Sudah tujuh hari Natasha menjadi ratu. Banyak sekali kebobrokan para staf dan juga bangsawan istana yang menyalah gunakan jabatan mereka.
Divisi hukum dan persidangan sibuk. Bahkan hakim yang dulu bersekutu dengan Brigitta tertangkap tangan.
Natasha membentuk tim investigasi tersembunyi. Federik yang menjadi tangan kanan ratunya bergerak cepat.
Plakat raja yang sengaja disembunyikan ditemukan oleh Natasha secara tak sengaja. Hal ini membuat banyak bangsawan yang tadinya membelot ditangkap.
"Ratu!" Hazard membungkuk hormat.
Sebagai perdana menteri, ia selalu terkejut dengan aksi yang dilakukan ratunya itu. Bahkan Abraham ikut andil menghabisi para pengkhianat kerajaan.
"Duke?"
"Panjang umur My Queen!" Hazard masih membungkuk hormat.
"Tegakkan tubuhmu Duke. Ada apa?" tanya Natasha.
Wanita itu mengenakan celana kulot dan kemeja warna pink. Natasha mendobrak mode pakaian di jaman itu.
"Semua pengkhianat sudah ditangkap dan diadili. Hukuman pancung akan segera dilaksanakan!"
"Kerja kan secara cepat Duke. Aku tak mau dianggap remeh dan menunda waktu. Sita semua harta hasil korupsi dan kembalikan pada kas kerajaan!" perintah Natasha.
"Baik Yang Mulia!" sahut Hazard.
"My Queen!" Duke Bringston datang membawa banyak berkas.
"Laporan tentang tanah sengketa di wilayah selatan My Queen!"
"Siapkan rapat!" titah Natasha.
Hazard lagi-lagi terkejut, biasanya pemimpin akan langsung memberikan perintahnya. Tapi selama kepemimpinan Natasha, semua berubah.
"Hal ini menciptakan rasa tanggung jawab pada semua staf dan divisi kerajaan yang menangani semua wilayah kerajaan!" jelas wanita penguasa itu.
Ketika di ruang rapat. Abraham hadir di sana. Ia pun ikut andil. Ada empat kerajaan yang menginginkan wilayah itu.
"Jika dilihat dari garis dan juga wilayah, maka kerajaan Hampers adalah pemegang hak penuh atas tanah itu!" jelas Duke Bringston.
"Ini bukti jika wilayah itu memang dekat dengan wilayah pertanian karet milik kerajaan Hampers. Sedang semua berada di dua kilometer jauhnya!" lanjutnya.
"Kita harus membawa bukti ini ke dewan agung keistanaan!" ujar Abraham memberi pendapat.
"Karena ada tiga kerajaan yang pasti memiliki argumen sendiri jika kita hanya mengakuinya tanpa pembuktian!" lanjutnya.
"Saya setuju dengan Pangeran!" ujar Sir Vorlome.
Natasha mengangguk, ia akan meminta Duke Hazard memberi surat perkumpulan dan meminta semua kerajaan memberi bukti jika berhak atas tanah yang kini disengketakan.
Rapat selesai. Abraham memeluk istrinya di ruangan itu. Tentu semua terburu-buru pergi dan meninggalkan sepasang suami-isteri itu.
"Sayang," panggil Abraham mesra.
Pria itu juga sangat terkejut dengan dirinya. Ia sampai melupakan sosok Liliana, kekasihnya. Kali ini ia sibuk memandangi wajah cantik istrinya itu.
"Yang Mulia," cicit Natasha malu.
"Aku merindukanmu," rengek Abraham.
Setelah malam penobatan itu. Keduanya jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Tak jarang Abraham tidur di kamarnya sendiri begitu juga Natasha.
"Apa kau tak merindukan aku?" tanya Abraham lalu menempelkan dahinya ke kening sang istri.
Hidungnya menyentuh hidung Natasha. Wanita itu tersenyum dengan rona merah di pipinya. Entah di mana kebenciannya. Kini hanya bunga-bunga dan kupu-kupu yang menari di perutnya.
"Kiss me," pinta Abraham.
Blush! Rona merah kembali menyeruak. Natasha malu luar biasa. Ia mencium cepat bibir suaminya dan memalingkan wajahnya.
"Hei ... jangan seperti itu!" protes Abraham.
Bibir keduanya saling menaut, tak lama lidah mereka saling membelit satu dan lainnya. Ciuman itu terus berlangsung. Hingga tiba-tiba sebuah ketukan menghentikan aksi keduanya.
Nafas Natasha menderu begitu juga Abraham.
"My Queen, Prince!" teriak Federik dari luar.
Natasha mengerutkan keningnya. Keduanya pun keluar. Tak lama Affetto yang bertengger di lengan Federik berpindah ke lengan Natasha. Satu carik kertas diselipkan di kaki binatang itu.
Natasha mengambil dan membacanya. Ia menoleh pada suaminya, lalu menyerahkan secarik kertas itu padanya.
"Bangsat!" umpat Abraham meremas kertas itu.
"Ada kabar jika King Emanuel menolak memberikan tahtanya. Bahkan King bersiap mencoret nama Princes dari putra mahkota!" ujar Natasha tak percaya.
"Ayahku memang serakah. Tapi mencoret namaku sebagai putra mahkota?" Abraham ragu dengan apa yang baru saja ia ketahui itu.
"Kita selidiki?" tawar Natasha.
"Jujur aku tak bisa membantu jika masalah internal ini," lanjutnya dengan nada menyesal.
"Tentu bisa My Queen!" sahut Sir Jonas tiba-tiba datang.
"Sir?" Natasha tak mengerti.
"Kau adalah ratu dan istri dari seorang putra mahkota. King Emanuel berkudeta dengan kerajaannya sendiri dan menentang plakat jika Abraham adalah raja selanjutnya setelah pernikahan ini!" jelas Jonas.
"Jadi aku memerangi mertuaku sendiri?" tanya Natasha.
"Untuk mengembalikan tahta asli. Harus My Queen!" angguk Jonas tegas.
"Baiklah .. buat berita jika ada kudeta kepenguasaan di kerajaan Loudan!" perintah Natasha.
"Aku menjadi panglimanya My Queen!" ujar Abraham.
"Biar aku merebut apa yang harusnya menjadi milikku!" ujarnya.
Sementara di kerajaan Loudan. Lugly duduk di singgasana milik Emanuel, banyak staf dan petinggi istana terkena manteranya.
"Permaisuri!" semua menunduk hormat.
"Aku ratu!" teriak Lugly marah.
"Maaf Yang Mulia. Tanpa penobatanz jabatan Ratu tak bisa kami sebutkan!" tolak salah satu petinggi kerajaan.
"Bangsat!" teriak Lugly mengayun tongkatnya.
Blash! Satu kilatan menyambar pria yang baru saja memberi penolakan. Kaki pria itu seketika berubah bengkok seperti kaki katak.
"Hahahaha!" Lugly tertawa puas.
Hanya dalam tiga hari ia telah memporak-porandakan istana. Semua ia sihir dan membuat banyak rakyat menderita.
Emanuel di kamarnya, pria itu dibuat tertidur dengan obat tidur yang diminum secara tak sengaja.
Sementara itu Brigitta mencari benih bunga perak dari bukit Bronx di wilayah selatan dan juga bulu burung merak. Wanita itu baru mendapatkan bulu burung merak.
"Benih bunga perak ...," gumamnya pelan.
"Apa pendeta Brown menginginkan kematianku?" desisnya mengingat apa yang hendak dia ambil itu.
Benih bunga perak di bukit Bronx akan sulit ia dapati. Hanya keturunan asli atau memiliki ilmu sihir di atas rata-rata yang bisa mendekati bukit penuh trik sulap itu.
"Bahkan dulu Eduardo tak bisa mendekati bukit itu tanpa bantuan Sir Jonas dan Sir Vorlome!" gerutunya lagi.
"Bangsat ... bagaimana aku bisa ke sana!" teriaknya.
Rencana untuk mengusir iblis yang ada di tubuh Natasha terancam batal. Satu-satunya cara adalah kembali membongkar segel yang mengunci Goliath.
"Goliath ... aku harus mengganggunya!" ujarnya dengan nada penuh dendam.
"Alakazam!"
Blush! Satu asap putih membungkus tubuh Brigitta. Perempuan itu berubah menjadi mirip Natasha.
"Goliath buta sihir. Ia hanya melihat jika Natasha yang ingin mengganggu telur kesayangannya itu!" seringainya.
"Baiklah ... selamat menantikan kematianmu gadis iblis!"
Brigitta membelok arah kereta kuda yang membawanya. Ia akan ke bukit iblis di mana raksasa yang bernama Goliath berada. Raksasa yang akan muncul di mana bulan merah timbul dan pewaris tahta asli lahir.
Sebuah bukit dengan banyak rimbunan pohon besar dan juga rumput liar yang selalu bergerak. Bukit dengan banyak jeritan di dalamnya.
"Bukit iblis ... aku kembali!" teriak Brigitta ketika memasuki gerbang.
"Aarrggh!" pekikan mengerikan menyambut kedatangan wanita berniat jahat itu.
Bersambung.
next?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Teetie Suhaeti
Abraham lupa sama kekasihny Karna istriny cantik
2024-10-09
0
🌸 Yowu-Kim 🌸
Mantap ratuui
2024-03-29
1
Sandisalbiah
harusnya Natasha tau kejahatan Brigita dan menangkapnya.. sekarang dia makin meraja lela krn masih bebas berkeliaran.. tp apa kabarnya ratu dulu apakah sudah wafat...?
2024-02-07
0