Episode 7-Tuduhan

Hembusan angin yang kencang merambat ke seluruh tubuh Eliana juga Riu yang sedang berbicara empat mata diluar rumah. Tentu keduanya merasa kedinginan walau tak ingin saling mengungkapkan nya.

Di sisi lain, teman Bomi yang tak lain adalah Luisa tak sengaja melihat Eliana yang tengah berduaan dengan Riu. Pikiran negatif sudah pasti muncul dari gadis yang bersahabat dengan kekasih Riu itu.

"Aku harus merekamnya untuk menjadikan bukti," Cakap Luisa dalam hati seraya mengeluarkan ponsel nya dari dalam saku.

Ia kemudian merekam kejadian demi kejadian di antara keduanya. Selang beberapa waktu, begitu perbincangan antara Riu dan juga Eliana telah usai, Luisa yang sedari tadi menyaksikan hal itu pun memutuskan untuk lebih dulu pergi sebelum Eliana menyadari keberadaan nya.

"Hati hati, Riu ... " ucap Eliana dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"He'em," balas Riu yang kemudian memasuki mobilnya.

Supir pribadi Riu menyalakan mesin mobil dan kemudian melajukan nya dengan kecepatan tinggi. Hanya dalam sekejap, sosok Riu beserta mobilnya lenyap dalam pandangan Eliana.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kicauan burung yang bernyanyi terdengar merdu di telinga setiap orang yang mendengarnya. Eliana berjalan seperti biasanya menuju ruangan kelas yang berada di lantai 2. Namun kali ini tak lagi seperti biasa lantaran banyak orang yang saling berbisik sembari menatapnya.

"Kenapa mereka menatap sinis padaku?" Pikir Eliana yang kemudian memperlambat langkah kakinya.

"Hai Eliana!!" panggil seseorang dengan berteriak keras dari lorong yang jaraknya cukup jauh dengan nya. Namun karena suaranya yang begitu lantang, tentu membuat semua orang yang berada di lorong menoleh ke arahnya.

Spontan Eliana menoleh ke arah sumber suara. Ia mendapati sosok gadis yang begitu di kenalnya, walaupun tidak begitu dekat dengan nya.

"Ah, Luisa?" sapa Eliana sambil memperlihatkan senyuman kecil.

"Kau kan yang sudah berusaha merebut Riu dari Bomi!" lontar nya yang dalam sesaat membuat para siswa-siswi langsung mengelilingi mereka.

"A-- apa maksud mu, Luisa?" tanya Eliana sedikit terbata-bata.

"Cih! Jangan berpura-pura!" decih Luisa membuang muka.

"Huh, maaf, tapi aku benar-benar tidak mengerti apa maksud dari perkataan mu," seloroh Eliana sembari mendengus.

Hanya dalam waktu singkat, siswa-siswi yang juga ikut mendengarkan percakapan mereka langsung membela perkataan Luisa yang bahkan tak ada bukti yang di perlihatkan pada Eliana sendiri.

Banyak siswa-siswi dari kelas lain yang juga mencaci-maki nya tanpa sebab. Eliana hanya terdiam dan menatap masing-masing dari mereka dengan tatapan sinis.

Tak lama setelah huru-hara itu terjadi, sosok lelaki yang baru kemarin popular langsung menarik tangan Eliana dan membawanya pergi. Mereka yang menyadari kedatangan Lucas sontak dibuat gagal fokus akan ketampanan wajahnya.

"Lu-- Lucas?!" panggil Eliana sedikit terkejut.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Lucas sembari melepaskan pergelangan tangan Eliana.

"Aku juga tidak tau, tapi itu sangat tiba-tiba," jawab Eliana dengan nada merendah.

Keduanya berpikir bahwa suasana saat ini sangat aman hingga membuat mereka membicarakan hal yang seharusnya tidak didengar oleh orang lain. Namun di sisi lain, Riu yang baru saja tiba di lantai dua mendadak terhenyak begitu mendapati sosok Lucas yang datang menolong Eliana bagaikan pahlawan berkuda putih.

"Eliana," panggil seseorang dari arah yang berlawanan.

Eliana menoleh begitu mendengar ada seseorang yang memanggilnya, namun raut wajahnya seketika berubah saat melihat wajah Riu yang tak jauh dari posisinya saat ini.

"Ikut aku!" perintah Riu seraya menarik keras pergelangan tangan Eliana.

"Ta-- tapi, Lucas?"

...----------------...

Keduanya berjalan menuju sebuah tamam yang nampak sepi, karena lokasi taman itu yang berada di belakang sekolah tentu jarang ada siswa-siswi yang mengunjungi nya.

"Lepaskan!" perintah Eliana dengan nada tinggi. Riu yang mendengarnya sontak merasa terkejut akan perubahan sifat Eliana yang muncul secara tak terduga.

"Kenapa kau jadi seperti ini?" tanya Riu dengan kepala tertunduk.

"Seharusnya aku yang bertanya pada mu, apa yang membuat mu berubah ... " cakap Eliana memutar balikkan pertanyaan Riu padanya.

"Heuh, sudahlah. Lupakan saja. Ini semua pasti terjadi karena kau dekat dengan laki-laki murahan itu, Lucas!" tanda Riu yang kemudian mendongak kan kepalanya menatap langit biru pagi itu.

"Jangan sembarangan berbicara! Jelas jelas aku berubah karena mu! Sikap mu yang tiba-tiba saja dingin setelah berpacaran dengan Bomi! Padahal awalnya kau selalu mengajak ku untuk ke kantin bersama saat istirahat, tidak hanya itu ... kau juga selalu mengantarkan ku pulang setelah waktu sekolah selesai," papar Eliana yang tak menyadari bahwa air matanya mulai bercucuran membasahi pipi nya.

"Jadi kau menyalahkan Bomi?!! Apa kau tidak menyadarinya bahwa sikap mu itu berubah karena kau dekat dengan Lucas!" sanggah Riu sedikit tegas.

"Berapa lama pun kita membicarakan hal ini, tidak akan ada yang berubah. Kau akan tetap membela Bomi, kan?" lontar Eliana yang kemudian menunjuk kan senyuman sinis nya.

Ia memalingkan wajahnya ke arah pohon rindang yang berada di taman. Dengan sedikit senyuman kecut yang tak diperlihatkan nya pada Riu.

"Lihat wajahku!"

"Riu, sudahlah!!"

Eliana berlari sekencang mungkin agar Riu tak dapat menggapainya. Namun sekencang apapun ia berlari, sosok Riu yang seorang lelaki tentu saja bisa mengejar langkahnya yang tak seberapa.

*PATS!! **

Lengan nya berhasil di raih oleh Riu. Namun telapak tangan nya yang memegangi dengan erat pergelangan tangan Eliana langsung diputus oleh Lucas yang tiba-tiba saja berada di sisi Eliana.

"Pergilah, lelaki ini akan aku bereskan," ujar Lucas yang kemudian dibalas anggukan oleh Eliana.

...----------------...

"Hosh ... hosh ... sepertinya Riu sudah tidak lagi mengejar ku," ucapnya pada diri sendiri tanpa memperhatikan jalanan yang tengah dilalui oleh nya.

*BRUK!*

Seseorang terjatuh dari tangga dimana Eliana juga sedang berjalan di sana. Matanya kemudian terbelalak karena terkejut melihat hal itu.

"Bo-- Bomi!" panggil Eliana seraya kembali turun dari tangga yang tengah dilalui nya.

"Ugh! Sa-- sakit sekali ... " keluh Bomi.

"Astaga! Bagaimana bisa kau mendorong Bomi!" tuduh Luisa pada Eliana.

"A-- apa maksud mu?!!!"

"Lihat, Bomi jadi terluka karena mu kan!!!"

"Hei! Jangan bicara sembarangan! Jelas jelas dia terjatuh sendiri!" sanggah Eliana sambil menunjuk Bomi yang tengah duduk.

"Cih! Jangan beralasan! Intinya, aku akan melaporkan hal ini pada guru BK!" tandas Luisa ketus.

*DRAP! DRAP! DRAP!*

Suara langkah kaki yang bergemuruh terdengar semakin mendekat ke arah nya. Eliana tak memperdulikan hal itu, ia langsung berlari sekencang mungkin ke lantai atas sebelum dirinya difitnah oleh banyak orang.

𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚋𝚞𝚗𝚐....

𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛, 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊 𝚕𝚒𝚔𝚎, 𝚐𝚒𝚏𝚝, 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗, 𝚟𝚘𝚝𝚎 𝚍𝚊𝚗 𝚏𝚊𝚟𝚘𝚛𝚒𝚝! 𝚂𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚓𝚞𝚖𝚙𝚊 𝚍𝚒 𝚎𝚙𝚒𝚜𝚘𝚍𝚎 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚗𝚓𝚞𝚝𝚗𝚢𝚊!!!𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚛𝚊𝚗 𝚗𝚢𝚊 𝚢𝚊🍀

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!