Masih pagi hari, Ruby sudah di buat dongkol dengan kehadiran Alan yang sudah memarkir mobilnya di depan kostnya. Ruby hanya mengintip melalui jendela. Kalau tidak mengingat waktu sekolah, mau Alan berdiri di situ sampai tuju purnama sekalipun Ruby tidak akan peduli. Masalahnya adalah waktu. Waktu!!
Tidak ada jalan lain, Ruby memutuskan menghubungi Flora untuk meminta bala bantuan dari pada harus berangkat dengan Alan. Mengesalkan melihat wajah sok gantengnya.
"Hallo, ada apa Ruy?" Suara Flora terdengar dari seberang sana.
"Lo bisa jemput gue gak?"
"Tumben?" Sudah pasti, Flora akan bertanya begitu. Pasalnya, Ruby tipikal orang yang sukar meminta bantuan karena takut merepotkan. Baru kali ini Flora rasa Ruby memintanya menjemput. Itu termasuk meminta bantuan bukan?
"Gawat Flo!! Alan lagi di depan kost gue!!"
"Kenapa gak bareng dia aja?" Santai sekali Flora mengatakan itu. Tidak peka jika Ruby lagi tidak mood melihat muka lelaki itu. Bawaannya pengen mencakar wajahnya.
"Itu dia masalahnya!! gue mau menghindar dari dia!! malas banget liat mukanya."
"Seharusnya kalo ada masalah, di selesaiin baik-baik. Bukan malah menghindar dan lari dari masalah."
Ruby berdecak gemas, si Flora terlalu bertele-tele. "Makanya gue udah selesaiin sekaligus hubungannya, Flo!!" tangannya ia remas karena greget. "Yaudah kalo lo gak mau jemput!"
Ruby nyaris memutuskan sambungan telepon. Namun mendengar perkataan selanjutnya dari Flora mengurungkan niatnya.
"Eumm gini deh. Jujur yah, gue beneran lagi gak bisa jemput lo soalnya ini gue udah di sekolah. Dan---kebetulan banget hari ini jadwal piket gue nugas bersihin kelas. Tapi--gue bisa kok minta tetangga gue yang jemput elo. Gimana?"
"Si burung elang itu?"
Spontan tergelak kecil Flora mendengar Ruby mengatai Elang. "Elang aja Ruy, gak usah pake burungnya segala."
"Iya, iya serah deh. Yang penting, gue gak berangkat bareng Alan."
"Oke deh oke. Tadi gue berangkat bareng dia, tapi sekarang hilang entah dimana rimba nya. Gue cari dulu tuh anak. Kemungkinan dia lagi di warung belakang sekolah ngopi di sana. Gue tutup dulu ya! lo tunggu aja jemputan Elang. Bye!"
Tut Tut Tut
Tatapan Ruby menuju layar ponselnya yang menghitam, Flora telah memutuskan panggilan.
***
Netra Alan menyengit begitu melihat kedatangan Elang memasuki kawasan perkarangan kost Ruby. Kemarin, cowok ini yang mengantarkan Ruby pulang. Sial!! mengingatnya saja membuat Alan sebal tidak suka. Hari masih pagi, tapi atmosfer di sini terasa panas. Padahal mereka adalah rekan, namun Elang seolah-olah ingin mengibarkan bendera perang di antara mereka.
Alan menurunkan kaca mobilnya. "Ngapain lo di depan kost pacar gue?" Tanyanya tidak senang. Lengannya hinggap di sisi jendela mobilnya memandangi Elang sepenuhnya dengan remeh. Seakan telah memperoleh kemenangan hanya dengan kalimat 'pacar' yang sengaja ia tekankan.
Elang melepas helm dan meletakannya di tangki motornya, jari telunjuknya mengorek telinganya. "Kok gue ada denger suara ghaib ya?" Monolognya menanggap Alan tidak ada. Emosi Alan tambah naik, apakah Elang sengaja memprovokasinya? kalau iya, baiklah! Alan akan meladeninya. Kebetulan sudah lama ia tidak baku hantam. Hitung-hitung sebagai olahraga pagi.
Alan turun dari mobilnya melangkah menghampiri Elang, lengan bajunya ia gulung bersiap adu jotos. Mereka berteman dekat hanya karena solidaritas geng mereka. Kalau tidak, mungkin saja walaupun mereka sekelas, keduanya tidak akan bertegur sapa.
"Lang!!" Ruby memanggil. Usai menutup pintu kostnya, Ruby berlari kecil menghampiri mereka. Rambut serta tasnya berayun-ayun seiring langkah kakinya. Alan menatap Ruby tidak terima. Dari setengah enam ia menunggu Ruby, tapi cewek itu malah hanya menyapa Elang. Ketika mata mereka bertabrakan, Ruby melengos menghindari tatapannya.
"Udah lama nunggu?" tanya Ruby sengaja sok akrab kepada Elang. Senyum manis Elang berikan kepada Ruby. Ia mengacak gemas rambut Ruby, sedikit melirik kearah Alan yang sudah kebakaran jenggot. Biarlah, Elang memang sengaja membuat Alan panas. Jangan kira, ia tidak tahu jika hubungan mereka telah berakhir kemudian penyebabnya orang ketiga. Flora ember kepadanya secara rinci. Sedikit simpatik ia kepada Ruby.
Alan menepis kasar tangan Elang yang masih bertenggar di kepala Ruby. "Jangan sembarang g.r.e.p.e pacar orang!"
"Pacar?" Sudut bibir Elang terangkat sebelah. "Mantan lebih tepatnya.",
Ruby mengangguk setuju. "Iya, kalo udah jadi mantan. Gak usah sokab!!"
Skakmat!!
Alan bungkam. Ia tertampar keras dengan kenyataan. Mungkin karena biasa sejak kelas sepuluh ia menjalin kasih dengan Ruby maka dari itu, ia jadi tidak sadar kalau hubungan mereka telah tercerai berai sebab ke khilaf-an yang ia perbuat.
Di sela kesibukannya yang tengah memasangkan helm ke kepala Ruby, Elang menyematkan sindiran kepada Alan. "Ayok berangkat bareng gue aja Ruy. Gak usah peduliin mantan. Mantan itu bagusnya di buang di tong sampah aja."
Tangan Alan mengepal dengan mimik di dominasi permusuhan. Alan memilih memupuk amarahnya yang membuncah itu dalam dirinya. Ia hanya tidak ingin menciptakan keributan di hadapan Ruby dan membuat Ruby semakin membencinya.
Di mulai Ruby menaiki motor Elang, hingga Elang melajukan kendaraannya membawa Ruby bersamanya, Alan hanya menatapnya berusaha sekuat hati untuk tidak menahan mereka. Untuk kali ini saja ia akan mengalah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Yuki✨
Sudahlah, dengan Athala aja, toh udh ambil keperawanan jg
2023-05-21
0
miyura
lanjut othor..semangat berkarya nya ya..up yg banyak...😙😙
2023-03-17
2