Senja terperanjat kaget dan mendadak panik melihat kemunculan Langit yang tiba-tiba, dia langsung menyembunyikan foto itu di balik tubuhnya.
"A-aku sedang bekerja," jawab Senja gugup.
Langit mengernyit, "Bekerja?"
"I-iya, sekarang aku bekerja di sini."
"Siapa yang mengizinkan kau bekerja di sini? Terus apa yang kau lakukan di ruangan ini?"
"Ma-mas Kevin yang izinkan aku bekerja di sini, dan a-aku sedang ... hem ...." Senja mengjeda kata-katanya sebab bingung harus memberikan alasan apa.
"Sedang apa?" desak Langit tak sabar.
"Se-sedang membereskan tempat ini," dalih Senja setelah dia mendapat alasan yang masuk akal.
Langit menatapnya gadis itu dengan curiga, "Kau pasti berbohong! Aku tahu kau punya maksud tertentu berada di sini!"
Senja menggeleng, "Enggak, aku enggak bohong!"
"Lalu apa yang kau sembunyikan di balik badanmu itu?"
Senja terdiam, dia semakin panik dan gugup, dia tak mau Langit melihat foto Rani bersama pria bertelanjang dada tersebut, sebab takut Langit menuduh itu adalah Cakra. Karena Senja sendiri pun tak bisa memastikan siapa pria itu, apakah sang kakak atau orang lain.
"Kenapa diam? Katakan apa yang kau sembunyikan itu! Atau aku akan merebutnya secara paksa!"
"Bu-bukan apa-apa, kok. Cuma kertas enggak penting." Senja meremas foto di tangannya itu.
Langit yang tak percaya begitu saja bergegas mendekati Senja dan ingin merampas benda yang gadis itu sembunyikan di balik badannya tersebut.
"Berikan padaku!"
"Jangan!" Senja mempertahankan foto itu dalam genggamannya.
"Ke sini kan! Atau aku patahkan tanganmu!" Langit masih terus berusaha membuka genggaman tangan Senja.
"Lepaskan! Tangan ku sakit!" adu Senja, tapi Langit tak peduli.
Karena tenaga Langit lebih kuat dan tangan Senja mulai sakit, akhirnya pemuda itu berhasil merebut paksa foto yang sudah rusak tersebut.
Langit langsung membuka dan merapikan foto itu, lalu mengamatinya dengan seksama, wajahnya langsung menegang dan rahangnya sontak mengeras melihat foto sang ibunda bersama seorang pria yang dia tahu pasti bukan David, karena papanya itu memiliki tanda lahir di dada, sedangkan pria itu tidak.
Senja memegangi tangannya yang sakit sambil memandang Langit dengan was-was, dia berharap Langit tak membaca tulisan dibalik foto Rani dan pria misterius itu. Namun harapannya pupus, karena Langit ternyata membacanya.
Langit kemudian menatap Senja dengan penuh selidik, "Dari mana kau dapatkan foto ini?"
Senja bergeming, dia takut mengatakannya karena Langit akan tahu jika dia telah lancang membongkar ruang kerja Rani.
"Dari mana kau dapat!" bentak Langit, membuat Senja terkejut.
"Da-dari dalam laci meja kerja Tante Rani," jawab Senja akhirnya.
"Jadi benarkan tebakanku, kau punya maksud tertentu berada di sini."
Senja tertunduk sambil meremas jari-jari tangannya.
"Sekarang juga kau dipecat! Pergi dari sini!"
Senja mengangkat kepalanya, "Kau enggak bisa memecat dan mengusirku seenaknya."
Langit mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum miring, "Kenapa enggak bisa?Mulai malam ini aku yang akan menggantikan Mama menjalankan klub malam ini, jadi sekarang aku bos-nya. Jadi aku bisa memecat dan mengusir siapa saja yang aku inginkan."
Senja tercengang dengan mata melotot, apes sekali dia, kenapa di saat dia bekerja, malah Langit mengambil alih bar ini.
"Sekarang juga keluar dari sini, atau aku panggil sekuriti untuk menyeret kau!" ancam Langit.
Senja menelan ludah, dia mendadak takut, "Jangan! Aku mohon jangan pecat aku! Aku butuh pekerjaan ini, aku sudah enggak ada uang lagi untuk biaya hidup."
"Itu bukan urusanku! Minta saja pada kakakmu yang berengsek itu!"
"Kalau aku tahu kakak di mana, aku enggak perlu capek-capek bekerja," keluh Senja sambil pura-pura mewek.
Langit mengeluarkan dompetnya lalu menarik beberapa lembar uang seratus ribu dan melemparnya ke Senja, "Kau butuh uang kan? Kalau begitu, ambil ini dan pergi sekarang juga!"
Senja merasa kesal dan menatap Langit dengan tajam, "He! Kau pikir aku ini peminta-minta! Aku masih punya harga diri!"
"Ya sudah kalau begitu pergi dari sini!"
"Oke, aku akan pergi dari sini. Tapi jangan salahkan aku jika foto Tante Rani dan pria tadi tersebar, karena aku sudah memotretnya dengan ponselku." Senja pura-pura mengancam sambil menunjuk ponselnya yang dia simpan di saku rok mininya, padahal dia sedang berbohong.
"Kau berani mengancam ku!" geram Langit.
"Iya, sekarang aku punya rahasia tentang keluargamu, jadi kau jangan macam-macam padaku."
Langit yang tak ingin kalah pun berinisiatif merebut ponsel Senja agar bisa menghapus foto itu, dia berusaha merogoh saku rok mini Senja.
"Hei, apa yang kau lakukan?" Senja panik, dia sontak memberontak sembari menahan tangan Langit agar tidak masuk ke dalam saku rok nya.
"Aku enggak akan membiarkan kau menyebarkan foto sialan itu," ujar Langit.
Senja yang kalut memanfaatkan situasi, dia lantas berteriak seolah-olah sedang dilecehkan oleh Langit.
"Tolong! Tolong aku!" jerit Senja.
"He, diam lah!" bentak Langit.
"Tolong!" teriak Senja lagi.
Pintu ruang kerja Rani terbuka, Kevin, Mimi dan beberapa karyawan yang mendengar teriakkan Senja langsung menghampiri gadis itu. Mereka terkesiap melihat Langit sedang berusaha memegang paha Senja.
Langit yang melihat orang-orang datang langsung mengehentikan aksinya dan mendadak panik.
"Tolong, aku mau dilecehkan!" adu Senja pura-pura terisak.
Semua orang tercengang dan menatap Langit dengan tajam, mereka semua sampai tak bisa berkata-kata, antara kaget dan takut pada putra bos mereka tersebut.
Langit menggeleng cepat, "Enggak! Itu enggak benar! Ini salah paham!"
"Dia bohong! Dia sengaja memintaku ke sini dan ingin melecehkan aku," ucap Senja berdusta.
Langit langsung menatapnya, "Kau ini bicara apa? Kapan aku menyuruhmu ke sini?"
"Ada apa ini?" Bastian akhirnya datang.
"Dia ingin melecehkan aku," sahut Senja.
Bastian tercengang, "Apa?"
"Bohong, Bas! Dia memfitnah ku!" sanggah Langit.
"Kalau begitu kalian kembali bekerja, biar aku yang urus masalah ini," pinta Bastian pada Kevin, Mimi dan beberapa karyawan yang mematung di depan pintu ruang kerja Rani.
Kevin mengangguk, "Iya, Mas."
Semua orang pun meninggalkan ruangan Rani sambil bergumam, desas-desus langsung terdengar. Ada yang mengumpat Langit namun ada juga yang menuduh Senja sengaja cari perhatian pada anak bos mereka itu. Mendengar sahabatnya dijelek-jelekkan, Mimi naik darah, namun Kevin cepat menengahi sebelum terjadi pertengkaran.
Di dalam ruang kerja Rani, Bastian menatap Senja, "Kau juga tolong pergi dari sini!"
Senja memalingkan wajahnya kemudian bergegas pergi dari hadapan kedua pemuda itu.
Bastian mengalihkan pandangannya ke Langit, "Sebenarnya ada apa?"
"Dia lancang masuk ke sini dan membongkar barang-barang mamaku, jadi aku ingin memberinya pelajaran. Tapi dia malah menuduhku macam-macam," adu Langit.
"Bagaimana dia bisa masuk ke sini?" tanya Bastian.
"Katanya dia bekerja di sini," jawab Langit.
Bastian tercengang, "Dia bekerja di sini? Kok bisa?"
"Katanya dia butuh uang makanya dia melamar kerja di sini dan Kevin menerimanya."
Lalu pandangan Bastian tertuju pada sesuatu yang Langit pegang, "Itu apa?"
Langit menatap foto lalu meremasnya, "Bukan apa-apa, hanya kertas enggak penting."
Bastian hanya mengawasi Langit dengan tatapan curiga, namun dia memilih untuk diam.
"Ya sudah, aku mau bicara dengan gadis itu dulu." Langit mengalihkan situasi, dia tak mau Bastian tahu tentang foto memalukan itu.
Langit bergegas meninggalkan Bastian dan mencari Senja, sedangkan Bastian hanya bergeming memandangi kepergian sepupunya tersebut.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments