Bab 5

Siang itu begitu panas dan penuh debu. Derap kaki kuda saling beradu. Sesekali sang pelayan memecut agar kereta bisa segera sampai ditempat tujuan.

Nyonya Xun dan Chu Ling yang berada didalam kereta begitu antusias. Mereka ingin segera menemui bangsawan Cheng di kediamannya.

Bangsawan Cheng merupakan kakak kandung nyonya Xun. Semua orang pun tau bahwa temperamen bangsawan Cheng sombong dan congkak.

Hampir tidak ada yang mau berurusan dengan laki-laki bertubuh gempal itu. Jika tidak sesuai dengan kehendak, tak jarang Ia akan menggunakan beberapa orang ahli untuk membereskan urusannya. Sampai saat ini kedudukannya masih aman terlindungi oleh beberapa oknum yang berpengaruh di pemerintahan.

Keluarga nyonya Xun memang keluarga terpandang yang kaya raya. Ketika masih gadis, nyonya Xun memang sangat dimanja oleh orang tua dan kakak laki-laki nya itu. Bahkan kedua orang tuanya tanpa malu melamar jendral Chu untuk nyonya Xun. Padahal status jendral Chu saat itu sudah beristrikan selir Meng.

Jendral Chu sempat menolak lamaran itu. Dirinya tak kuasa memikirkan kesedihan yang diderita selir Meng jika dia berpoligami. Namun, selir Meng yang berbudi luhur dan berpikiran luas itu mendorong jendral Chu untuk segera menerima lamaran tersebut.

Pernikahan pun terjadi. Tak perlu waktu lama untuk nyonya Xun mengubah keadaan. Nyonya Xun hamil. Meski selir Meng menikah lebih dulu namun sampai setahun pernikahan, belum juga dikaruniai keturunan. Chu Zhan lahir tiga tahun lebih tua dari Chu Yao. Setahun setelah Chu Yao, menyusul kelahiran Chu Ling.

Di tahun ke tujuh usia Chu Yao, sang ibu tinggal menyendiri di paviliun dingin. Dia dilarang untuk sering-sering mengunjungi selir Meng. Hanya berselang dua tahun selir Meng pun menghembuskan nafas terakhirnya.

Nyonya Xun dan Chu Ling turun dari kereta ketika sampai didepan pintu gerbang kediaman Cheng. Dia di sambut seorang pelayan laki-laki. Pelayan itu menuntun nyonya Xun dan Chu Ling masuk kedalam dengan hormat.

"Masuklah adik." Sambut bangsawan Cheng gembira, "sudah lama kau tidak menjengukku."

"Salam kakak. Adik sungguh tidak berbakti. Mohon kakak mau memaafkan."

"Lupakan! Lupakan! Ahhahaaa.. Apakah dia keponakan ku Ling'er ?"

"Benar paman. Semoga paman selalu panjang umur." Chu Ling memberi salam dengan santun dan lemah lembut.

"Kau sungguh secantik ibumu ketika masih gadis. Mari, duduklah."

Tak lama seorang perempuan muda masuk kedalam. Usianya sebaya dengan Chu Ling. Perempuan itu adalah Cheng Mei, putri satu-satunya bangsawan Cheng, yang juga merupakan teman baik Chu Ling.

"Salam ayah, salam bibi. " Hormat Cheng Mei.

"Mei'er mendengar kedatangan bibi dan Ling'er hari ini dari ayah. Ternyata benar."

Nyonya Xun tersenyum mengiyakan.

"Kau, ajaklah Ling'er berkeliling. Ada yang ingin bibimu bahas bersama ayah." Usir bangsawan Cheng pura-pura galak.

"Iya, iyaaaa.. Ayo  Ling'er kita pergi saja. Aku punya berita bagus untukmu." Ucap Cheng Mei sembari menarik tangan Chu Ling.

Chu Ling memberi hormat dan ikut meninggalkan ruangan bersama Cheng Mei. Nyonya Xun mengambil cawan teh yang sudah terisi dan menyeruput nya perlahan.

"Aku sudah menerima pesan yang kau kirim lewat pengasuh Wen. " Bangsawan Cheng membuka pembicaraan.

"Aku akan membantumu. Katakan saja apa yang harus aku lakukan."

"Aku ingin anak tiriku bisa keluar rumah secepatnya... "

"Caranya?"

"Aku ingin kakak bisa mengatur pertemuan nya dengan tuan muda Shu. "

Bangsawan Cheng berpikir sejenak. Dia tau kalau tuan muda Shu terkenal playboy. Suka keluar masuk rumah bordil. Tak ada kelebihan apapun pada tuan muda Shu ini. Status keluarganya pun sederhana. Tuan besar Shu adalah bangsawan tingkat empat yang tidak memiliki pengaruh.

"Apa kau ingin aku membantumu menjodohkan mereka?"

Nyonya Xun mengangguk, "secepat mungkin. " Tambahnya.

"Bisa saja tapi bagaimana dengan jendral Chu? Apakah dia setuju jika anaknya menikah dengan pemuda tak berguna macam tuan muda Shu?"

"Aku akan mengatur itu. Yang penting bagaimana cara nya kakak bisa meyakinkan keluarga Shu untuk datang melamar ke kediaman Chu. Minta tuan muda Shu merayu Chu Yao agar Chu Yao jatuh cinta setengah mati padanya. Aku yakin, jika Chu Yao tidak bisa berpisah dari tuan muda Shu maka jendral Chu takkan menolak lamaran yang mereka ajukan. " Jelas nyonya Xun panjang lebar.

"Hmm... "

"Bukankah sebentar lagi ulang tahun Mei'er yang keenam belas. Aku ingin menjadikan moment ini sebagai jembatan awal untuk mendekatkan mereka berdua."

"Jadi kau ingin aku mengundang kedua anak muda itu di pesta putriku?" Bangsawan Cheng mengernyit.

"Haiyoo.. Bukankah kakak tadi berjanji mau membantuku." Bujuk nyonya Xun yang membaca raut wajah penolakan bangsawan Cheng.

"Kak.. "

"Baiklah! Baiklah! Dari dulu aku memang tidak bisa menang darimu."

Bangsawan Cheng mengalah. Senyum puas terpatri dibibir nyonya Xun. Ia pun kembali berterimakasih kepada kakaknya. Kali ini rencana nya pasti akan berhasil.

Di tempat lain, Chu Ling dan Cheng Mei tertawa renyah bercerita sambil menyantap kudapan di atas meja. Sesekali pelayan disisi mereka menuangkan teh kedalam cawan mereka yang telah kosong.

"Berita apa yang ingin kau sampaikan sampai harus mengajakku ngobrol jauh disini?" Tanya Chu Ling mulai mengorek informasi.

"Akan ada pesta yang besar di tempat ini." Jawab Cheng Mei antusias.

"Aku tau. Kau sebentar lagi menginjak usia enam belas tahun. Sudah pasti orang tuamu akan menyiapkan pesta besar untuk merayakannya."

"Eeeeehh kali ini berbeda. Ayah akan mengundang semua anak bangsawan di kota ini. Termasuk tuan muda Zhao" Cheng Mei mengungkapkan senyum.

Ia tau jika sepupunya itu sudah lama menyukai tuan muda Zhao. Tuan muda Zhao memang begitu populer dikalangan gadis seusia mereka. Selain memang memiliki wajah yang rupawan, ia juga memiliki latar belakang keluarga yang terhormat. Dia memiliki segudang prestasi dan sangat kharismatik.

"Ini kesempatan untukmu mendekati pujaan hatimu." Godaan Cheng Mei semakin membuat wajah Chu Ling memerah bagai tomat.

"Tapi.. Aku takut gagal seperti sebelumnya."

"Tenang saja. Aku akan memberikan kalian kesempatan untuk berdua. Kau hanya perlu mengenalkan dirimu padanya. Berdandan lah yang cantik. Buat dia terpesona melihat wajahmu. "

Chu Ling menganggukkan kepala. Dia sangat berharap tuan muda Zhao kali ini memperhatikannya. Di beberapa kesempatan mereka hanya saling sapa dan berlalu begitu saja. Semoga di kesempatan kali ini hubungan mereka bisa lebih dekat.

***

Di paviliun dingin.

Setelah makan malam bersama, Chu Yao meminum tonik yang disediakan paman Tong diatas meja. Chu Yao menyodorkan bagian Mo Yan. Ia menatap Mo Yan yang meneguk obat tanpa jeda. Gerakannya cepat namun meninggalkan kesan maskulin.

"Mo Yan, jika aku minta kau melepas topeng, apa kau bersedia?"

"Hamba tidak berani. "

"Mengapa?"

Dengan ragu Mo Yan menjawab, " Ada bekas luka di wajah hamba. Hamba tidak ingin membuat nona ketakutan."

Chu Yao tersenyum. Dari sekian pertanyaan hanya ini yang bisa membuat Mo Yan berkata cukup panjang.

"Mana? Aku mau lihat?" Chu Yao mendekat berusaha meraih topeng perak di wajah Mo Yan. Mo Yan refleks memundurkan badan.

Bibir Chu Yao mayun, berpura-pura marah. "Dasar pelit. Padahal aku hanya ingin melihat satu kali saja. Siapa tau besok aku mati. Masa rasa penasaran ini harus kubawa sampai ke alam kubur. "

Mo Yan tiba-tiba berlutut dan berkata dengan suara berat, "Nona pasti berumur panjang. "

"Umur itu sebuah misteri. Kau atau siapapun tak ada yang bisa menebak dengan pasti."

"... "

"Sudahlah. Jika itu membuat mu berat maka lupakan saja. Aku hanya sedikit penasaran." Ucap Chu Yao membuka beberapa buku yang mereka bawa dari aula kehidupan.

Mo Yan mengepalkan kedua tangannya. Dia berpikir cukup lama. Dengan gerakan pelan ia membuka topeng diwajahnya. Sudut mata Chu Yao menangkap bentuk wajah tegas berkarakter dingin di sana.

Chu Yao tanpa sadar menutup buku dan mendekati Mo Yan yang masih berlutut. Tanpa ragu ia menyentuh wajah tampan itu di setiap sisi. Tak ada kecacatan. Tak ada bekas luka apapun di sana. Mo Yan menahan diri untuk tidak gemetar. Baru kali ini ada perempuan yang menyentuhnya. Begitu dekat. Hingga Mo Yan pun bisa melihat jelas kecantikan alami terpampang nyata di depan matanya.

"Tampan." Ucap Chu Yao dengan senyuman yang lebar hingga matanya membentuk bulan sabit.

"Mulai sekarang dan seterusnya kau tidak boleh memakai topeng ini lagi. Aku akan menyimpannya. Anggap saja ini hadiah pertama yang kau berikan padaku." Tambahnya sambil mencubit kecil pipi Mo Yan dan menyimpan topeng perak itu di dalam laci meja riasnya. Mo Yan tak bergeming sedikit pun. Ia hanya  menundukkan pandangannya ke lantai.

"Tak perlu berbicara formal padaku jika kita berada didalam paviliun dingin. Terlebih saat kita hanya berdua."

"Tapi, ini melanggar peraturan. " Mo Yan akhirnya mengeluarkan suara. Dirinya masih belum bisa menebak pola pikir sang nona. Sifat nona Chu ini benar-benar berbeda dari sebelumnya.

"Ini perintah!" Bentak Chu Yao. Mo Yan kembali membungkuk menerima perintah tanpa bantahan apapun lagi.

Chu Yao menarik napas. Menyuruh Mo Yan berdiri. Dia mengeluarkan secarik kertas yang terselip disalah satu buku yang membentuk gundukan kecil di atas meja.

"Kemarilah. Aku ingin mendiskusikan sesuatu denganmu. Ambil ini. "

Mo Yan mendekat dan menerima sobekan kertas itu. Terdapat sebuah tulisan di atasnya.

"Wisma bunga persik." Mo Yan membaca dalam hati.

Wisma bunga persik bukanlah tempat yang baik. Itu merupakan tempat pelacuran terkenal dengan pelanggan elit. Tak sedikit bangsawan hidung belang berlangganan di tempat pelacuran ini.

"Sebelum aku ke inti masalah, apakah kau memiliki sebuah jaringan khusus untuk mencari informasi?" Chu Yao memastikan dugaannya.

"Tentu. Saya memiliki beberapa rekan yang bisa dipercaya. Kami sama-sama dilatih dibawah komando jendral Chu."

"Bagus! Apa kemampuan mereka setara denganmu?"

"Saya yang terbaik."

"Berarti kau yang selama ini menjadi pemimpin mereka?"

"Iya."

"Sangat bagus! Aku ingin kau menyelidiki salah seorang perempuan yang bekerja ditempat itu. Namanya Rong Li. Cari tau hubungannya dengan seorang laki-laki bernama Ah Zheng. Aku ingin informasi itu sudah terkumpul besok. "

Mo Yan mengangguk dan seketika menghilang dibalik pintu.

Terpopuler

Comments

RG75

RG75

untung gak sampe pingsan

2023-04-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!