganti namun ia masih ragu. Ia belum pernah melakukan metode pemindahan racun. Apa lagi dengan media tubuh manusia.

"Tolonglah paman. Waktu kita tidak banyak." Desak Mo Yan. Ia tak peduli apa yang akan terjadi pada dirinya selama itu bisa menyelamatkan nyawa Chu Yao. Semua itu bukanlah apa-apa.

Kegigihannya perlahan meyakinkan paman Tong. Meski masih sedikit ada rasa ragu namun pria tua itu akhirnya menyetujui permohonan Mo Yan.

"Kita akan mencobanya. Untuk sementara biarkan nona istirahat. Jika nanti ia telah sadar kemungkinan efek racun akan kembali bereaksi. Emosinya akan tak terkendali. Jika ia kembali pingsan disitulah kita harus melakukan metode pemindahan secepatnya." Paman Tong menuliskan beberapa tulisan di beberapa kertas dan membagikannya kepada setiap orang yang ada di sana.

"Xier, tugasmu menyiapkan satu bak air hangat yang besar untuk berendam. Pastikan kondisi airnya tetap stabil. Tidak panas dan tidak dingin. Siapkan juga pakaian ganti untuk nona. Bibi Hui dan aku akan menyiapkan obat-obatan dan rempah-rempah yang akan digunakan untuk berendam... "

".. Dan nak Mo, tolong awasi nona. Jika nanti dia sadar biarkan semua emosinya keluar. Begitu dia kembali pingsan, segera lepaskan semua pakaian luar dan berendam bersama. Persiapkan energi Qi mu begitu aku selesai menancapkan semua jarum akupuntur di badan nona. Apapun yang terjadi, kau harus menyelesaikan metode ini sampai semua proses berjalan dengan sebagaimana mestinya. Kau harus menahan rasa sakitnya. Jika tidak.. " Penjelasan paman Tong terputus. Ia tidak ingin memikirkan kemungkinan negatif yang akan terjadi pada kedua orang itu.

Mo Yan yang sejak tadi menyimak dengan baik apa yang telah paman Tong sampaikan akhirnya kembali membungkuk, "Baik, saya paham paman."

Satu per satu keluar dari tempat itu. Mereka masing-masing mengerjakan tugas yang diberikan tanpa bantahan sedikitpun. Tak ada percakapan. Tak ada keluhan. Semua berharap pada harapan terakhir yang mereka miliki saat ini.

Terpopuler

Comments

Ayano

Ayano

😭😭😭
Aku jadi sedih banget. Kamu setia banget ya

2023-05-12

0

Ayano

Ayano

Bales
Kadang aturan dibuat dengan tidak adil

2023-05-12

0

Ayano

Ayano

Paling sebel soal aturan ya. Gak ada habisnya

2023-05-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!