Senja bergegas membaca pesan dari kakaknya tersebut.
"JANGAN BICARA APA PUN PADA ORANG-ORANG TERUTAMA WARTAWAN, KAKAK ENGGAK INGIN KAMU TEKENA MASALAH."
Senja yang senang langsung menghubungi nomor Cakra, tapi tak dijawab sama sekali.
Di lalu buru-buru mengirimkan pesan balasan.
"KAKAK DI MANA? KENAPA ENGGAK PULANG? AKU RINDU, KAK!"
Tapi tak ada balasan sama sekali, pesan itu bahkan belum dibaca, terlihat dari centang duanya yang belum berwarna biru.
"Ada apa, Ja?" tanya Mimi yang sejak tadi memperhatikan sahabatnya itu.
"Kakak mengirimkan pesan padaku, Mi?" adu Senja.
Mimi terhenyak, "Oh iya? Apa katanya?"
"Dia minta aku agar enggak bicara apa pun pada orang-orang, terutama pada wartawan. Katanya dia enggak mau aku terkena masalah," beber Senja.
"Berarti Kak Cakra tahu saat itu kamu klarifikasi pada wartawan, makanya dia bisa bilang begitu."
"Sepertinya begitu."
"Terus dia bilang apa lagi?"
Senja menggeleng dengan wajah sedih, "Enggak ada, cuma itu. Aku coba hubungi dia, tapi enggak dijawab. Aku kirim pesan juga belum dibaca sampai sekarang."
"Kamu jangan sedih lagi, sekarang kan sudah terbukti jika Kak Cakra baik-baik saja. Seperti yang aku bilang, mungkin saat ini dia sedang bersembunyi di suatu tempat dan nanti pasti dia akan pulang untuk berkumpul dengan mu lagi."
"Tapi kenapa Kakak enggak mau memberitahukan keberadaannya saat ini? Dan dia baru menghubungi ku sekarang! Apa dia pikir aku enggak cemas?" keluh Senja.
"Aku yakin Kak Cakra punya alasannya, kamu jangan cemaskan dia! Sebaiknya sekarang kamu istirahat, aku juga sudah mengantuk."
Senja menghela napas lalu beranjak dari duduknya dan berlalu begitu saja dari hadapan Mimi.
"Kasihan dia, semoga semua ini cepat selesai dan dia bisa bertemu dengan Kak Cakra lagi," gumam Mimi iba sembari memandangi punggung Senja yang semakin menjauh.
Di dalam kamarnya, Senja kembali mengecek ponselnya dan ternyata pesannya tadi sudah centang biru, itu berarti pesan tersebut telah dibaca. Senja pun kembali bersemangat dan buru-buru menghubungi sang kakak lagi.
"Ayo angkat, Kak!" ujar Senja berdebar saat mendengar suara nada sambung di telepon genggamnya.
Wajah Senja kembali murung ketika akhirnya terdengar suara operator wanita yang berbicara.
"Ck, kenapa Kakak enggak mau jawab telepon aku, sih?"
Dengan sedih Senja pun menyimpan ponselnya di atas meja hias lalu masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih sebelum tidur.
***
Besok malamnya, Langit buru-buru turun dari lantas atas, mulai malam ini dia akan mengganti mendiang Maharani untuk menjalankan klub malam sekalian mencari informasi tentang hubungan sang mama dan Cakra.
"Kita pergi sekarang?" tanya Bastian yang sejak tadi sudah menunggu Langit.
"Iya," jawab Langit, dia pun berjalan menuju pintu utama disusul oleh Bastian, namun langkah keduanya terhenti saat Keysha tiba-tiba muncul.
"Langit," tegur Keysha yang beberapa hari ini mencoba menghubungi Langit, tapi tak pernah digubris oleh mantannya itu.
"Aku duluan, Bas." Langit melanjutkan langkahnya dan melewati Keysha begitu saja tanpa sedikitpun memedulikan sang mantan kekasih.
Wajah cantik Keysha berubah sendu. Bastian yang merasa iba pun mendekatinya.
"Kenapa kau ke sini lagi? Kan sudah aku bilang untuk menjauhinya, lupakan dia!" ujar Bastian.
Keysha tertunduk, "Aku enggak bisa, Bas. Enggak semudah itu melupakan dia."
"Tapi kau harus lakukan! Dia sudah enggak mencintaimu lagi, Key! Bahkan dia tak peduli padamu, apa itu belum cukup membuatmu sadar?"
Keysha mulai terisak, dia tahu Langit tak lagi peduli padanya, bahkan saat ini mungkin sangat membencinya. Tapi dia masih ingin memperbaiki semuanya dan kembali lagi pada pemuda itu.
"Key, kesalahan yang kamu lakukan itu sangat fatal. Langit pasti enggak akan bisa melupakannya begitu saja, jadi sebaiknya kamu berhenti berharap dan lanjutkan hidupmu," lanjut Bastian sembari mengusap lembut punggung belakang Keysha.
"Tapi aku masih mencintai dia, Bas," ucap Keysha pelan.
"Sudahlah, Key. Sebaiknya sekarang kamu pulang dan tenangkan dirimu, aku mau pergi dulu," usul Bastian.
Keysha mengangkat kepalanya menatap Bastian, "Kamu mau ke mana, Bas?"
"Mulai malam ini aku akan menemani Langit menjalankan bar milik mendiang ibunya," jawab Bastian.
"Aku ikut, ya?"
"Key, sebaiknya enggak usah!"
"Bas, aku janji enggak akan menggangu kalian. Aku cuma mau menenangkan diri di bar saja, please!" rengek Keysha memohon.
Bastian menatap Keysha dengan sorot tak terbaca kemudian mengangguk, "Baiklah, tapi jangan buat masalah dengan Langit! Aku enggak mau dia melukai perasaan mu lagi."
Keysha mengangguk sembari tersenyum.
Sementara itu di klub malam milik Maharani, Senja diam-diam menyelinap masuk ke dalam ruangan Maharani tanpa sepengetahuan siapa pun, dia mengendap-endap sembari mengamati ke sekeliling ruang yang cukup mewah itu. Ada sofa, meja kerja, rak yang berisikan minuman keras dan beberapa furniture lainnya.
"Aku harus mulai mencari dari mana?" Senja celingukan.
Instingnya menuntun dia untuk lebih dulu ke meja kerja Maharani. Senja memperhatikan barang-barang yang ada di meja kayu itu, ada beberapa buku, map, dan sebuah pigura berwarna putih.
Senja mengambil pigura itu dan memandanginya, ada foto Maharani, David serta Langit yang masih remaja. Sepertinya foto itu sudah cukup lama diambil. Senja pun kembali meletakkan pigura tersebut, lalu beralih membuka laci meja. Ada banyak surat-surat dan map, namun pandangan Senja terfokus pada sebuah kotak kayu berwarna cokelat, dia mengambil kotak itu lalu membukanya dengan hati-hati.
Senja terkesiap saat mendapati beberapa lembar foto, dia mengamati satu persatu foto-foto itu. Ada sebuah foto di mana Maharani, kedua orang tuanya dan seorang pria yang tak Senja kenal mengenakan seragam SMA.
"Pasti ini kekasihnya Tante Rani saat masih sekolah?" tebak Senja, dia memang tahu jika Rani dan kedua orang tuanya sudah bersahabat sejak jaman putih abu-abu dan dia pernah mendengar jika wanita yang telah meninggal itu terpaksa menikahi David karena dijodohkan.
Senja meletakkan foto itu di atas meja lalu ingin melihat lembaran foto berikutnya. Namun apes, foto tersebut malah tak sengaja terjatuh ke lantai dalam posisi terbalik dan perhatiannya langsung tertuju pada tulisan dibalik foto tersebut. Senja memungutnya dan membaca tulisan itu.
"AKU TAHU HUBUNGANMU DENGAN DIA, JADI JAUHI DIA ATAU AKU AKAN BERITAHUKAN SEMUANYA PADA SUAMIMU."
Senja membalik foto itu dan tercengang saat melihat Rani hanya mengenakan handuk sedang selfie bersama seorang pria yang bertelanjang dada, namun wajah pria itu dicoret dengan lipstik merah.
"Jadi Tante Rani memang benar-benar selingkuh? Tapi siapa laki-laki ini? Apa jangan-jangan Kak Cakra?" Senja menerka-nerka, hatinya mulai gelisah.
Di saat bersamaan pintu ruangan itu dibuka oleh Langit, dia terkejut setengah mati melihat sosok Senja.
"Kau? Sedang apa kau di sini?" cecar Langit marah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments