Senja sedang berdiri bersama Mimi di depan ruangan VIP yang berada tak jauh dari ruang kerja Rani, di sini sepi dan tidak terlalu berisik, jadi mereka bisa membahas kejadian di dalam ruangan Rani tadi tanpa takut ada yang mendengar. Senja pun menceritakan semuanya kepada sang sahabat.
"Harusnya kamu lebih berhati-hati lagi, Ja," ujar Mimi.
"Mana aku tahu kalau dia akan datang, Mi. Bukankah kamu bilang keluarga Tante Rani enggak pernah datang ke sini dan bar ditangani oleh Mas Kevin, tapi sekarang dia mengklaim dirinya sebagai bos kita," keluh Senja.
Mimi mengembuskan napas, Senja benar juga. Dia sendiri pun tak menyangka kalau Langit akan datang dan menggantikan mamanya menjalankan klub malam ini.
"Jadi sekarang bagaimana? Kau akan berhenti?" Mimi memastikan.
"Kalau aku berhenti, aku mau bekerja di mana lagi?"
Tiba-tiba Langit datang, begitu melihat Senja yang memang sedang dia cari, dia langsung berjalan cepat ke arah wanita itu dengan tatapan tajam.
Senja dan Mimi yang menyadari Langit sedang melangkah ke arah mereka mendadak merasa cemas dan takut. Keduanya bahkan sampai mundur satu langkah.
Tanpa basa-basi Langit sontak mencekal lengan Senja dan menariknya dengan kasar, "Urusan kita belum selesai, ikut aku!"
"Lepaskan aku! Kau mau bawa aku ke mana?" tanya Senja sedikit cemas.
Langit tak menjawab, dia hanya menarik Senja pergi. Mimi yang juga cemas dan panik buru-buru mengikuti keduanya, dia takut Langit melakukan hal yang bisa menyakiti sahabatnya itu.
Langit terus menyeret Senja melewati bar, mengabaikan beberapa pasang mata yang memperhatikan mereka, termasuk Keysha yang juga sedang berada di sana.
"Itu kan Langit? Sedang apa dia? Dan siapa gadis itu?" batin Keysha penasaran, dia pun bergegas membuntuti dua anak manusia tersebut yang berjalan menuju pintu keluar klub malam itu.
Senja yang sedari tadi sibuk melepaskan cengkraman tangan Langit hanya bisa pasrah saat pemuda itu menyeretnya hingga ke parkiran klub malam.
"Tanganku sakit! Lepaskan aku!" adu Senja, dan Langit pun akhirnya melepaskan tangan gadis itu lalu berdiri dihadapannya dengan tatapan marah.
Mimi juga Keysha berhenti dan mengawasi mereka dari kejauhan.
"Berikan ponselmu!" Langit menadahkan tangannya.
Senja menggeleng, "Enggak!"
"Kau jangan keras kepala dan memancing emosi ku! Berikan ponselmu atau aku akan merebutnya lagi seperti tadi," ancam Langit.
"Coba saja kalau kau berani! Aku akan berteriak dan menuduh mu ingin melecehkan aku lagi, kau akan lebih malu daripada tadi. Karena di sini ramai orang," tantang Senja.
Langit sontak mengamati ke sekelilingnya, dia baru sadar kalau ramai pelanggan yang lalu lalang keluar masuk klub malam itu seraya menatap mereka dengan rasa ingin tahu. Tak sengaja tatapannya tertuju pada Keysha dan Mimi yang memandang mereka dari kejauhan, Langit seketika kesal karena ada mantan kekasihnya itu.
Langit menatap Senja dengan perasaan geram, "Harusnya aku membawamu ke gudang agar aku bisa menghabisi mu!"
"Harusnya begitu, tapi sayangnya kau salah tempat," ledek Senja.
"Aku peringatkan, hapus foto itu! Atau kau akan menyesali semuanya," kecam Langit.
"Kau mengancam aku?" tanya Senja dengan nada mengejek.
"Iya, dan aku enggak main-main dengan ancaman ku itu!" jawab Langit.
Senja tertawa, membuat Langit mengerutkan keningnya bingung.
"Baiklah, aku akan hapus foto itu asalkan kau membiarkan aku bekerja di sini dan enggak mengganggu ku," ujar Senja kemudian.
"He, aku enggak sedang bernegosiasi!" bantah Langit kesal.
"Terserah! Pilihan ada di tanganmu!" Senja melipat kedua tangannya di depan dada lalu memalingkan wajahnya.
Keysha dan Mimi yang masih mengawasi mereka dari jauh, semakin merasa penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.
"Sejak kecil kau selalu saja menyebalkan? Aku heran mengapa Mama bisa sangat menyukaimu!"
"Karena Tante Rani tahu jika aku ini anak yang baik dan menyenangkan."
"Kau terlalu percaya diri!" gerutu Langit.
"Sudahlah, sekarang apa keputusan yang kau ambil? Aku enggak punya banyak waktu!" ucap Senja sombong.
"Baiklah, kau boleh bekerja di sini!" putus Langit.
Senja mengalihkan pandangannya ke Langit dan tersenyum penuh kemenangan.
"Sekarang juga hapus foto itu!" pinta Langit.
"Iya, nanti aku hapus."
"Sekarang! Aku mau memastikan jika kau enggak membohongiku!" desak Langit.
Senja terdiam, dia mendadak gugup dan menelan ludah, bagaimana dia bisa menghapusnya di hadapan Langit jika foto itu sebenarnya enggak ada. Itu hanya akal-akalannya saja untuk mengancam pemuda tersebut.
"Kenapa diam saja? Ayo cepat hapus!"
"I-iya, nanti pasti aku hapus!"
Langit menatap curiga, "Kau mau coba-coba mempermainkan aku, ya?"
Senja menggeleng, "Enggak, kok!"
Langit mencengkeram lengan Senja dengan kuat, "Senja, hapus foto itu sekarang juga, atau ...."
"Lang, ada apa, sih?" tanya Keysha yang akhirnya memilih mendekati Langit untuk mencari tahu apa yang terjadi, sebab dia tak bisa lagi menahan rasa penasarannya.
Langit yang terkejut seketika menoleh dengan wajah masam, dia sungguh enggak suka Keysha mengganggunya dan sok peduli seperti ini.
"Enggak ada apa-apa," sahut Langit ketus sembari melepas cekalan tangannya, lalu berlalu pergi dari hadapan Senja dan mantan kekasihnya itu.
Keysha lalu memandang Senja, "Kau ini siapa? Sepertinya Langit sangat marah padamu."
"Aku karyawan di sini dan kami punya sedikit masalah."
Keysha mengernyit, "Masalah apa?"
Belum sempat Senja menjawab, Mimi sudah berlari menghampiri sahabatnya itu setelah mematikan Langit sudah masuk ke dalam bar.
"Senja, kamu baik-baik saja?" tanya Mimi.
Senja mengangguk, "Iya, aku baik-baik saja, Mi."
"Jadi gimana?" Mimi memastikan.
"Aman, aku tetap kerja di sini, kok."
"Syukurlah." Mimi mengelus dadanya sebab merasa lega, "kalau begitu, yuk masuk!"
"Iya," balas Senja lalu menatap Keysha, "permisi, Mbak."
Senja dan Mimi buru-buru berlari masuk ke dalam bar, meninggalkan Keysha yang bergeming dengan hati penasaran.
"Sebenarnya ada apa dan siapa gadis itu? Kalau hanya karyawan, kenapa Langit terlihat sangat marah padanya? Ada masalah apa di antara mereka?" batin Keysha bertanya-tanya, dia pun bergegas menghubungi Bastian untuk bertanya.
Sementara itu, Langit masuk ke dalam ruang kerja Rani yang sekarang menjadi ruang kerjanya, lalu membanting pintu dengan kuat. Bastian yang masih berada di dalam ruangan itu sampai terperanjat karena kaget, dan buru-buru menutup teleponnya.
"Kau sudah bicara padanya?" cecar Bastian.
"Sudah."
"Lalu gimana? Kau memecatnya?"
Langit menggeleng, "Enggak, dia tetap bekerja di sini."
Bastian mengernyit, "Kenapa kau enggak jadi memecatnya?"
Langit terdiam, dia tak mau Bastian tahu alasan yang sebenarnya.
"Dia memohon agar enggak dipecat, aku jadi kasihan," dalih Langit akhirnya, lalu mengalihkan pembicaraan, "apa Keysha datang bersamamu?"
"Iya, dia memaksa untuk ikut. Tapi dia sudah berjanji enggak akan menggangu mu, dia cuma mau cari hiburan saja katanya," terang Bastian.
Langit mengembuskan napas, "Sebaiknya suruh dia pulang, aku enggak suka melihat dia berada di sini."
"Ya sudah, aku akan coba bicara padanya." Bastian beranjak lalu keluar dari ruangan itu.
Dengan langkah yang gontai, Langit berjalan mendekati meja kerja lalu menjatuhkan bokongnya. Tapi sesuatu di atas meja mencuri perhatiannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments