Episode 5.

Gerimis turun tiba-tiba, Langit memperhatikan jalanan yang dia lalui, sunyi dan tak ada satu pun orang yang lewat sejak tadi. Mendadak hatinya merasa cemas dan kasihan pada Senja yang dia tinggalkan sendirian di tengah jalan. Bagaimana gadis itu akan pulang? Apalagi sekarang turun hujan, pasti dia bingung mencari tempat berteduh. Terus kalau sampai ada orang jahat ....

Pikiran kotor seketika menyergap otak Langit, walaupun dia marah dan kurang suka dengan gadis aneh itu, tapi dia masih punya perasaan juga rasa kemanusiaan.

Langit pun memutar mobilnya dengan hati-hati, sebab jalanan mulai basah dan licin, lalu dia segera kembali ke tempat dia meninggalkan Senja tadi. Dari kejauhan, Langit melihat Senja sedang berjalan sembari memeluk dirinya sendiri, rambut serta tubuh gadis itu sudah basah dan dia kedinginan.

Mobil sedan mewah berwarna hitam itu melewati Senja, namun wanita itu sepertinya tak menyadari jika itu mobil Langit, sebab dia sedang tertunduk demi menghindari air hujan masuk ke matanya.

Rupanya Langit memutar dan kembali lagi, dia lantas berhenti di samping Senja, lalu jendelanya terbuka.

"Ayo masuk!" pinta Langit.

Senja kaget, dan langsung menoleh. Tapi karena kesal dengan sikap Langit tadi, dia pun tak menggubris pemuda itu dan melanjutkan langkahnya dengan gengsi.

"Hei, cepat masuk! Atau aku tinggal benaran!" teriak Langit, tapi Senja tak menggubrisnya sama sekali.

Langit pun memutuskan untuk keluar dari mobil dan mengejar Senja.

"Kau mau pulang atau enggak? Jangan sok jual mahal, deh!" ucap Langit ketus, membuat Senja semakin kesal dan terus berjalan.

"Ck, ini cewek keras kepala banget, sih!"

"Mau menawarkan tumpangan tapi marah-marah, kelihatan banget kalau enggak ikhlas," gerutu Senja.

Jedeeeer.

Tiba-tiba petir menyambar dengan keras, Senja yang kaget sontak berteriak sambil menutup kedua telinganya dengan tangan.

Langit pun terkejut, dia langsung berlari menghampiri Senja yang mematung ketakutan.

"Makanya jangan keras kepala! Ayo ikut aku!" protes Langit.

Senja berbalik menatap Langit dengan wajah masam, "Ya sud ...."

Jedeeeer.

Petir kembali menyambar dan kali ini suaranya lebih keras dari sebelumnya, Senja yang lagi-lagi terkejut spontan memeluk Langit sambil berteriak heboh.

Langit sempat tertegun, namun kemudian dia mendorong Senja, "Lepaskan aku! Kau mau cari kesempatan, ya?"

Senja mengurai pelukannya dan menjauh dari Langit, "Aku kaget! Siapa juga mau cari kesempatan!"

"Makanya ayo masuk ke mobil!"

"Ck, iya!" Senja pun berjalan melewati Langit dengan wajah cemberut.

"Dasar aneh! Mau dikasih tumpangan malah banyak tingkah, mana aku jadi basah lagi gara-gara dia!" Langit mengomel sambil menyusul Senja yang sudah masuk ke dalam mobilnya.

Sejak kecil Senja memang sering membuat Langit kesal dengan semua tingkah lakunya yang aneh dan manja, makanya Langit tidak menyukai gadis itu walaupun mendiang Rani sangat dekat dengan Senja dan keluarganya.

***

Langit mengantarkan Senja sampai rumah, selama diperjalanan mereka tak bicara sama sekali, Senja lebih memilih untuk memejamkan matanya karena kepalanya mendadak terasa pusing dan dia bolak-balik bersin. Sepertinya gadis itu terserang flu karena hujan-hujanan tadi.

"Setelah ini minumlah obat dan istirahat! Sepertinya kau flu," ujar Langit dengan wajah datar.

Senja menoleh menatap langit dengan curiga, "Kau perhatian sekali?"

"Jangan berpikiran macam-macam! Aku cuma takut kau mati," sahut langit ketus.

"Memangnya kenapa kalau aku mati?"

"Sudah jangan banyak tanya! Cepat keluar dari mobilku!" sungut Langit kesal dengan Senja yang cerewet.

"Iya-iya! Aku juga enggak mau lama-lama di mobilmu." Senja bergegas turun, dia membanting pintu mobil Langit dengan keras dan pergi begitu saja.

"Dalam sehari dia membanting pintu mobilku dua kali, dia bahkan enggak mengucapkan terima kasih. Dasar cewek aneh enggak tahu diri!" gerutu Langit kesal, dia menyalakan mesin mobilnya dan segera tancap gas dari tempat itu.

Senja memandangi kepergian Langit dengan wajah sendu, sejak dulu pemuda itu tak pernah bersikap baik terhadapnya. Apalagi ditambah sekarang mereka mencurigai Cakra sebagai pembunuh Rani.

***

Karena penyebab kematian Rani terkuak dan gosip tentang perselingkuhannya dengan Cakra semakin merebak, polisi pun mendatangi klub malam milik wanita itu dan mengintrogasi para karyawan. Dari sana polisi mendapatkan informasi jika malam sebelum Rani ditemukan tewas di villa, sempat terjadi pertengkaran antara dirinya, David dan Cakra. Pihak kepolisian juga mengecek rekaman cctv di malam itu dan mendapati jika Rani memang terakhir kali pergi bersama Cakra menggunakan mobil pemuda itu. Seketika desas-desus perihal kematian Rani terdengar dan menjadi perbincangan hangat terutama di dalam klub malam miliknya, banyak yang berspekulasi bahwa David lah dalang dari kematian sang istri dan hilangnya Cakra.

Alhasil, dari informasi yang didapat, polisi akhirnya mendatangi kediaman David untuk meminta keterangan dari pria itu.

"Saya berani bersumpah, kalau saya enggak tahu apa-apa, Pak. Malam itu setelah dari klub malam, saya langsung pulang ke rumah. Kalau Bapak enggak percaya, Bapak bisa cek cctv rumah saya," ujar David.

"Baiklah, kalau begitu kami ingin melihat bukti rekaman cctv anda."

"Tunggu sebentar, Pak." David mengeluarkan telepon genggamnya dan membuka rekaman cctv yang terhubung ke ponselnya. Dia membuka rekaman dimalam kematian sang istri.

"Ini, Pak." David menyodorkan ponselnya kepada polisi itu.

Polisi tersebut bersama anak buahnya mengamati video itu, memang terlihat David kembali ke rumah, jam dan tanggalnya juga cocok. Dengan kata lain, David memiliki alibi yang kuat.

"Bagaimana, Pak? Saya enggak bohong, kan?" David memastikan.

Polisi itu mengembalikan ponsel David, "Baiklah, kami akan menyelidikinya lagi."

Polisi tersebut masih menyimpan curiga, bisa saja David menyuruh seseorang untuk menghabisi istrinya itu.

"Saya enggak mungkin membunuh wanita yang saya cintai, Pak. Walaupun dia sudah mengkhianati saya, tapi saya enggak sekejam itu," ucap David sedikit kesal.

"Kalau begitu kami minta maaf karena sudah menggangu waktu anda."

David mengangguk, "Iya, enggak apa-apa, Pak."

"Kami permisi, selamat siang."

"Selamat siang, Pak," balas David.

Para polisi itu pun bergegas meninggalkan kediaman mewah milik Aryawiranata.

David mengembuskan napas lega, "Untung saja aku ada bukti, kalau enggak bisa gawat!"

Tanpa David sadari, seseorang sedang mengawasinya dari balik tembok.

"Ini semua gara-gara gadis sialan itu! Aku akan membuat perhitungan padanya," kesal David yang berpikir jika Senja yang menyebarkan rumor itu.

Seseorang yang bersembunyi di balik tembok tersebut termangu, dia berusaha menebak siapa yang David maksud.

David pun membuka ponselnya untuk melihat perkembangan berita kematian dan perselingkuhan sang istri yang tengah viral itu. Dia terkejut saat membaca berita terbaru tentang klarifikasi adik dari Cakra dan seorang pemuda yang menarik gadis itu dari kerumunan wartawan, dari foto yang sempat diabadikan salah satu wartawan, David menandai baju yang pemuda itu kenakan.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!