9. Usaha Yang Nihil

Ammar terlihat lelah untuk mencari istrinya yang telah menghilang entah ke mana. Sebagai gantinya, ia hanya bisa berdoa untuk dipertemukan oleh Allah dengan Tari dan putra sambungnya.

Bukan hanya Ammar yang berusaha sendiri mencari Tari, keluarga ibu satu anak itu juga tidak tinggal diam untuk mencari Tari hingga membuat ibu gadis itu jatuh sakit saking kepikiran memikirkan putri bungsunya itu.

"Tari...! Apa yang ada di otakmu saat ini nak. Kenapa sifat keras kepalamu masih sama saja seperti dulu. Harusnya kau berubah setelah memiliki suami dan anak. Semoga Allah melindungi kalian berdua di manapun kalian berada dan semoga Allah membuat kamu teringat pada suamimu nak." Gumam ummi Fida sambil berurai air mata.

Sementara Ammar kembali ke aktifitasnya seperti biasa sebagai pemilik perusahaan. Ia terlihat lelah dengan semua drama yang dibuat istrinya. Sekuat mungkin ia menekan amarahnya dan mengusir godaan setan yang terus membujuknya untuk menceraikan Tari.

Di tambah lagi koleganya yang terus menerus mempengaruhi dirinya untuk membuka hati pada wanita lain.

"Sudahlah Tuan Ammar. Apakah anda tidak lelah mempertahankan satu wanita yang sama sekali tidak menghargai Anda dan mungkin saja dia tidak mencintai anda." Ucap Tuan Umay.

"Aku sangat mencintai istriku dan tidak ada tempat gadis manapun di hatiku. Jadi, jangan mencoba untuk membujuk aku untuk meninggalkannya." Ammar terlihat sangat kesal dengan ucapan koleganya itu.

"Tuan Ammar...! Anda ini orang hebat. Kaya, tampan dan memiliki reputasi baik. Mungkin banyak gadis di luar sana siap menunggu dilamar olehmu lagi pula, bukankah istrimu itu warga negara lain? Kenapa tidak memilih wanita bangsa sendiri saja. Yang lebih mengerti budaya dan istiadat kita sebagai bangsa Arab yang religius." Tutur tuan Umay panjang lebar.

"Sayangnya, wanita yang aku temui di sini tidak bisa menggetarkan hatiku seperti istriku. Dia segalanya bagiku. Aku yakin akan menemukan dirinya." Ujar Ammar masih dengan pendiriannya.

"Kamu sangat Istiqomah dengan satu wanita. Sementara wanita itu tidak pernah mempedulikan dirimu. Apakah kamu masih ingin menunggunya sampai kulitmu keriput diikuti rambutmu yang memutih?" Ledek tuan Umay membuat Ammar mengatupkan rahangnya sambil menekan perasaannya yang sesaat lagi ingin meledak.

"Apakah kamu masih ingin bicara lagi keluargaku?"

"Oh sorry Tuan! Kalau begitu kita kembali lagi fokus ke pekerjaan kita." Imbuh tuan Umay sambil menyalakan laptop miliknya.

Di tempat yang berbeda, Tari sekarang sudah mulai aktifitasnya sebagai seorang karyawan bagian audit. Ia nampak menikmati pekerjaannya itu sementara di apartemennya, ia menitipkan putranya pada Baby sitter yang kebetulan orang Indonesia.

Keduanya memang terlihat seperti keluarga. Baby sitter yang bernama Salma itu begitu senang bisa mendapatkan majikan orang Indonesia sendiri. Ia sangat sayang pada putranya Tari yaitu baby Aril.

Beruntunglah Baby Aril begitu lengket dengan baby sitter nya, jadi Tari mudah meninggalkan putranya untuk bekerja.

Keberadaan Tari di perusahaan itu, menjadi buah bibir para karyawan lainnya karena kecantikannya gadis itu. Tari tetap menjaga sikapnya dengan tidak terlalu kelihatan menonjol di depan karyawan lain.

Walaupun begitu kecantikan Tari sampai juga di telinga sang bos karena sering mendengar gosip tentang Tari. Sampai suatu saat keduanya bertemu di dalam lift saat Tari ketinggalan berkas pekerjaannya dan kembali lagi ke perusahaan itu dengan nafas terengah-engah.

Saat masuk ke dalam lift tidak sengaja ia harus satu lift dengan bosnya itu dan itu pertama kalinya Tari bertemu dengan Tuan Yusran yang berdarah Melayu Inggris itu. Wajah bulenya lebih mendominasi daripada wajah Asianya.

Ia menatap wajah Tari yang terlihat cuek sambil memeluk berkasnya dengan memperhatikan ponselnya. Melihat Tari tidak begitu mempedulikannya, tuan Yusran menegur Tari yang dianggapnya tidak sopan.

"Apakah kamu karyawan baru di sini?"

"Iya Tuan!"

"Bagian apa?"

"Audit."

"Apakah kamu bisa ke ruangan ku?"

"Ruangan tuan di mana? Emang tuan karyawan di sini?" Tanya Tari yang tidak tahu kalau itu adalah bosnya. Ia hanya tahu nama bosnya tapi belum pernah sekalipun bertemu.

"Kalau begitu ikut aku ke ruangan ku!" Titah tuan Yusran yang terlihat geram karena Tari tidak mengenalnya sama sekali.

Merasa karyawan baru, Tari tidak banyak tanya, dan langsung mengekor langkah tuan Yusran ke ruang kerjanya. Matanya terbelalak saat melihat di depan pintu ruang kerja tuan Yusran bertuliskan CEO.

Tari terlihat gugup sambil menelan salivanya yang terasa sangat kering di tenggorokannya." Mampus aku. Mana aku tahu kalau orang ini adalah CEO perusahaan ini.

"Silahkan duduk!"

"Ba...baik Tuan!" Tari mengendalikan kegugupannya sambil menghentakkan bokongnya di sofa tunggal itu.

"Apakah kamu sudah kenal aku sekarang?" Tanya tuan Yusran terlihat angkuh.

"Maaf Tuan. Aku belum mengenal semua karyawan di sini termasuk bos aku sendiri yaitu Tuan. Aku terlalu fokus dengan pekerjaanku hingga tidak bisa bersosialisasi dengan yang lainnya." Ucap Tari.

"Aku saja mengenalmu sebagai bawahan ku. Tapi sayang sekali karyawan tidak tahu diri sepertimu tidak mengetahui orang yang menggaji dirimu." Ucap tuan Yusran dengan congkaknya.

"Cih ...! Sombong sekali kamu. Kalau tidak butuh pekerjaan ini, aku rasanya aku mengumpat mu sebanyak yang aku mau." Batin Tari sambil menundukkan wajahnya.

"Mulai besok kamu menjadi sekertaris ku. Tinggalkan pekerjaanmu itu!" Ucap tuan Yusran seenak jidatnya membuat Tari tersentak.

"Tapi Tuan! Bagian HRD sudah menugaskan saya di bagian audit. nanti beliau akan....-"

"Ini perusahaan milikku. Suka-suka aku mengatur karyawanku berkerja di bawah kendali ku, apakah kamu paham?"

"Baik Tuan. Aku akan menghadap tuan Hisyam untuk melaporkan...-"

"Tidak perlu. Biar asistenku yang menghadapinya. Kamu hanya pindah ke sini bekerja bersama denganku. Tugasmu akan di jelaskan oleh asistenku Rizal."

"Baik Tuan. Apakah sekarang aku bisa kembali ke tempatku?"

"Tunggu...! Aku belum selesai denganmu."

Tari menghenyakkan lagi bokongnya dan menunggu perkataan apa lagi yang akan diucapkan tuan Yusran padanya.

"Di mana kamu tinggal? Sepertinya kaku bukan orang Melayu? Apakah sudah menikah?" Tanya tuan Yusran sekaligus.

"Pertanyaannya sudah seperti petugas sensus penduduk. Apakah sua pernah menjadi anggota sensus penduduk?" Batin Tari yang belum siap menjawab pertanyaan tuan Yusran padanya.

"Aku tinggal di apartemen tidak jauh dari perusahaan ini. Aku warga negara Indonesia dan aku sudah menikah dan memiliki satu putra yang baru berusia enam bulan." Jawab Tari membuat tuan Yusran merasa sesak.

Degggg...

Tuan Yusran melonggarkan sedikit dasinya sambil membuka satu kancing jasnya. Alih-alih ingin mengerjai Tari agar bisa mendapatkan perhatian gadis itu, justru ia harus menelan kecewa saat mengetahui Tari sudah berkeluarga.

"Sial...! Aku kira dia masih gadis. Tidak tahunya sudah milik orang lain." Geram tuan Yusran membatin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!