Jasad Rani selesai diotopsi dan sudah dibawa pulang, orang-orang berdatangan untuk melayat. Tentu semua orang terkejut mendapatkan berita duka ini, karena selama ini Rani terlihat sehat. Mereka bertanya-tanya penyebab kematian wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan fashionable tersebut, tapi David mengatakan jika Rani kecelakaan, namun dia tidak menyebutkan secara spesifik di mana dan seperti apa kronologis kejadiannya.
David tak ingin rumor perselingkuhan Rani semakin merebak, dia berusaha menutupinya demi menjaga nama baik keluarga Aryawiranata. Dia juga sudah meminta pihak polisi untuk merahasiakan kasus ini dari publik.
Seorang pria seumuran Rani berjalan lemah mendekati jenazah wanita itu yang sudah terbujur kaku, dia menatap dalam-dalam wajah cantik yang kini sudah pucat pasi.
"Rani," ucapnya lirih sambil mengusap kepala Rani, dia tak sanggup berkata-kata lagi, air matanya jatuh berderai, menunjukkan betapa dia sangat sedih.
Beberapa pelayat yang menyaksikan perbuatannya itu merasa heran, karena pria yang biasa dipanggil Daniel itu tampak lebih berduka daripada David, padahal dia hanya adik ipar Rani.
Di samping Daniel, seorang wanita yang tak lain adalah istrinya tengah menatap jasad Rani dengan sinis. Tak ada raut kesedihan ataupun air mata. Wanita bernama Karina itu terlihat tenang dan santai.
Tak lama kemudian, seorang pemuda berlari memasuki rumah megah milik David, wajah tampannya terlihat penuh duka. Dia adalah Langit, putra Rani. Dia langsung buru-buru pulang setelah mendapatkan kabar jika sang ibunda meninggal dunia.
"Mama!" Langit sontak bersimpuh di sisi jasad kaku Rani.
Semua orang yang datang melayat seketika merasa haru, Langit yang sudah setahun ini tinggal di Singapura menangis dengan pilu.
"Kenapa Mama pergi meninggalkan aku," ucap Langit lirih sembari mengelus pipi dingin dan pucat Rani.
Daniel yang berada di samping Langit hendak mendekap pemuda itu, tapi urung karena David lebih dulu datang mendekat lalu mengusap punggung belakang sang putra.
"Kamu yang sabar, ya. Ikhlaskan Mama!" pinta David pelan.
"Kenapa bisa seperti ini, Pa? Apa yang sebenarnya terjadi pada Mama?" cecar Langit penasaran.
"Nanti Papa ceritakan, enggak enak di sini banyak orang," bisik David dan Langit pun mengangguk paham.
Daniel yang mendengar bisikan David hanya melirik kakaknya itu dengan curiga.
***
Rani sudah di makamkan, para pelayat juga sudah pulang. Tinggallah David, Langit, Daniel beserta Karina dan Bastian di rumah megah itu.
"Pa, sebenarnya apa yang terjadi? Apa benar Mama kecelakaan?" tanya Langit yang masih penasaran, dari awal dia tak percaya begitu saja jika sang ibu meninggal karena kecelakaan. Karena setahu Langit, mamanya itu selalu berkendara dengan pelan dan hati-hati.
David terdiam sejenak sambil mengembuskan napas berat, "Mamamu dibunuh!"
Langit dan semua terperangah.
"Dibunuh? Kalau begitu siapa pelakunya?" cecar Daniel antusias.
"Aku menduga pelakunya adalah manajer bar Rani," jawab David.
Langit kembali tercengang, "Cakra?"
David mengangguk. Sementara Karina dan Bastian hanya diam menyimak.
"Mas tahu dari mana?" tanya Daniel penasaran.
David pun menceritakan semuanya, dari mulai kecurigaannya terhadap Rani yang berselingkuh dengan Cakra sampai ditemukannya mayat Rani dan mobil Cakra di villa, sementara pemuda itu menghilang entah ke mana. Langit dan semua orang benar-benar terkejut mendengar semua itu.
"Aku sengaja berbohong dan merahasiakan semua ini demi menjaga nama baik keluarga kita. Aku enggak mau orang-orang mengecap buruk keluarga Aryawiranata karena berita ini," terang David.
Langit tertunduk sedih, dia tak bisa percaya begitu saja jika sang mama yang selalu terlihat baik di matanya tega melakukan hal memalukan tersebut, selama ini yang Langit tahu Mama dan Papanya sangat harmonis, tapi kenyataannya itu cuma sandiwara di depannya. Hati Langit terasa sakit, dia marah pada Cakra yang sudah sangat lama dia kenal sebagai pria baik.
Tiba-tiba pintu rumah David diketuk dari luar, membuat semua orang tersentak.
Langit beranjak, "Biar aku yang buka!"
Dengan lesu Langit melangkah ke arah pintu dan membukanya, alangkah kagetnya dia saat melihat siapa yang datang.
"Kau? Mau apa kau ke sini?" hardik Langit marah.
Gadis mungil bernama Senja itu menautkan kedua alisnya, dia bingung melihat sikap Langit yang kasar padanya, biasanya pemuda itu tak seperti ini.
"Aku baru tahu kalau Tante Rani meninggal, jadi aku mau menyampaikan belasungkawa," jawab Senja yang tak lain adalah adiknya Cakra.
Langit menatap tajam Senja, "Kau baru tahu? Apa kakakmu baru menyampaikannya? Kalau begitu di mana dia sekarang?"
Senja semakin kebingungan, "Bukan Kakak yang mengatakannya, aku tahu dari karyawan bar. Tadi aku ke sana untuk mencari Kakak karena dia belum pulang dari semalam."
Langit termangu mendengar penjelasan Senja, ternyata sampai sekarang Cakra masih menghilang.
"Kau tahu kenapa kakakmu enggak pulang?"
Senja menggeleng.
"Dia melarikan diri karena sudah membunuh Ibuku."
Senja terhenyak dan langsung menggeleng cepat, "Enggak mungkin! Kakak enggak mungkin melakukan hal itu!"
"Lalu bagaimana mobilnya bisa ada di villa tempat Ibuku ditemukan tewas tertembak? Bahkan dengan enggak tahu malunya dia melarikan diri dan menghilang."
Senja mengernyit, "Di villa?"
"Iya, kakakmu dan Ibuku pergi ke villa bersama. Kakakmu yang berengsek itu telah menghancurkan keluarga ku! Dia membunuh Ibuku!" bentak Langit penuh emosi.
Hati Senja seperti tersengat listrik bertegangan tinggi, terasa perih. Dia tak bisa percaya begitu saja dengan apa yang Langit katakan, Cakra pemuda baik, dia tak mungkin sekejam itu.
"Ini enggak mungkin! Kakak bukan pembunuh!" bantah Senja.
"Terserah kau mau percaya atau enggak! Yang pasti aku akan terus mengejar kakakmu bahkan sampai ke liang lahat sekalipun, aku akan membuat dia menyesali perbuatannya!"
Senja terdiam dengan raut tegang, hatinya mendadak takut dan cemas.
"Sekarang kau pergi dari sini! Aku enggak mau melihat mu!" Langit mendorong bahu Senja hingga gadis itu mundur beberapa langkah dan nyaris jatuh.
Langit pun bergegas masuk dan membanting pintu dengan keras, meninggalkan Senja yang menatapnya dengan berlinang air mata.
Dengan gontai Senja akhirnya beranjak dari kediaman Aryawiranata, perasaannya campur aduk, dia tak percaya sang kakak tega melakukan perbuatan keji itu terhadap orang yang sudah banyak membantu mereka. Tapi ke mana kakaknya itu? Kenapa dia menghilang jika tidak bersalah? Senja tak bisa diam saja, dia harus mencari tahu keberadaan Cakra. Dia harus memastikan apakah benar yang dituduhkan oleh Langit, atau itu cuma fitnah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments