18. Gundah

Tari langsung membenamkan wajahnya ke dada suaminya saat mengetahui kalau putra mereka mengidap penyakit leukimia.

"Ammar...! Aku tidak mau kehilangan putraku." Tangis Tari mulai pecah.

Walaupun bukan putra kandungnya, Ammar pun juga terguncang mendengar keadaan putra sambungnya yang sangat ia sayangi itu.

"Kita akan melakukan yang terbaik untuk putra kita sayang." Ucap Ammar memenangkan hati istrinya.

"Apa solusinya dokter?" Tanya Ammar pada dokter Zahra yang menatap jengah Tari yang terlihat sangat manja pada suaminya.

"Anda bisa melakukan sum-sum tulang belakang untuk putra anda Tuan karena anda ayah kandungnya." Ucap dokter Zahra sambil menatap wajah Ammar yang terlihat gundah.

"Astaghfirullah!" Ammar merasa sesak karena ia bukan ayah kandungnya Ariel.

"Apakah tidak ada jalan lain dokter dengan pengobatan alternatif misalnya?" Tanya Ammar.

"Hanya itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa putra kalian."

Tari makin mengeratkan pelukannya pada sang suami yang juga ikut memeluknya kini." Kalau tuan siap kami akan melakukan tes kecocokan sum-sum tulang belakang tuan dengan pasien baby Ariel." Ucap dokter Zahra.

"Beri kamu waktu untuk berpikir." Ucap Ammar yang tidak mau membuka rahasia istrinya kalau di hanyalah ayah sambungnya Ariel.

"Baik. Kalau begitu kami tunggu keputusan anda, Tuan." Ucap dokter Zahra hendak kembali ke dalam ruang IGD namun dicegah oleh Ammar.

"Tunggu dokter!"

"Iya Tuan!"

"Jika sum-sum tulang belakang saya tidak cocok dengan putra saya, apakah ada solusi lainnnya?"

"Ada. Dari kakek atau saudara laki-laki anda bisa melakukan pencangkokan sumsum tulang belakang pada baby Ariel." Ujar dokter Zahra.

"Baik dokter, terimakasih!"

Ammar menarik nafas berat dengan memeluk tubuh istrinya yang masih sesenggukan di dada bidangnya.

Akhirnya sesuatu yang selama ini mereka rahasiakan terbongkar juga dan ironisnya, Tari atau Ammar harus meminta tolong kepada ayah kandungnya mendiang Syahril yang akan melakukan pencangkokan sumsum tulang belakang pada cucu kandung mereka Ariel.

"Ammar...! Biarkan keluargaku tahu tentang siapa Ariel dan juga kedua orangtuanya Syahril untuk menyelamatkan nyawa Ariel." Ucap Tari.

"Sayang...! Lebih baik kita bawa Ariel ke rumah sakit. California Amerika. Mungkin Ariel bisa mendapatkan pengobatan maksimal di rumah sakit mewah dan terkenal dengan dokter-dokter yang kompeten di bidangnya masing-masing." Ucap Ammar.

"Apakah pengobatan itu akan berhasil Ammar?" Tanya Tari sedikit ragu atas keputusan suaminya.

"Apa salahnya kita mencoba sayang, hmm?" Ucap Ammar berusaha tegar di depan istrinya.

"Jika aku bisa memberikan sum-sum tulang belakang ku pada Ariel, aku akan melakukannya, Ammar. Tapi, kenapa sesuatu yang sekuat mungkin kita hindari justru kita dihadapkan hal yang sangat menakutkan itu?" Keluh Tari.

"Tari...! Lapang kan hatimu dan belajar menerima setiap ujian kehidupan. Saat ini aku sedang berusaha untuk menolong putra kita dengan berbagai peralatan medis yang menunjang hidupnya. Apakah kamu mau berjuang bersamaku demi kesembuhan putra kita, sayang?"

"Ammar...! Aku sangat takut. Dulu aku ingin mengakhiri hidupku karena kehadirannya dalam rahimku. Aku begitu takut untuk membunuhnya dan membiarkan ia mati sendiri untuk membebaskan aku dari aib ku. Itulah sebabnya aku memilih mati bersamanya hingga akhirnya Allah mencegah ku untuk melakukan hal keji itu dengan mengirim kamu untuk menyelematkan hidupku.

Sekarang setelah semuanya berjalan sempurna, rupanya Tuhan masih ingin aku mempertanggungjawabkan segala dosa yang telah aku perbuat. Mungkin ini saatnya kita harus berkata jujur pada Tante Soraya dan Paman Hanif tentang cucu mereka, Ammar." Jelas Tari agar Ammar mau memahami kegundahan hatinya saat ini.

"Kita coba alternatif lain dulu, Tari. Seperti yang sudah aku katakan tadi padamu. Jika ikhtiar kita tidak membuahkan hasil, kita akan menghadapi keluarganya mendiang kekasihmu itu." Imbuh Ammar.

"Apakah baby Ariel akan bertahan menunggu waktu saat menjalani pengobatannya di rumah sakit di Amerika sana?" Ragu Tari.

"Yakinkan dirimu Tari!! Kamu harus kuat dan tetap berprasangka baik pada Allah. Tidak ada sesuatu yang tidak mungkin disisi Allah ketika setiap HambaNya selalu berusaha untuk bertahan hidup kecuali...-"

"Stop Ammar! Jangan lanjutkan perkataan mu itu karena aku tidak ingin mendengarnya." Pinta Tari yang sedari tadi tidak berhenti menangis.

"Tari...! Ada kehidupan lain di dalam rahimmu saat ini. Dan dua juga darah daging kita. Tolong pikirkan dua juga. Kalau kamu terlalu setress kita bisa kehilangan keduanya." Seru Ammar membuat Tari makin meleleh.

"Ini sangat sakit Ammar. Aku sangat takut. Aku tidak sanggup....hiks...hiks..!"

"Sayang...!" Ammar tidak mampu berkata-kata lagi karena sulit rasanya menggambarkan kedukaannya saat ini. Ia hanya bisa memeluk istrinya agar kesedihan Tari sedikit berkurang.

...----------------...

Langit nampak menghitam di atas sana seakan turut berduka atas kesedihan yang dialami oleh keluarga Ammar. Tari duduk di tepi brangkar sambil menggenggam tangan mungil putranya yang sedang berjuang hidup saat ini.

"Baby...! Tetap semangat untuk terus berjuang melawan penyakitmu. Kita pernah melewati masa-masa sulit bersama. Jangan pernah tinggalkan mami sendiri!" Lirih Tari sambil mengusap bulir bening yang tidak ingin berhenti padahal matanya sudah bengkak.

Tidak lama, tubuh Ariel menggeliat sambil merintih kesakitan membuat Tari tersentak dan menanyakan putranya." Apa yang sakit sayang? Katakan kepada mami? Baby mau di gendong mami?" Tanya Tari yang tidak mau mengeluh lagi bobot tubuh putranya yang terlihat montok.

"Mami....!"

"Hmm...?"

"Kenapa mami menangis?" Tanya baby Ariel dengan lidah cadelnya.

"Mami menangis karena Baby Ariel masuk rumah sakit." Sahut Tari makin sedih.

"Kalau begitu kita pulang saja, mami supaya makin tidak menangis." Ucap Ariel sambil mengusap air matanya Tari.

"Baby belum sembuh bagaimana bisa pulang?"

"Kalau begitu, Ariel mau cepat sembuh, mami. Tolong, jangan menangis lagi." Lirih Ariel dengan suara yang terdengar melemah.

"Wah...! Putra mami hebat. Kalau begitu, Ariel makan ya! Mami suapin Ariel, mau tidak, hmm?"

"Mau mami!" Ucap Ariel berusaha membuat ibunya bahagia.

Ariel memakan setiap suapan dari ibunya walaupun perutnya rasanya mual karena obat terapi yang masuk ke tubuhnya.

Sementara di tempat berbeda Zahra menceritakan apa yang terjadi kepada Ariel yang saat sedang menderita kanker darah.

Nyonya Soraya yang mendengar cerita sakitnya Ariel terlihat sendu. Ia menanyakan apa yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan Ariel.

"Zahra! Tante mohon lakukan tes DNA pada Ariel untuk mengetahui keabsahan anak itu sebagai putra kandungnya mendiang putraku Syahril. Aku mohon padamu Zahra!" Pinta nyonya Soraya.

"Baiklah Tante! Zahra akan mencari cara untuk bisa melakukan tes DNA pada baby Ariel." Janji Zahra pada nyonya Soraya yang merasa yakin kalau Ariel adalah cucu kandungnya.

"Aku akan meminta pamanmu untuk melakukan pencangkokan sumsum tulang belakang untuk Ariel jika kecocokan DNA Ariel dan kami sama." Ucap nyonya Soraya.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BAGUSNYA ARIEL MNINGGAL, BIAR TK ADA SENGKETA, DN TK KAITAN LAGI DGN KLUARGA MNTAN SUAMINYA .. LGIPULA HRS SUMSUM AYAH BIOLOGIS UNTUK KSEMBUHN KANKER DARAH

2023-07-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!