Episode 12.

Dengan langkah yang gontai, Langit berjalan mendekati meja kerja lalu menjatuhkan bokongnya. Tapi sesuatu yang berserakan di atas meja mencuri perhatiannya.

"Foto siapa ini? Kenapa dirobek?"

Langit memungut sobekan foto tersebut lalu menyusunnya seperti potongan puzzle. Dia terkesiap ketika sobekan tersebut sudah tersusun dan mengetahui jika itu adalah foto sang mama, kedua orang tua Senja dan juga Daniel yang memakai seragam SMA.

"Jadi Mama dan Om Daniel sudah berteman sejak SMA? Kenapa mereka enggak pernah cerita apa-apa?"

Langit merasa heran, setahu dirinya, Rani dan David sudah dijodohkan sejak masih sekolah, tapi mereka tak pernah cerita tentang Daniel. Langit mengamati kedekatan mama dan om nya itu, tampak Daniel menggenggam tangan Rani dan tersenyum manis. Keduanya terlihat begitu mesra.

"Apa dulu Mama dan Om Daniel punya hubungan? Tapi bukankah Mama itu sudah dijodohkan dengan Papa?" Langit mulai bertanya-tanya.

Mendadak Langit dilanda rasa penasaran, dia mulai curiga tentang mama dan pamannya itu. Namun tiba-tiba dia teringat sesuatu.

"Tapi tunggu, siapa yang menyobek foto ini? Kalau Mama enggak mungkin, dia pasti enggak akan meninggalkan sobekan foto ini begitu saja." Langit mulai berusaha mencerna semua ini.

"Apa mungkin ini ulah Senja? Atau jangan-jangan Bastian?" Langit seketika teringat Bastian yang tadi berada di dalam ruangan ini, dia sontak beranjak dan buru-buru keluar mencari sepupunya tersebut.

Di meja bar, Bastian sedang meminta Keysha untuk pergi dari klub malam itu sesuai keinginan Langit. Tapi Keysha menolak.

"Aku kan enggak mengganggu dia, Bas," ujar Keysha dengan suara yang keras.

"Iya, tapi dia enggak mau kamu ada di sini. Aku mohon mengertilah!"

Keysha menggeleng, "Aku enggak mau! Aku pelanggan di sini, jadi dia enggak bisa mengusirku begitu saja."

Bastian menghela napas melihat sikap keras kepala Keysha itu, tapi perhatiannya tertuju pada Langit yang berjalan tergesa-gesa ke arah mereka.

Langit menghampiri Bastian, tapi dia mengabaikan keberadaan Keysha, bahkan tak sedikitpun melirik mantan kekasihnya itu.

"Bas, ada yang mau aku tanyakan," ucap Langit.

"Apa?" tanya Bastian.

"Kita bicara di tempat lain, yuk!"

Bastian menoleh Keysha yang berdiri di sampingnya, dan wanita itu hanya bergeming dengan wajah kesal sebab dicuekin oleh sang mantan.

"Baiklah." Bastian menyetujui permintaan Langit.

Kedua pemuda itu berjalan beriringan meninggalkan Keysha yang masih terpaku dengan perasaan kesal.

***

Langit dan Bastian kembali ke dalam ruang kerja Rani.

"Kau mau tanya apa?" cecar Bastian.

"Apa kau yang merobek foto dan meletakkannya di atas meja ini?" selidik Langit.

Bastian mengernyitkan keningnya, "Foto? Aku enggak pernah melakukannya."

"Jadi bukan kau?"

Bastian menggeleng, "Bukan. Memangnya foto apa?"

Langit terdiam, kalau memang bukan Bastian pelakunya berarti sepupunya itu belum melihat foto tersebut.

"Lang, foto apa?"

Langit tersentak dan menatap Bastian, "Hem, cuma foto kecilku, enggak penting kok."

Langit sengaja berbohong untuk menutupi semuanya, dia tak mau Bastian tahu jika Rani dan Daniel pernah dekat. Dia takut Bastian cerita ke Karina dan terjadi salah paham, sebab mendiang sang mama masih menyimpan foto itu.

"Tapi kenapa disobek-sobek? Dan siapa yang melakukannya?" Bastian balik bertanya.

"Entahlah, aku juga enggak tahu."

"Tadi Senja ada di sini, mungkin saja dia pelakunya. Dia kesal padamu dan merobek fotomu," tuduh Bastian.

Langit termangu, saat ini hatinya juga semakin merasa curiga pada Senja.

"Iya, mungkinlah," jawab Langit.

"Kau enggak ingin menanyakan hal ini padanya?"

"Nanti akan aku tanyakan," sahut Langit.

Bastian tersenyum memandangi Langit dengan tatapan penuh arti.

"Oh iya, kau sudah menyuruh dia pergi?" Langit lagi-lagi mengalihkan pembicaraan.

"Siapa? Keysha?"

Langit mengangguk.

"Aku sudah menyuruhnya pergi, tapi dia enggak mau. Dia bersikeras ingin tetap berada di sini karena dia pelanggan," terang Bastian.

"Dia benar-benar keras kepala," gerutu Langit kesal.

"Sudahlah, Lang! Biarkan saja dia di sini, dia kan enggak mengganggu mu."

"Tapi aku enggak suka dia ada di sini, Bas!" Langit berbicara dengan penuh penekanan.

"Lang, bersikaplah biasa saja, abaikan dia! Nanti lama-lama dia juga akan bosan dan berhenti mendekatimu," usul Bastian.

Tring.

Ponsel Langit berbunyi saat ada sebuah pesan masuk. Dia segera membuka dan membaca pesan itu.

"AKU ENGGAK SUKA ADIKKU BEKERJA DI BAR MILIK MAMAMU. PECAT DIA SEKARANG JUGA!"

Langit mengernyit setelah membaca pesan itu, dia tak mengenal nomor asing tersebut.

"Ada apa, Lang?" tanya Bastian.

"Ada yang mengirim pesan ini padaku, tapi aku enggak tahu siapa," jawab Langit seraya menunjukkan pesan tersebut kepada sepupunya itu.

Bastian membaca pesan itu, kemudian menatap Langit dengan raut tegang, "Dari kata-katanya, aku yakin ini Cakra."

Langit tercengang mendengar kata-kata Bastian.

"Dia sepertinya tahu kalau Senja bekerja di sini dan kau yang menggantikan mamamu, jadi dia ingin kau memecat adiknya itu," lanjut Bastian.

Langit langsung menghubungi nomor tersebut, tapi tidak tersambung sama sekali.

"Berengsek!" umpat Langit, dan kembali menelepon nomor tersebut, tapi hasilnya tetap nihil.

"Dia pasti sudah mematikan teleponnya."

Langit pun mengirimkan pesan ke nomor itu.

"DASAR PENGECUT! BIADAB! KALAU BERANI TEMUI AKU DAN KATAKAN SECARA LANGSUNG!"

Pesan itu telah terkirim namun masih centang satu yang menandakan bahwa si penerima belum menerima pesan tersebut.

"Sebaiknya kau pecat Senja," cetus Bastian.

"Enggak, aku akan menjadikan adiknya umpan agar dia mau keluar dan aku akan melacak nomornya, aku harus temukan si keparat itu!" ucap Langit geram sembari mengepalkan tangannya.

"Kalau begitu, kenapa kau enggak tanya Senja saja? Aku yakin dia pasti tahu di mana kakaknya itu berada, buktinya Cakra saja bisa tahu kalau dia bekerja di sini," usul Bastian.

Langit termangu, apa yang Bastian katakan benar juga, Cakra pasti sudah menghubungi Senja dan sang adik pasti tahu di mana dirinya berada saat ini.

"Kau benar, baiklah!" Langit pun melangkah ke arah pintu.

"Kau mau ke mana?"

"Mencari Senja dan menanyakan di mana si keparat itu bersembunyi!" Langit buru-buru keluar dari ruangan tersebut.

Bastian bergeming memandangi kepergian sepupunya itu dengan tatapan tak terbaca.

Sementara itu di sebuah tempat, seseorang sedang menyeringai licik sambil menatap layar ponsel milik Cakra yang sedikit retak.

"Permainan akan semakin seru, dan kita lihat apa yang akan terjadi selanjutnya."

Seseorang itu kemudian menyimpan ponsel tersebut di dalam sebuah laci lalu menutupnya dengan rapat.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!