12. Dipermalukan

Rengekan manja baby Ariel yang tidak ingin ditinggalkan oleh ibunya membuat Tari merasa kewalahan mengatasinya. Pasalnya ini sudah pukul tujuh pagi dan dua jam lagi ia harus bergegas ke hotel agar tidak terlambat untuk hadir tepat waktu.

Salma juga sedang membujuk baby Ariel untuk mau bersamanya saja. Namun ditolak baby Ariel. Entah kenapa Ariel seakan ingin bertemu lagi dengan Ammar yang dipanggilnya Daddy kemarin.

Ia akhirnya merengek pada ibunya dengan permintaan anehnya." Mami, Ariel mau Daddy." Pinta Ariel sontak membuat Tari mengerutkan dahinya tak percaya dengan pemintaan Ariel yang selama ini tidak pernah menyebutkan kata itu.

"Baby mau Daddy?" Tari mengulangi lagi permintaan putranya walaupun ia merasa ia hal yang sangat mustahil yang harus ia hadirkan sosok Ammar dalam sekejap.

Tari menemukan cara agar bisa mendapatkan ijin putranya untuk melepaskan dirinya pergi bekerja dengan suka rela." Kalau baby Ariel mau Daddy, nanti mami akan bawakan Daddy untuk baby Ariel, mau??" Tanya Tari dengan janji palsunya membuat Ariel mengangguk senang.

Urusan menempatinya atau tidak yang jelas Tari harus bisa mendapatkan ijin putranya terlebih dahulu. Sementara di pikiran Salma Ariel pasti mengingat sosok pria tampan yang makan es krim bersama mereka kemarin sore.

"Apa aku ceritakan saja kali ya pada nona Tari kalau Daddy yang dimaksudkan baby Ariel adalah pria berperawakan Arab yang mengajak kami makan es krim di restoran hotel. Mana aku lupa lagi menanyakan nama dan kamarnya si tampan itu. Kalau aku tau, aku akan mengatakan kepada nona Tari untuk mempertemukan pria tampan itu dengan baby Ariel." Batin Salma.

"Mami ..! Bawakan Ariel Daddy!" Pinta baby Ariel lagi membuat Tari memantapkan hatinya untuk segera meninggalkan rumah sakit karena waktu terus bergulir dan sekarang sudah pukul delapan pagi.

"Baiklah. Kalau begitu mami pergi cari Daddy untuk baby Ariel. Mami tinggal dulu ya!" Tari pamit pada putranya yang mau melepaskannya pergi.

Wajah pucat lagi kemah itu mengangguk pelan dengan menahan air matanya seakan rela tidak rela melihat ibunya pergi tapi demi untuk bertemu Daddy ia merelakan ibunya pergi kerja.

Tari mencium putranya dengan menahan nafasnya yang terasa makin sesak kini. " Salma tolong jaga putraku! Aku akan kembali secepatnya sebelum makan siang." Ucap Tari seraya menyerahkan baby Ariel pada Salma.

Karena sudah makan dan minum obat membuat baby Ariel setengah mengantuk menatap ibunya meninggalkannya di ruang inapnya. Tari bergegas berjalan cepat menuju lift agar bisa langsung ketemu loby rumah sakit sambil menghubungi taksi agar mengantarnya ke hotel.

Astaga ini sudah pukul delapan lewat lima belas menit, apakah aku bisa tiba tepat waktu di tempat acara?" ragu Tari yang sudah berada di dalam taksi.

Setibanya di kamar hotel, Tari buru-buru mandi sekedarnya dan mengenakan baju stelan blazer yang sudah disiapkan Salma semalam untuk dipakainya pagi ini. Ia juga berdandan ala kadarnya agar terlihat lebih fresh padahal rasa lelah yang dirasakan tubuhnya tidak bisa ia katakan lagi kini demi sebuah pekerjaan. Ingin rasanya ia memaki dirinya sendiri dengan kemalangan hidupnya tapi ia harus menahan diri dan lebih banyak mengucapkan istighfar.

Tepat pukul sembilan pagi ia baru merapikan dirinya dan bergegas menuju lift dengan memastikan semuanya sudah dibawa semuanya tidak ada yang tertinggal.

Biarlah terlambat sedikit tidak masalah yang penting aku punya alasan kuat kalau putraku sedang sakit. Untunglah ada surat pendaftaran kamar inap jadi punya bukti kalau aku tidak sedang berbohong pada bos berengsek itu." Umpat Tari. Tidak lama ponselnya berdering dan membuat Tari segera menerima panggilan dari tuan Yusran yang sudah menunggunya dengan gelisah sejak tadi.

"Hei ..! Yang punya perusahaan kamu atau aku? Apakah kamu tidak bisa lebih cepat hadir di sini sebelum tamu lainnya hadir, hah?" Bentak tuan Yusran disusul dengan kata-kata kasar dan terdengar oleh Ammar yang ada di sampingnya karena Ammar juga sedang menghubungi asistennya Rizal di Kairo.

"Maafkan saya tuan saya sedang menuju ke ruang pertemuan. Maafkan saya karena putra saya semalam sedang demam tinggi yang membuat saya harus membawanya ke rumah sakit." Ucap Tari sambil membuka pintu ruang meeting itu.

Baru saja Tari masuk ke ruang meeting di mana para relasi perusahaan dari berbagai negara sudah berkumpul di ruangan itu menengok ke arahnya Tari termasuk Ammar dan tuan Yusran.

"Sialan..! Akhirnya gadis berengsek ini datang juga." Langkah tuan Yusran yang ingin mempermalukan Tari, namun Ammar lebih dulu menyela langkahnya tuan Yusran untuk melindungi istrinya itu dari amukan tuan Yusran.

Tari yang melihat kedua orang laki-laki yang memiliki posisi berbeda dalam hidupnya sedang menghampiri dirinya saat ini, nampak syok." Ammar....!" Tubuh Tari gemetar dan hanya bisa terpaku di tempatnya berdiri tidak tahu harus berbuat apa karena lidahnya begitu kelu saat ini.

Ammar berlari cepat mendahului langkah kaki tuan Yusran yang sedikit lagi mendekati Tari." Baby...!" Pekik Ammar yang langsung memeluk Tari yang seketika pasrah dengan jantung yang berdegup kencang membuat tuan Yusran harus menghentikan langkahnya dan menatap pasangan itu seakan tidak percaya dengan apa yang ia saksikan kini.

"Astaga...! Ini tidak mungkin. Apa hubungannya tuan Ammar dengan Tari? Bukankah Tari sudah punya suami yang kerja di Amerika sana?" Lirih Tuan Yusran yang juga tidak bisa berbuat banyak saat ini karena Ammar masih memeluk Tari penuh kerinduan dan Tari memejamkan matanya sambil terisak di pundak suaminya.

"Tariii...! Sayang! Ke mana saja kamu? Alhamdulillah ya Allah! Akhirnya kita bertemu di sini." Ucap Ammar sambil menangis saking bahagianya bisa bertemu lagi dengan istrinya yang hampir satu tahun meninggalkan dirinya.

Setelah puas melepaskan rindunya pada istrinya, Ammar berbalik menatap wajah tuan Yusran dan mengatakan kepada tuan Yusran." Aku sudah tidak berminat lagi bekerjasama dengan perusahaanmu.

Hubungan kita putus. Dan sekertaris mu yang kamu marah-marah sejak tadi walaupun aku tidak mengerti bahasamu, tapi aku tahu kamu sedang marah padanya." Ujar Ammar dengan wajah kelam.

"Emangnya ada hubungan apa kamu dengan sekertaris ku?" Tanya tuan Yusran penasaran.

"Tari adalah Istriku dan aku sudah terpisah lama dengannya dan Alhamdulillah , karena tawaran kerjasama mu yang membuat aku bisa menemukan Istriku.

Namun sayang melihat sifatmu yang temperamental seperti ini membuat aku sangat muak pada pria yang tidak menghargai wanita." Ucap Ammar yang langsung diartikan oleh Asistennya tuan Yusran.

Tari akhirnya meminta maaf juga pada tuan Yusran." Maafkan saya Tuan Yusran karena putraku sedang sakit parah membuat aku terlambat hadir dan ini buktinya kalau putraku saat ini sedang di rawat. Tuan Ammar adalah suamiku. Maaf kalau aku sudah membohongi anda selama ini atas status kerja suamiku. Mulai hari ini aku mengundurkan diri dari perusahaanmu." Ucap Tari membuat tuan Yusran tersentak.

"Astaga ternyata gadis ini adalah istri seorang mafia?" Gugup tuan Yusran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!