16. Bertemu Lagi

Menikmati kota Jakarta. Dua tahun meninggalkan kota Jakarta, membuat Tari begitu merindukan kuliner Indonesia. Ia mengajak suami dan putranya menikmati kuliner Indonesia dari makanan ringan hingga makanan berat.

"Di Jakarta kuliner Indonesia semuanya halal kecuali restoran tertentu yang mereka menuliskan restorannya dengan non halal. Tapi itu juga tidak banyak karena penduduk Indonesia banyak yang memeluk agama Islam." Jelas Tari.

Walaupun Ammar belum pernah ke Indonesia, tapi ia sudah banyak tahu tentang Indonesia. Ia membiarkan Tari menjelaskan apapun yang ingin di jelaskan oleh Tari karena cintanya pada sang istri.

Tari tidak sependiam dulu. Tari yang sekarang lebih supel karena ia merasa sangat dicintai suaminya. Puas menikmati beberapa kuliner Nusantara yang ada food court di Mall tersebut, Tari ingin belanja kebutuhan yang bersentuhan dengan wanita. Ammar dengan setia menemani istrinya untuk belanja.

Baby Ariel yang tidak rewel karena perutnya juga kenyang saat ikut makan cemilan ringan berupa bakso yang sangat di sukai baby Ariel. Di sela keasyikannya yang sedang mencari tas branded di sebuah konter khusus di Mall tersebut, lagi-lagi Tari dipertemukan dengan nyonya Soraya.

Ammar yang sedang menggendong baby Ariel mengenali juga wajah wanita yang pernah menghina istrinya itu di tambah lagi Ariel yang saat ini sedang di gendong Ammar menjadi perhatian nyonya Soraya yang memperhatikan wajah cucunya yang sedikit mirip dengan putranya Syahril.

"Apa kabar Tari!" Sapa nyonya Soraya yang terlihat lunak pada Tari yang sedikit enggan berurusan dengan wanita yang hampir menjadi mertuanya itu.

"Baik Tante!"

"Apakah itu putramu? berapa usianya? Dia sangat tampan dan tidak mirip dengan ayahnya yang orang Arab itu." Nyonya Soraya mulai dengan sindirannya membuat Tari harus menahan diri apa lagi putranya adalah cucu kandung nyonya Soraya.

"Usianya tujuh bulan. Namanya Ariel." Tari sedikit berbohong tentang usia putranya yang saat sudah berusia sepuluh bulan.

"Hallo sayang...! Kenalkan ini Oma Aya." Ucap nyonya Soraya yang terlihat curiga kalau Ariel adalah putranya Ammar.

"Permisi Tante! Kami masih punya urusan." Ucap Tari buru-buru pergi sambil menggandeng lengan suaminya.

"Omma ...omma!" Panggil Ariel yang terlihat menyukai nyonya Aya membuat matanya nyonya Aya berkaca-kaca.

Baik Tari maupun nyonya Soraya tersentak dengan respon Ariel yang langsung suka pada nyonya Soraya.

"Omma..omma!" Panggil Ariel sekali lagi sambil tersenyum pada nyonya Tari memperlihatkan tiga giginya membuat nyonya Aya merasa yakin Ariel adalah cucunya. Tari yang hendak beranjak pergi di cegah oleh nyonya Soraya.

"Bolehkah aku menggendongnya, Tari?" Pinta nyonya Soraya membuat Tari menatap wajah suaminya. Tari memberi tahukan keinginan nyonya Soraya pada Ammar namun Ammar menolaknya dan berlalu pergi begitu saja karena ia tidak suka ada keterikatan dengan nyonya Soraya dan putranya bila diijinkan nyonya Soraya menggendong putra sambungnya itu.

"Tidak...! Sebaiknya kita pulang...!" Sahut Ammar posesif pada putranya.

"Maafkan Tari, Tante!" Ucap Tari diangguki oleh nyonya Soraya.

Tari bergegas menghampiri suaminya yang terlihat berjalan cepat menuju tempat parkir. Padahal Tari masih ingin ingin belanja lagi." Ya Allah...! Kenapa jadi begini." Sesal Tari karena tidak bisa melakukan apapun saat ini.

Di dalam mobil Tari tidak berani berkata apapun ketika melihat wajah kelam suaminya yang memeluk putranya." Ariel adalah putraku. Jangan pernah kamu berusaha memisahkan kami. Aku tidak peduli dari mana benihnya atau orang-orang yang berhubungan dengannya. Yang jelas, aku tidak mau keluarga mantan kekasihmu datang mengusik ketenangan rumah tanggaku, kamu paham, sayang?" Tegas Ammar membuat Tari menelan salivanya dengan susah payah.

"Iya Ammar! Tapi, suatu saat nanti waktu yang akan menjelaskan siapa Ariel karena kita tidak tahu apa yang terjadi pada masa depan." Kilah Tari.

"Aku tidak peduli bagaimana masa depan yang akan kita hadapi nanti, yang jelas aku tidak mau ibu dari mantan kekasihmu itu datang untuk mencari perhatian Ariel." Pinta Ammar penuh penekanan pada kalimatnya.

"Iya sayang." Tari tidak ingin lagi berdebat. Saat ini Ammar seakan ketakutan mainannya diambil oleh orang lain.

...----------------...

Ammar berencana untuk kembali lagi ke Kairo secepatnya karena sudah terlalu lama berada di Indonesia usai pulang dari Bali. Saat berangkat ke Bali, Ammar mengajak semua keluarga istrinya untuk berlibur di kota Dewata Bali itu.

Sementara itu kedua mertuanya ingin menahan baby Ariel untuk tidak dibawa lagi ke Kairo oleh Ammar dan Tari, namun Ammar menolak dengan tegas permintaan mertuanya.

"Ammar...! Rumah ini akan sangat sepi jika kalian kembali ke Kairo. Kalau boleh, biar kami yang merawat Ariel karena ummi sangat mencintai cucu pertama ummi. Kalian masih muda dan masih punya kesempatan untuk punya anak lagi." Pinta Ummi Fida penuh harap.

"Maafkan Ammar ummi! Ammar tidak bisa memberikan Ariel pada kalian. Ammar merasa belum cukup puas bermain dengan putraku karena kami cukup lama berpisah." Jelas Ammar.

"Iya Ammar! Ummi mengerti. Ummi yakin setelah dari sini nanti, Tari pasti hamil lagi. Lebih baik kamu fokus dengan Tari untuk mendapatkan momongan kembali." Bujuk ummi Fida namun Ammar masih tetap dengan pendiriannya.

Akhirnya Ummi Fida mengalah karena Tari juga takut untuk menyela pembicaraan keduanya. Jika ia memenangkan ummi nya, Ammar pasti lebih murka.

"Aku akan memberikan cucu untuk kalian dari benihku sendiri tapi bukan dengan Ariel yang akan menjadi sengketa nantinya jika ketahuan oleh keluarga mantan kekasihnya Tari, jika anak ini menetap di Jakarta." Batin Ammar.

Tari menghubungi Salma untuk ikut mereka ke Kairo. Salma dengan senang hati kembali ke negara Ammar itu. Keesokan harinya, Ammar memboyong keluarganya pulang ke Kairo. Ummi Fida sangat sedih melepaskan kepergian cucunya.

"Tari...! Kalau bisa tiap tahun kalian pulang ke Indonesia untuk lebaran bersama Abi dan ummi, nak." Pinta Ummi Fida.

"Insya Allah Ummi!" Tari memeluk ibunya sambil menangis. Begitu pula ummi Fida yang harus melepaskan kepergian putri bungsunya itu.

Pesawat pribadi milik Ammar menghilang dari pandangan keluarga Tari. Di dalam pesawat, Tari terlihat termenung dengan air mata yang terus mengalir. Sementara Ammar membiarkan istrinya menangis dengan puas karena ia juga memahami perasaan istrinya saat ini.

Sementara di Bogor, di kediaman Tuan Hanif, nyonya Soraya akhirnya menceritakan pertemuannya dengan Tari dan membahas tentang baby Ariel yang ia klaim sebagai cucu kandungnya.

"Papa...! Aku rasa anak Tari itu bukan anak suaminya. Anak itu mirip sekali dengan putra kita. Dan anehnya Tari menamakan anaknya mirip dengan mendiang putra kita Asril. Putranya itu bernama Ariel. Tolong lakukan sesuatu untuk menguji kebenaran dari kecurigaan ku kalau Ariel adalah cucu kandung kita papa!" Pinta nyonya Soraya.

"Mana mungkin Tari berhubungan dengan putra kita, Aya. Tari adalah gadis baik-baik." Ucap tuan Hanif.

"Apa salahnya mencoba papa." Ujar nyonya Soraya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!