10. Berbohong

Sudah tiga bulan Tari menjadi sekertarisnya tuan Yusra. Tapi, tuan Yusran tidak melepaskan Tari begitu saja. Ia Ingin sekali melihat Tari dijemput suaminya gadis itu.

Tapi ia hanya melihat Tari hanya menumpang bis menuju apartemennya. Merasa penasaran, tuan Yusran sengaja bertamu ke apartemen Tari untuk membuktikan perkataan Tari, apakah gadis itu sudah berkeluarga atau belum.

Tari yang sudah memakai pakaian santai nampak asyik bermain dengan putranya Ariel yang sudah berusia sembilan bulan. Ariel terlihat begitu girang jika ibunya pulang lebih cepat dan bermain dengannya.

Apa lagi saat ini Ariel sedang belajar jalan membuat ia selalu berusaha ingin memperlihatkan kepada memperlihatkan kepada maminya jika ia bisa berdiri dan melangkahkan kakinya walaupun itu sangat sulit baginya hanya dengan mengangkat satu kakinya saja untuk melangkah.

"Ayo sayang...! Kamu bisa." Tari memberikan semangat pada sang bayi untuk tidak takut melangkah.

Ariel bangkit lagi walaupun harus jatuh berulang kali. Saat ingin melangkah tiba-tiba terdengar bel kamarnya berbunyi membuat Tari sigap mengambil jilbabnya yang ada di sofa dan segera memakainya.

Salma yang ingin membuka pintu utama itu sempat terhenti saat melihat wajah asing dengan penampilannya yang sangat eksklusif membuat ia ragu untuk membuka pintu itu dan melihat ke Tari yang menatapnya seakan bertanya siapa yang datang.

Merasa penasaran Tari menggendong putranya menghampiri pintu itu dan melihat dari CCTV wajah tuan Yusran yang sabar menunggu pintu itu terbuka.

Tari tersentak dengan tamunya yang merupakan bosnya sendiri. Salma menanyakan Tari yang terlihat gelisah.

"Itu siapa nona Tari?"

"Bos aku."

"Kenapa dia ke sini?"

"Entahlah. Mungkin lagi kebelet pipis kali jadi mampir ke sini." Ujar Tari asal.

Salma mengulum senyumnya sambil mengambil Aril dari gendongan Tari.

"Main sama Tante Salma ya!" Ariel berpindah ke gendongan Salma dan Tari membuka pintu rumahnya untuk tuan Yusran.

Tuan Yusran memberikan salam pada Tari dengan santun." Maaf nona Tari saya sengaja mampir ke sini tanpa mengabari kamu." Ucap tuan Yusran.

"Silahkan masuk Tuan! Maaf ruangannya berantakan karena sedang main sama si kecil." Tari memungut beberapa mainan milik putranya dan diletakkan ke dalam keranjang.

Tuan Yusran duduk di sofa dan melihat ada foto Tari dan putranya saja yang tergantung di ruang tamu itu. Sementara foto suaminya tidak terlihat.

"Apakah mau minum teh atau kopi atau jus?" Tawar Tari..

"Jus saja." Ucap tuan Yusran yang ingin minuman dingin.

Tari segera menuangkan jus jeruk yang sengaja dibuat banyak olehnya jika sedang haus. Dua jus jeruk dan beberapa cemilan di hidangkan di atas meja yang ada di ruang tamu itu.

"Apakah suamimu belum pulang kerja?" Tanya tuan Yusran membuat Tari segera mencari alasan.

"Suamiku kerja di luar negeri dan pulangnya tiga bulan sekali." Tari memberikan alasan yang cukup masuk akal pada tuan Yusran.

"Apakah suamimu seorang pelayaran?"

"Bukan. Suamiku kerja di kilang minyak di tengah laut di Amerika sana." Ujar Tari berbohong.

"Pantas. Aku tidak pernah melihat suamimu menjemputmu. Aku kira kamu seorang single parent. Aku terlalu percaya diri hingga aku ingin melamarmu nona Tari." Ucap tuan Yusran percaya diri.

Tari tersenyum samar walaupun hatinya begitu benci pada tuan Yusran yang selalu bersikap semena-mena pada karyawan.

"Kapan-kapan aku akan memperkenalkan suamiku kepada tuan Yusran jika pulang ke Kuala lumpur. Aku rasa tuan Yusra lebih membuka diri lagi pada gadis lajang yang saat ini banyak berharap atas cinta tuan Yusran.

Dan aku mohon maaf kepada tuan Yusran agar tidak terlalu lama bertamu ke rumahku karena suamiku melarangku terima tamu selain muhrim ku." Ucap Tari sengaja mengusir tuan Yusran dari apartemennya.

"Oh maafkan aku nona Tari! Aku pikir aku adalah pengecualian karena aku adalah bos mu."

"Memang anda adalah bos aku Tuan, tapi bosnya di perusahaan dan di waktu jam kerja. Jika di luar jam kerja anda hanya orang biasa bagiku." Ucap Tari dengan sikap tenang namun penuh intimidasi membuat tuan Yusran harus buru-buru angkat kaki dari tempat itu.

Tuan Yusran pulang dengan hati dongkol. Ia merasa Tari terlalu tegas padanya. Rasa ingin membalas gadis itu sudah ada di pikirannya.

"Kau sengaja mempermalukan aku dengan mengusirku dari apartemenmu. Aku akan membuatmu meminta maaf padaku dengan mengemis pekerjaan padaku. Tapi, urusan pekerjaan sepertinya tidak berpengaruh padanya jika ia punya suami yang menafkahi dirinya. Apa yang harus aku lakukan untuk mempermalukan gadis itu." gumam tuan Yusran sambil menyetir mobilnya.

Tari segera membereskan gelas minum bekas tamunya tadi dan langsung mencucinya dengan bersih. Ia segera ke kamarnya menemui putranya yang sudah tertidur.

Sementara itu Salma yang sedang menyetrika baju menghentikan kegiatannya dan bertanya tentang kedatangan tuan Yusran ke apartemen bos-nya itu. Tari menceritakan apa saja pada Salma yang sudah ia anggap seperti adik sendiri.

"Jadi dia sedang naksir sama nona Tari? Berani sekali orang itu ingin mendapatkan nona Tari. Apakah nona Tari juga menyukainya?"

"Tidak. Aku masih mencintai suamiku." Ujar Tari sambil membayangkan wajah suaminya. Ada rasa kerinduan yang amat dalam pada suaminya namun ia begitu gengsi untuk menghubungi suaminya.

"Kalau begitu kenapa nggak kembali lagi ke Kairo kalau nona Tari masih mencintainya? kasihan baby Ariel yang merindukan kasih sayang ayahnya." Ucap Salma.

"Andai saja Ariel adalah putra kandungnya Ammar, mungkin aku tidak akan senekat ini lari darinya. Aku begitu ragu pada Ammar yang belum tentu mencintai putraku. Apa lagi putraku adalah anak hasil zina, mana mungkin dia mau menyayanginya sepenuh hati." Batin Tari yang sedang melamun.

"Nona Tari...! Apakah anda baik-baik saja?" Tanya Salma membuyarkan lamunan Tari.

"Ah iya. Aku baik-baik saja, Salma. Aku permisi dulu Salma. Aku mau istirahat." Ujar Tari lalu berjalan menuju kamarnya dan tidur di sebelah putranya.

"Ammar....! Apakah kamu masih sendiri saat ini? ataukah kamu sudah menemukan gadis lain pengganti diriku? Apakah kamu juga merindukan aku Ammar?" Tanya Tari sambil memeluk bantal gulingnya seakan membayangi bantal itu adalah tubuh suaminya.

Sementara Ammar di sana sedang tersedak saat makan membuat ia harus buru-buru mengambil minumannya. Wajah Tari yang tiba-tiba melintas di pikirannya yang membuat ia tersedak.

"Tari....! Apa kabarmu sayang! Apakah kamu sedang merindukan aku saat ini?" Tanya Ammar Lirih.

Tidak lama ponselnya berdering. Ammar melihat panggilan dari asistennya Rizal.

"Ada apa Rizal?"

"Tuan...! Apakah anda bersedia bekerja sama dengan perusahaan Miller yang ada di Kuala lumpur Malaysia?"

"Bukankah aku sudah menyetujuinya dan menandatangani kontrak kerjasama itu?"

"Kalau begitu pekan depan anda harus ke Malaysia karena tuan Yusran sedang menunggu kedatangan anda untuk membahas proyek pembangunan gedung apartemen." Ucap asistennya Rizal.

Terpopuler

Comments

Bunda HB

Bunda HB

Semoga ketemu sma ammar thor,,,,
semangat....🙏💪💪

2023-03-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!