Senja yang sedang sibuk membersihkan pakaiannya karena terkena tumpahan minuman keras dari botol yang pecah itu harus buru-buru ke ruangan Rani setelah mendapatkan panggilan. Dengan perlahan dia membuka pintu lalu bergegas masuk, namun dia terkesiap dan mendadak takut ketika melihat Tuan Agra serta bodyguard nya ada di dalam.
"Apa ini orangnya?" Langit memastikan saat melihat Senja masuk.
Tuan Agra menoleh ke belakang, "Iya, dia yang sudah kurang ajar pada saya dan menyebabkan saya terluka seperti ini."
"Tapi aku punya alasan kenapa memukulnya, dia berusaha melecehkan aku," adu Senja berusaha membela diri.
Langit menatap Tuan Agra, "Benar yang dia katakan? Anda berusaha melecehkan dia?"
"Aku hanya memintanya melayani dan menghibur ku, tapi dia begitu sombong menolak ku. Jadinya aku sedikit memaksanya saja," bantah Tuan Agra.
"Maaf, Tuan. Bar ini punya peraturan, waiters kami tugasnya hanya mengantarkan pesanan pelanggan, bukan menghibur pelanggan. Jika anda ingin dihibur, anda bisa memesan wanita penghibur," terang Langit.
"Alah, sama saja itu! Wanita yang bekerja di sini pasti juga wanita penghibur, termasuk dia. Lihat saja pakaiannya itu, tapi dia terlalu jual mahal," sungut Tuan Agra sambil menunjuk ke arah Senja.
Langit melirik Senja yang terlihat berantakan, kemben berwarna maroon yang dia kenakan juga tampak basah.
"Sepertinya anda sudah salah paham, Tuan. Kami minta maaf atas apa yang terjadi, dan kami akan menanggung semua kerugian serta biaya perobatan anda," ujar Langit kemudian.
"Enggak perlu! Aku bisa membayar biaya berobat ku sendiri, tapi aku enggak mau berdamai, aku akan buat perhitungan padanya!" ancam Tuan Arga dan bergegas pergi dengan penuh amarah.
"Aku enggak takut! Aku akan menuntut mu dengan kasus pelecehan!" balas Senja, dan Langit sontak memelototi gadis itu.
Selepas kepergian Tuan Agra, Langit beranjak lalu berjalan mendekati Senja, "Sekarang kau puas sudah membuat masalah dan keributan di sini?"
"Siapa yang buat masalah, sih? Aku hanya berusaha melakukan perlawanan untuk membela diri! Memangnya aku harus diam aja saat ada orang yang ingin melecehkan aku?"
"Kau tahu, semua adalah salahmu sendiri!"
"Kok jadi aku yang salah, sih?" protes Senja tak terima.
"Lihat pakaian mu! Kau yang memancing dia untuk bertindak kurang ajar padamu."
Senja menunduk memperhatikan pakaiannya yang memang terlalu seksi dan terbuka, sehingga mengundang perhatian pria-pria hidung belang seperti Tuan Agra tadi.
"Aku enggak mau melihat kau berpakaian seperti ini lagi besok!"
Senja mengangkat kepalanya, memandang Langit dengan tatapan curiga, "Kenapa? Kau juga takut tergoda?"
"Kau ini bicara apa? Aku hanya enggak ingin kau terlibat masalah seperti tadi dan akhirnya membuat bar ini jadi ikutan bermasalah."
Senja terkekeh, "Iya-iya, aku hanya bercanda. Ya sudah, aku keluar dulu!"
"Tunggu!"
Senja menoleh, "Apa lagi?"
Dengan buru-buru Langit membuka kemeja hitam yang dia kenakan lalu memberikannya kepada Senja, "Pakai ini!"
Bastian yang sejak tadi diam, hanya mengawasi tingkah dua anak manusia itu.
Senja mengamati kemeja itu, kemudian menatap Langit, "Untuk apa?"
"Sudah pakai saja!"
"Aku enggak mau!" Senja menolak dan segera keluar dari ruangan itu.
Wajah Langit berubah masam, "Dasar keras kepala!"
"Kau perhatian juga padanya, jangan-jangan kau suka ya dengan dia?" ledek Bastian.
"Jangan bicara omong kosong, Bas! Mana mungkin aku menyukainya, yang ada sejak kecil aku sudah sangat membencinya. Dia itu cerewet, manja dan menyebalkan," gerutu Langit yang memakai kembali kemejanya.
"Lang, antara benci dan cinta itu bedanya tipis. Siapa tahu rasa bencimu padanya berubah jadi cinta."
Langit geleng-geleng kepala mendengar kata-kata sepupunya itu, "Kayaknya kau sudah mulai ngantuk, deh! Jadi bicaranya ngawur!"
Bastian pun tertawa.
***
Pukul dua dini hari, Senja keluar dari klub malam tempat dia bekerja dan sedang menunggu taksi online yang dia pesan. Dari kejauhan, tiga orang pria tengah mengawasinya dari dalam sebuah mobil.
Senja celingukan mencari taksi yang dia pesan, tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depannya. Senja mengamati mobil itu, plat nomor kendaraannya berbeda dengan yang ada di aplikasi. Tak lama kemudian dua orang pria berbadan kekar keluar dari mobil itu dan berjalan ke arah Senja. Merasa tak nyaman dan sedikit takut, Senja pun mundur dan hendak kembali masuk ke dalam bar, tapi dengan sigap salah satu pria itu menarik lengannya.
Senja pun memberontak sambil berteriak, "Mau apa kalian? Lepaskan aku! Tolong!"
Jeritan Senja itu mengundang perhatian beberapa orang dan karyawan bar yang berada tak jauh darinya, mereka langsung mendekati Senja dan hendak menolong, tapi urung saat salah seorang pria tersebut menodongkan pistolnya ke arah mereka.
"Mundur, atau aku tembak!" ancam pria itu, semua orang pun menjauh.
Kedua pria kekar itu menyeret Senja yang terus memberontak ke arah mobil mereka.
"Lepaskan aku! Tolong!" teriak Senja.
"Diam!" bentak pria yang memegang pistol itu.
Senja terdiam takut, air matanya sudah jatuh menetes.
Langit yang baru keluar dari bar tercengang saat melihat dua orang pria berbadan besar menyeret Senja di parkiran. Tanpa pikir panjang, Langit spontan berlari dan menendang pria yang memegang pistol itu hingga tersungkur ke tanah dan senjata api yang dia genggam terlempar.
Selang beberapa saat, Bastian keluar, namun dia hanya mematung dan tak berniat menolong.
Melihat temannya ambruk, seorang pria yang menarik Senja pun kaget dan berbalik.
Bugh.
Satu pukulan keras Langit layangkan, membuat pria itu terhuyung dan cengkeraman tangannya di lengan Senja terlepas.
Senja yang ketakutan langsung berlari dan bersembunyi di belakang badan Langit, "Tolong aku!"
Langit pun menghajar pria tersebut, namun tanpa diduga pria satu lagi berhasil mengambil kembali pistolnya dan mengarahkan senjata api itu ke Langit.
Senja tak sengaja melihatnya, dia spontan berlari dan mendorong Langit hingga mereka jatuh berdua.
Dor.
Semua orang yang ada di tempat itu langsung merunduk dan menjerit panik saat pria itu melepaskan tembakan. Beruntung Langit dan Senja tidak terkena peluru tersebut.
Akhirnya kedua pria tadi pun bergegas pergi dengan menaiki mobil hitam yang sudah menunggu mereka.
Bastian berlari menghampiri dua insan yang masih terduduk di tanah itu, "Kalian enggak apa-apa?"
Langit menggeleng, "Enggak, aku enggak apa-apa."
Senja tak menjawab, dia hanya meringis karena lututnya terasa perih, dia segera memeriksa dan ternyata lututnya terluka akibat membentur batu.
"Kau terluka, kita ke rumah sakit sekarang!" Langit panik saat melihat lutut Senja berdarah.
"Enggak usah! Ini cuma luka kecil, kok! Nanti juga sembuh!" bantah Senja yang berusaha bangkit walaupun dengan susah payah karena lututnya sakit.
Langit sigap membantu Senja berdiri, sementara Bastian hanya mematung mengamati mereka.
"Astaga, rok mu robek!" Langit menunjuk rok mini Senja yang ternyata robek di bagian samping.
"Ya ampun!" Senja buru-buru menutupi rok nya agar paha bagian atasnya tak dilihat orang-orang yang masih berkerumun.
Langit pun kembali membuka kemeja hitamnya lalu mengikatkannya di pinggang Senja sehingga menutupi rok gadis itu yang robek.
Senja tertegun dengan perlakuan Langit itu.
"Kalau begitu mari aku antar pulang!"
Lamunan Senja buyar, dan dia hanya mengangguk.
Dengan penuh perhatian, Langit memegangi lengan Senja dan memapah gadis itu berjalan. Pemandangan tersebut sontak menarik perhatian beberapa karyawan bar yang masih berada di sana.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Nafa fa
ceritanya bagus lho....
2023-09-18
1