Episode 8.

Senja berjalan beriringan dengan Mimi memasuki bar milik mendiang Rani, gadis itu terpana melihat isi dan interior bar yang sangat keren dan elegan. Ini benar-benar salah satu klub malam mewah di kota itu, pantas saja Cakra bisa mendapatkan gaji yang besar.

Beberapa pasang mata pria hidung belang mulai mengamati tubuh Senja, malam ini gadis itu mengenakan kaos dengan kerah Sabrina dan rok mini yang sangat ketat, membuat sebagian tubuhnya terekspos cuma-cuma. Dia juga berdandan cukup cantik dan menggerai rambut panjangnya.

"Mi, kenapa mereka pada lihatin aku, sih?" tanya Senja saat berjalan melewati pria-pria hidung belang itu.

"Abaikan saja! Pria-pria di sini memang begitu," sahut Mimi yang menggandeng lengan Senja.

Senja benar-benar merasa tak nyaman ditatap seperti itu oleh pria-pria tersebut.

"Kamu tunggu di sini! Aku cari Mas Kevin dulu."

"Jangan lama, ya, Mi!"

Mimi mengangguk, lalu memandang ke arah seorang bartender pria yang berada tak jauh Senja, "Man, titip teman aku, ya! Jagain!"

Bartender bernama Diman itu mengangguk sambil mengacungkan jempol. Mimi pun bergegas meninggalkan Senja seorang diri.

Senja mengawasi ke sekeliling ruangan bercahaya seadanya itu. Ini untuk pertama kalinya dia masuk ke klub malam dan dia sungguh merasa canggung. Kalau Cakra tahu, pasti kakaknya itu akan marah, sebab sejak dulu Cakra selalu melarang Senja ke tempat seperti ini.

Beberapa pria masih menatap Senja seolah ingin menerkam gadis itu sehingga membuat Senja semakin tak nyaman.

"Mimi lama banget, sih!" gerutu Senja dalam hati, dia hanya bisa tertunduk.

Melihat semua ini, hati Senja merasa ragu untuk bekerja di tempat tersebut.

"Apa sebaiknya aku batalkan saja niatku bekerja di sini? Tapi aku mau kerja di mana lagi? Uangku juga makin habis," batin Senja dilema.

"Hei!" Mimi tiba-tiba menepuk pundak Senja, membuat gadis itu terkejut dan langsung menoleh.

Senja mengembuskan napas lega karena sahabatnya itu akhirnya datang, lalu pandangannya tertuju pada seorang pria ganteng berkemeja hitam yang berdiri di samping Mimi.

"Ja, kenalin ini Mas Kevin, leader di bar ini," ujar Mimi.

Senja tersenyum lalu mengulurkan tangannya, "Saya Senja, Mas."

Kevin menjabat tangan Senja, "Kevin."

"Ja, tadi aku sudah bilang ke Mas Kevin dan dia menerima kamu bekerja di sini," terang Mimi senang.

Wajah Senja berubah tegang, entah mengapa dia tidak senang diterima bekerja.

Melihat ekspresi wajah Senja, Mimi jadi heran, "Kamu kenapa, Ja? Kau enggak senang diterima bekerja di sini?"

Sementara Kevin hanya mengamati gadis mungil nan cantik itu.

"Aku takut dengan pria-pria itu," keluh Senja seraya menunjuk beberapa pria yang masih menatapnya.

Kevin dan Mimi juga mengalihkan pandangan mereka ke arah yang Senja tunjuk, pria tersebut sontak mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Dari tadi dia lihatin aku terus," lanjut Senja.

Kevin tertawa dan kembali menatap Senja, "Kamu tenang saja, pria-pria di sini memang kebanyakan begitu, tapi mereka enggak akan bisa melakukan apa pun selama kamu masih ada di dalam bar ini. Karena sudah ada peraturan jika pelanggan harus bersikap sopan terhadap karyawan di sini, kecuali kalian memiliki kesepakatan lain di luar bar, itu sudah diluar tanggung jawab kami."

"Iya, Ja. Aku sudah hampir dua tahun bekerja di sini, tapi enggak pernah tuh ada satu pelanggan pun berani macam-macam. Paling cuma godain aja, tapi enggak aku ladeni," sela Mimi.

Mendengar perkataan Kevin dan Mimi, hati Senja merasa sedikit tenang.

"Gimana? Kamu jadi bekerja di sini?" Kevin memastikan.

Senja mengangguk, "Jadi, Mas."

"Baiklah, kalau begitu kamu bisa langsung bekerja malam ini juga. Nanti Mimi yang akan mengajari kamu, jadi jika kamu masih bingung, kamu tanya dia saja. Dan untuk gaji sudah aku bicarakan dengan Mimi," pungkas Kevin.

Senja melirik Mimi yang tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.

"Iya, Mas."

"Kalau begitu kamu bisa mulai, aku ke dalam dulu." Kevin segera berlalu dari hadapan Senja dan Mimi.

"Aku bilang juga apa, kamu pasti diterima bekerja di sini," ujar Mimi girang.

Senja hanya tersenyum.

"Ya sudah, yuk aku ajarkan apa saja yang harus kamu kerjakan." Mimi menarik Senja pergi dari situ.

***

Tepat pukul tiga dini hari Senja dan Mimi tiba di rumah Senja dengan menaiki taksi online.

"Aku lelah banget, ngantuk lagi," keluh Senja lalu menguap.

"Nanti lama-lama kamu juga akan terbiasa bekerja di sana," sahut Mimi.

"Iya, karena aku enggak pernah bekerja sebelumnya, jadi badan aku kaget."

"Kerja di bar enggak seburuk yang kamu pikir, kan?" tanya Mimi.

"Iya, awalnya aku sempat takut dan ragu, tapi sekarang aku sudah biasa aja, kok," jawab Senja, walaupun ini hari pertama dia bekerja, tapi dia bisa melakukan apa yang Mimi suruh dengan sangat baik, meskipun ada beberapa pria genit yang menggoda nya, namun Senja tak menggubrisnya.

"Jadi besok kamu masih mau bekerja?" Mimi memastikan.

"Masih, dong!"

Mimi tersenyum, "Kalau begitu bagus! Aku jadi ada teman pulang setiap hari."

"Iya, mulai sekarang kamu pulang ke sini aja. Temani aku, biar aku enggak kesepian."

"Tapi gimana kalau Kak Cakra pulang?"

Wajah Senja sontak berubah sendu saat Mimi menyebut nama Cakra, "Aku takut kakak enggak pulang lagi."

"Eh, kok gitu sih ngomong nya? Kamu harus yakin Kak Cakra akan pulang, mungkin saat ini dia sedang bersembunyi di suatu tempat. Jika masalah yang menyeret namanya ini selesai, aku yakin Kak Cakra pasti kembali." Mimi mengusap punggung belakang Senja.

"Aku kangen dengan kakak," ucap Senja lirih, air matanya mulai jatuh menetes.

"Kamu yang sabar, ya. Doakan Kak Cakra agar baik-baik saja dan bisa cepat pulang." Mimi memeluk tubuh Senja.

Senja hanya mengangguk, air matanya semakin banyak tertumpah. Dia memang sangat merindukan satu-satunya saudara yang dia miliki itu, dia sedih setiap kali mengingat jika sang kakak hilang bak ditelan bumi.

"Ja, apa kamu masih berniat mencari tahu tentang hilangnya Kak Cakra?"

Senja mengurai pelukan Mimi, dan menatap sahabatnya itu, "Memangnya kenapa, Mi?"

"Bukankah ini kesempatan bagus, Ja. Kamu bisa pelan-pelan mencari tahu tentang Bu Rani dan Kak Cakra."

Senja mengernyit, "Maksud kamu?"

"Nanti kamu bisa diam-diam masuk ke ruangan Kak Cakra dan Bu Rani, kamu cari petunjuk tentang kebenaran rumor jika mereka memiliki hubungan dan ke mana Kak Cakra pergi. Siapa tahu ada yang bisa kamu temukan," cetus Mimi.

"Tapi gimana kalau ketahuan? Aku bisa terkena masalah."

"Ya kamu hati-hati, dong! Nanti aku juga akan bantu kamu, lagian sejak Kak Cakra dan Bu Rani enggak ada, ruangan mereka selalu kosong."

Senja bergeming, ide Mimi cukup bagus juga. Dia akan mencari tahu tentang sang kakak dan membongkar semua misteri ini.

Tring.

Sebuah pesan masuk ke ponsel Senja, mengalihkan perhatian gadis itu dan juga sang sahabat. Senja pun mengeluarkan telepon genggamnya dari saku celana dan terkesiap saat melihat nama si pengirim pesan.

"Kak Cakra?" gumam Senja.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!