17. Harapan Terkabul

Tidak berapa lama, usai pulang dari bulan madu di Bali, Tari di nyatakan hamil oleh dokter. Ammar terlihat gembira saat mengetahui istrinya telah hamil anaknya. Ia pun senyum- senyum sendiri saat sudah berada di perusahaan.

Asistennya Rizal memperhatikan wajah Ammar yang berbinar terkesan sangat cerah bahagia hari ini membuat ia tidak segan menyampaikan hal yang terburuk yang dialami oleh perusahaan.

"Tuan...! Apakah saya boleh menyampaikan kondisi perusahaan?" Tanya Rizal sambil memperhatikan mimik wajah Ammar yang langsung menatapnya tajam.

"Mengapa harus meminta ijin padaku kalau ini menyangkut perusahaan?" Decih Ammar.

"Masalahnya yang akan aku sampaikan ini kabar buruk Tuan." Sahut Rizal.

"Kita sering mengalami kondisi seperti itu. Yang namanya bisnis, tidak selamanya berjalan mulus. Ada saja kendalanya. Ditipu dan menipu sering terjadi di dunia bisnis. Kamu juga pasti mengetahui itu bukan?"

"Begini tuan Ammar! Beberapa waktu yang lalu kita sedang menjalin kerjasama dengan perusahaan tuan Yusran dalam pembangunan apartemen. Tuan sengaja memutuskan kontrak secara sepihak. Mereka meminta ganti rugi sesuai dengan perjanjian kontrak kerjasama kita. Sepertinya kita akan mengalami kerugian besar dari gagalnya proyek itu Tuan." Jelas Rizal.

"Bayar saja sesuai dengan perjanjian kontrak kerjasama itu jika kita melanggar! Apa susahnya? Lagi pula kita tidak akan miskin jika putus hubungan kerjasama dengan perusahaan milik bajingan itu.

Justru dia yang akan kelabakan karena harus membayar utang Bank yang cukup besar. Cukup laporannya Rizal! Selesaikan saja secara profesional karena aku saat ini sedang bahagia atas kehamilan istriku." Imbuh Ammar.

"Baik Tuan."

Rizal segera mentransfer sejumlah uang ganti rugi ke perusahaan milik Tuan Yusran. Sementara tuan Yusran masih belum bisa menutupi utangnya pada bank dengan uang dari perusahaan Ammar.

"Apa yang harus aku lakukan untuk menutupi utang bank dengan yang makin bengkak setiap saat? Andai saja aku menjaga sikapku pada Tari, mungkin aku tidak kehilangan banyak investor yang ikut memutuskan kerja sama mereka dengan perusahaan ku." Keluh tuan Yusran penuh penyesalan.

Ia ingin sekali menghubungi Tari untuk membujuk Ammar meminjamkan uang padanya untuk melunasi Bank, tapi mengingat sikapnya yang buruk pada Tari, membuatnya enggan untuk meminta tolong kepada istrinya Ammar itu.

Hari itu Ammar pulang dengan membawa makanan kesukaannya sang istri. Tari memang selama hamil muda tidak pernah ngidam. Ia selalu menikmati makanannya tanpa rasa mual. Ammar ingin Tari dan bayinya selalu sehat di masa kehamilan keduanya itu.

Baby Ariel yang sudah berusia satu tahun, belum begitu mengerti kalau dia akan memiliki adik. Hanya sikap manjanya yang tak pernah mau lepas dari Tari.

"Mami....! Gendong Ariel!" Pinta Ariel sambil mengangkat kedua tangannya.

"Kita main saja ya sayang. Mami tidak kuat lagi gendong Ariel karena badan Ariel makin tinggi dan montok." Ucap Tari menenangkan putranya.

"Tidak mau ...! Ariel mau di gendong mami." Pinta Ariel sambil menghentakkan kakinya membuat Tari yang tidak tega akhirnya menggendong putranya itu.

"Kenapa sekarang Ariel makin kolokan sama mami? Di perut mami sudah ada Ade bayi. Kasihan adik bayinya kalau mami gendong Abang Ariel." Ucap Tari.

"Ariel tidak mau di tinggal mami. Ariel mau sama mami!" Rengek Ariel makin menjadi.

"Iya sayang. Ini mami sudah gendong Ariel. Jangan nangis lagi sayang!"

Tari mengajak Ariel berjalan disekitar mansion hingga putranya itu tertidur. Ammar yang baru pulang kerja, langsung menghampiri Tari yang terlihat duduk di taman sambil memangku baby Ariel.

"Sayang....! Kenapa duduk disini?"

"Ariel lagi rewel. Maunya di gendong sama Tari. Dia juga tidak mau di gendong Salma. Tadi jalan-jalan sama Ariel di taman hingga dia tertidur. Mau bawa ke dalam rumah, aku tidak sanggup lagi melangkah." Tutur Tari.

"Kenapa tidak meminta Ghiani atau Salma untuk membawanya ke dalam kamarnya?"

"Ariel ngerti bau tubuh maminya, tadi sudah diambil Salma, tetap saja dia kembali sadar dan menolak untuk digendong Salma. Terpaksa aku duduk di sini sambil memangkunya."

"Baiklah. Serahkan dia padaku!" Ammar mengangkat tubuh putranya sambungnya itu secara perlahan lalu membawanya ke dalam rumah sambil merangkul bahu Tari.

"Aku membawa makanan kesukaanmu. Aku juga membeli mangga dan beberapa buah lainnya yang biasa orang Indonesia menyebutnya...?" Ammar sedang berpikir nama dari rujak buah.

"Maksud kamu rujak?" Tebak Tari.

"Iya sayang. Hampir semua buah itu import. Tapi aku ingin kamu merasakan nuansa Indonesia ada di negara ini." Ucap Ammar.

"Nanti aku akan meminta Salma untuk membuatnya. Terimakasih sayang!" Ucap Tari sambil membuka pintu kamar putranya yang bersebelahan dengan kamarnya.

"Kamu ingin bayimu laki-laki atau perempuan?" Tanya Tari sambil mengelus perutnya.

"Sama saja sayang. Mau laki-laki atau perempuan tidak masalah bagiku. Yang penting mereka sehat." Timpal Ammar.

"Aaamiin. Aku ingin punya anak lima. Aku ingin rumah kita ramai." Ucap Tari.

"Itu terlalu sedikit sayang. Kenapa tidak digenapkan satu lusin?" Ledek Ammar.

"Emangnya aku kucing." Gerutu Tari.

"Sekali-kali kamu jadi kucing. Kucing itukan sangat manja."

"Nanti aku akan melarangmu kerja."

"Berarti kamu siap bercinta denganku setiap saat?"

"Tidak jadi...kamu kerja saja." Ucap Tari membuat Ammar jadi gemas pada istrinya.

Tidak lama terdengar rengekan Ariel membuat keduanya kembali tersentak. Ammar menghampiri putranya itu diikuti Tari. Kali ini tangisan Ariel seperti orang yang sedang mengalami kesakitan yang luar biasa hingga hidungnya mengeluarkan mimisan.

Ammar mengusap kening Ariel yang nampak hangat. Tari menjerit saat hidung putranya berdarah." Ammar ....! Kenapa baby Ariel mimisan?" Gugup Tari terlihat panik.

"Astaga...! Sebaiknya kita bawa ke rumah sakit." Ammar mengendong putranya buru-buru masuk ke mobil bersama Tari.

Rizal dengan sigap mengantar keluarga itu ke rumah sakit. Setibanya di ruang IGD dokter memeriksa keadaan Ariel. Dokter segera melakukan pengambilan darah untuk diketahui penyakitnya.

Tari terlihat gelisah dan berharap putranya tidak mengalami penyakit yang mengerikan. Beberapa jam kemudian, dokter keluar ingin memberitahukan keadaan Baby Ariel. Sialnya dokter itu adalah keponakannya nyonya Zahra. Ketika melihat ibu dari pasiennya, Zahra sangat kaget saat mengetahui ibunya Ariel adalah Tari.

Zahra memang mengenal Tari, tapi Tari tidak mengenalnya sama sekali sepupu mantan kekasihnya itu." Permisi tuan, nona..! Perkenalkan nama saya dokter Zahra. Saat ini keadaan baby Ariel tidak baik-baik saja." Ucap Zahra terlihat sendu.

"Maksudnya apa dokter? Tolong sampaikan dengan jelas keadaan putraku!" Desak Ammar tidak sabaran.

"Putra anda menderita penyakit kangker darah." Ucap dokter Zahra membuat Tari langsung pingsan.

"Tariiii....!" Ammar menangkap tubuh istrinya dan langsung masuk ke ruang IGD bersama dengan putranya Ariel.

Terpopuler

Comments

Egha Lay

Egha Lay

tadi di episide seblmny zahra bukany dokter kandungan ya koq skrg jdi dokter anak

2024-01-17

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KYKNYA LEUKIMIA TU SI ARIEL,,BAYI HASIL ZINAH....

2023-07-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!