Seperti biasanya, Senja tengah mengantarkan pesanan pelanggan namun kali ini di ruang VIP. Kata Diman, pelanggan VIP ini sudah dua tahun jadi member di klub malam itu. Dia sangat disegani dan dihormati, karena dia adalah pengusaha kaya raya.
Senja masuk ke dalam ruangan berdesain mewah dan kedap suara itu, di sofa berwarna abu-abu telah duduk seorang pria paruh baya berpenampilan nyentrik dan berkepala plontos yang menatap Senja seperti singa lapar. Sementara seorang pemuda yang tak lain adalah bodyguard nya berdiri di belakang pria tersebut.
Senja membungkuk lalu meletakkan dua botol minuman keras dengan merek ternama dan satu gelas kosong, karena posisinya itu, belahan dada Senja terlihat menantang. Pria paruh baya yang biasa dipanggil Tuan Agra sampai menelan ludah melihat dua gundukan daging yang masih tertutup kemben maroon itu.
"Silakan," ucap Senja ramah, dia kemudian beranjak dan hendak pergi.
"Tunggu dulu! Kamu mau ke mana?" tanya Tuan Agra.
"Saya mau melayani pelanggan yang lain, Pak," jawab Senja.
"Malam ini kamu temani dan hibur saya saja! Saya akan memberikan tip yang banyak untuk kamu."
Senja memaksakan senyuman, "Maaf, saya enggak bisa, Pak. Saya ini waiters bukan wanita penghibur."
Tuan Agar bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati Senja yang berdiri tak jauh darinya, "Alah, sama saja itu! Biasanya waiters sekalian jadi wanita penghibur, jadi kau jangan jual mahal!"
"Tapi saya bukan wanita penghibur!" ujar Senja tegas.
"Kalau begitu jadilah wanita penghibur untukku malam ini, aku akan memberimu banyak uang." Tuan Agra tiba-tiba meraba paha kiri Senja dan menatap gadis itu dengan penuh nafsu.
Senja yang terkejut sontak menepis tangan Tuan Agra dan lalu menampar pria itu.
Plak.
Bodyguard Tuan Agra langsung bergerak dan hendak mendekat, tapi pria plontos itu memberi isyarat agar berhenti.
"Jangan kurang ajar, Pak! Saya akan melaporkan anda pada atasan saya!" ancam Senja sembari bergerak menjauhi Tuan Agra.
Tuan Agra meraba pipinya seraya memandangi Senja dari bawah sampai atas, "Kau tahu aku ini siapa? Agra Wicaksono, pengusaha terkaya di kota ini dan enggak ada yang boleh menolak permintaan ku. Bahkan atasanmu sekalipun pasti akan menyetujui permintaan ku."
"Saya enggak peduli anda ini siapa! Asal anda tahu, di sini saya cuma bekerja sebagai waiters, saya enggak akan menuruti permintaan anda walaupun atasan saya memaksa. Lebih baik saya mengundurkan diri dari pada harus melayani tuyul raksasa seperti anda," kecam Senja, dia bahkan mengejek Tuan Agra.
Emosi Tuan Agra seketika naik mendengar Senja mengatainya, "Berani sekali kau mengejekku! Kau akan menyesal."
Dengan cepat Tuan Agra melangkah mendekati Senja lalu menarik lengan gadis itu.
"Apa-apaan ini, lepaskan saya!" Senja memberontak, tapi Tuan Agra tak peduli dan menyeretnya ke sofa.
Tuan Agra membanting tubuh mungil Senja ke atas sofa lalu menindihnya, "Kau mau dipaksa rupanya, baiklah!"
Tuan Agra memberikan isyarat pada bodyguard untuk keluar, pemuda berbadan kekar itu langsung meninggalkan ruangan tersebut.
Senja mulai ketakutan dan panik, "Lepaskan aku! Tolong!"
"Berteriak lah, enggak akan ada yang bisa mendengarkan mu," ejek Tuan Agra.
Senja yang semakin panik dan kalut meraba botol minuman keras di atas meja, kemudian dengan kuat menghantamnya ke kepala Tuan Agra.
Prang.
Tuan Agra langsung ambruk ke lantai sambil memegangi kepalanya botaknya yang berdarah. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Senja untuk kabur sembari membawa botol yang pecah.
Senja membuka pintu ruang VIP, dan begitu bodyguard Tuan Agra menghadang, dia langsung menodongkan botol pecah yang dia pegang ke arah pemuda berbadan atletis itu.
"Minggir, atau aku robek perutmu dengan ini!" ancam Senja.
Karena takut terluka, bodyguard tersebut pun menghindar dan membiarkan Senja melarikan diri. Setelah itu dia buru-buru masuk ke dalam untuk memastikan keadaan bos-nya.
Sementara itu, Langit dan Bastian tengah mengobrol di ruang kerja Rani, keduanya membahas tentang pesan yang dikirim dari nomor Cakra kemarin.
"Kalau dia tahu Senja bekerja di sini dan aku yang menggantikan Mama, itu berarti dia memantau kami. Atau jangan-jangan sekarang dia berada di sekitar sini," tebak Langit.
"Atau bisa jadi memang Senja yang melaporkan semuanya pada Cakra, dia sengaja bekerja di sini untuk mengumpulkan informasi lalu menyampaikannya kepada Cakra," tuduh Bastian.
"Tapi waktu itu aku sudah menanyakan hal ini, dan dia juga enggak tahu di mana Cakra. Dia juga mendapatkan pesan dari Cakra agar enggak mengatakan apa pun pada orang lain terutama wartawan, aku baca sendiri pesan itu," bantah Langit.
"Bisa saja itu hanya rekayasa, Lang. Mereka sudah sekongkol."
Entah mengapa Langit ragu kalau Senja sekongkol dengan Cakra, dia bisa melihat kejujuran dari mata gadis itu.
"Aku rasa enggak, Bas. Aku yakin Cakra ada di sekitar sini, dia sedang memantau tempat ini. Aku akan cek cctv, siapa tahu dia terekam kamera cctv." Langit langsung mengecek rekaman cctv di laptop sang mama dan mengamati satu persatu video hasil tangkapan kamera pengawas itu.
Beberapa rekaman cctv sudah Langit periksa, tapi tak terlihat Cakra atau sosok mencurigakan apa pun.
"Apa kau menemukan sesuatu?" tanya Bastian memastikan.
Langit menggeleng, "Enggak ada."
"Berarti benar, kan? Cakra enggak turun langsung, dia punya mata-mata di sini dan aku yakin itu Senja."
Langit mengembuskan napas berat, "Entahlah, aku masih enggak yakin kalau Senja sekongkol dengan Cakra. Tapi aku akan terus cari tahu, aku berniat menyewa detektif untuk menyelidiki semua ini."
"Apa harus sampai seperti itu?"
"Iya, aku rasa sudah saatnya detektif turun tangan. Soalnya baik kita maupun polisi masih belum menemukan titik terang, ditambah lagi keberadaan Cakra yang masih jadi misteri."
"Baiklah, terserah kau saja!"
Ceklek.
Pintu ruang kerja Rani tiba-tiba dibuka dengan kasar, seorang pria plontos yang berlumuran darah yang tak lain adalah Tuan Agra berdiri di ambang pintu bersama bodyguard nya.
Langit dan Bastian terkejut melihat kemunculan dua lelaki itu.
"Aku mau minta pertanggung-jawaban, atau aku akan menuntut tempat ini!" ujar Tuan Agra dengan nada mengancam.
"Tunggu dulu! Sebenarnya ada apa ini?" tanya Langit bingung.
Tuan Arga dan bodyguard nya melangkah masuk, lalu berdiri tepat di hadapan Langit.
"Salah satu karyawan anda telah melakukan kekerasan hingga membuat saya terluka seperti ini, dia memukul kepala saya dengan botol dan menghina saya. Pokonya saya enggak terima, kalian harus bertanggung jawab," adu tuan Agra.
"Karyawan kami yang mana?" tanya Langit lagi.
"Karyawan kalian yang memakai baju merah hati dan rok mini hitam," sahut Tuan Agra sambil meringis menahan sakit.
Langit langsung teringat pada Senja, bukankah tadi gadis itu mengenakan kemben merah maroon dan rok mini hitam.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments