"Dari mana kau tau jika wilayah selatan dikuasai oleh Swart Heks?" tanya perdana menteri dari kerajaan Loudan.
"Itu adalah rahasia Duke!" jawab Natasha tegas.
"Aku tak mungkin membocorkan siapa yang jadi mata-mataku!" lanjutnya lalu berdiri.
Affetto bertengger di tangan kirinya. Ia berjalan begitu anggun. Perdana menteri dan lainnya mengikuti langkah putri mahkota mereka.
"Thanks Marquez!" ujar Natasha tersenyum ketika Frederik mengamit jemarinya ketika hendak naik kereta kencana.
Affetto memilih terbang dan mengikuti rombongan kereta itu bergerak.
"verlam!" sosok bungkuk membaca mantra pada burung hantu putih itu.
Sayang, mantra hanya bisa diterapkan pada makhluk yang berpikir. Semua binatang tentu memiliki pikiran yang hanya menuruti tuan mereka.
"Sial!' makinya kesal.
Rombongan itu hilang dari kerajaan. Emanuel mengutuk keras pada perdana menteri pertahanan kerajaannya.
"Duke Joseph!" teriaknya.
"Hamba ... hamba ...," pria itu tak bisa bicara banyak.
"Duke Philips! Bentuk semua untuk melawan penyihir itu!' perintah Emanuel.
"Baik Yang Mulia!" sahut perdana menteri membungkuk hormat.
Menteri pertahanan hendak melarikan diri. Abraham melihatnya langsung membekuk pria itu.
"Mau kemana kau?' seringainya sadis.
"Ya-yang Mu-mulia ...," cicit Joseph.
"Seret dia dan masukkan ke penjara bawah tanah!" perintah Abraham.
"Tidak ... tidak ... tidak!" teriak Joseph meronta.
Pria itu diseret ke sebuah tempat di mana ia menjalani hukumannya sampai sidang ditentukan.
"Yang Mulia, semua sudah siap!" ujar Philips memberitahu.
Emanuel dan putranya mengenakan baju perang. Seribu orang tentara bergerak menuju wilayah selatan.
Sedang di wilayah itu. Seratus penyihir tengah melakukan aksinya. Banyak petani berlari ketakutan.
Penyihir-penyihir itu menciptakan monster yang merusak semua lahan gandum.
"Huuaarrkk!' salah satu monster mati akibat tombak api yang dilancarkan oleh Emanuel.
"Siapa yang berani melawanku?!" teriak ketua dari penyihir.
"Aku Emanuel raja dari tempat yang kau rusak!"ujarnya marah.
"Vernietig Osphero!" pekik sang ketua penyihir.
"Bastion!'' seru Abraham membentuk benteng.
Serangan sihir terpental. Beberapa penyihir mulai terluka. Rupanya benteng yang dibangun oleh Abraham adalah kaca yang mampu membalikkan serangan.
"Die wind draai!" seru penyihir.
Angin kencang meniup, benteng tetap kokoh. Beberapa pengawal juga merapal mantra.
Akhirnya perang sesungguhnya terjadi. Ratusan penyihir mulai berkelahi dengan prajurit. Bunyi amukan pedang dan berbagai trik sihir dilancarkan.
Beberapa pasukan terluka karena kecurangan yang ada. Seribu prajurit yang dibuat oleh Emanuel mulai punah dan habis.
"Kau tak akan bisa menghabisiku!" seru ketua penyihir tersenyum remeh.
"Kau belum merasakannya Witch!" seringai sadis terpatri di bibir Emanuel.
Keduanya bertempur. Ilmu sihir tentu mewarnai pertarungan keduanya.
"Volle krag!"
"Ugh!' penyihir terseret ke belakang.
"Verdra!"
"Voltooi!" Emanuel menyerang habis-habisan.
"Terug!"
Emanuel kini terpental. Sementara Abraham tengah bertarung dengan penyihir lainnya.
Dengan pedang di tangannya, Abraham membunuh penyihir-penyihir itu.
"Die reuse is uit!" seru penyihir.
Lalu muncullah raksasa-raksasa bermata tiga. Raksasa-raksasa itu menghancurkan semuanya. Bahkan prajurit buatan Emanuel habis oleh keganasan raksasa itu.
"Normale Osphero!" teriak Abraham.
"Postanite močnejši!" seru penyihir.
Tiba-tiba ratusan makhluk kerdil berwarna hitam berhamburan entah dari mana. Mereka menyerang pasukan kerajaan dan mulai merepotkan Abraham.
"Lugly ... help me!" ringis Emanuel mulai kualahan menghadapi serangan yang dilancarkan oleh penyihir.
Sosok buruk rupa hanya menatap perang sihir itu dengan tatapan datar. Tentu saja ia tak mau mati konyol di medan perang itu.
"Nikmatilah ... aku pergi!"
Sosok itu pun menghilang layaknya asap. Pasukan Emanuel makin terdesak. Abraham juga sudah kelelahan menghanguskan beberapa mahkluk kerdil itu.
"Kenapa mereka tetap banyak!" keluhnya.
"Sepertinya mereka menggandakan diri mereka Yang Mulia!" seru salah satu panglima perang.
"Cari kelemahannya!' teriak Abraham.
Pria muda itu bergerak untuk melindungi ayahnya. Emanuel berusaha menyingkirkan beberapa serdadu kurcaci itu.
"Yang Mulia kelemahannya ada di kening kurcaci itu!' teriak panglima memberitahu.
Abraham dan Emanuel menebas pedang ke arah kening serdadu kurcaci. Mereka langsung menjerit dan menghilang laksana asap.
"Kami akan membalas dendam!" teriak penyihir hitam.
"Izgini Osphero!"
Asap hitam membumbung tinggi. Seratus penyihir hilang seperti asap yang juga menghilang.
"Sialan!" maki Emanuel berang.
Baru kali ini raja sekuat dirinya kalah oleh segerombolan penyihir hitam yang melegenda. Seingatnya hanya mendiang raja Eduardo Hampers yang mampu menumpas penyihir itu.
"Beberapa prajurit terluka Yang Mulia!" lapor kepala pasukan.
"Bunuh mereka!" titah sang raja begitu kejam.
Pria itu menaiki kudanya. Beberapa prajurit sudah pasrah. Itu adalah hukuman untuk mereka yang lemah.
"Tuan, jika kau kasihan. Aku akan menyembahmu dan mendoakanmu. Tolong jangan bunuh aku!' pinta salah satu prajurit yang terluka tadi.
"Maaf, jika aku tak membunuhmu. Maka aku yang akan dibunuh!" ujar komandan pasukan.
Pedang ditarik, lalu hanya sekali sabetan. Sepuluh prajurit yang terluka tewas di tempat.
Setelah melaksanakan tugasnya. Panglima itu menaiki kudanya dan berlalu dari sana dengan beberapa prajurit yang masih ada.
Sementara itu para masyarakat menyambut kemenangan raja mereka yang telah mengalahkan musuh. Tentu saja berita itu cepat menyebar. Walau diberitakan secara berlebihan.
"Hidup dan panjang umur Yang Mulia King Emanuel Loudan!' seru rakyat histeria.
Beberapa pasang mata menatap pada prajurit yang pulang. Ada sebagian tak kembali.
"Mereka yang tak ikut adalah pahlawan!' ujar panglima perang tentunya berbohong.
Beberapa wanita menangis dan anak-anak menangis karena suami dan ayah mereka telah gugur di medan perang.
"Beri mereka beberapa keping emas sebagai tanda duka dari kerajaan!' perintah Abraham pada menteri keuangan kerajaan.
"Baik Yang Mulia!" ujar menteri tentu senang.
"Jika kau curang. Aku sendiri yang memenggal kepalamu Viscount Pierre!" ancam Abraham.
Emanuel tak peduli, pria itu langsung duduk di singgasananya. Mengurutkan pelipis. Akan banyak kerugian yang akan melanda kerajaannya.
"Apa kita tak memiliki burung hantu yang bisa bekerja seperti burung milik Natasha!' teriaknya murka.
"Maaf Yang Mulia, dulu kita pernah memilikinya. Tapi Yang Mulia sendiri yang membunuhnya!" jawab salah seorang staf kerajaan.
"Jaga bicaramu!" Philips mengangkat tangan dan mengerahkan sihirnya.
Staf tadi mental ke belakang dan langsung muntah darah. Beberapa orang langsung menyeret pria itu dan darah yang mengotori lantai dibersihkan.
"Jangan sampai ada noda di sana!" teriak Marquez Halley.
"Yang Mulia, kami menemukan ciri-ciri mata-mata yang diperintahkan oleh Yang Mulia Natasha!' seru salah satu ajudan kerajaan.
Pria itu membisikkan pada Duke Philips sebagai ajudan dari raja Emanuel.
"Apa kau yakin?"
"Benar Yang Mulia, beberapa saksi menyatakan jika Yang Mulia Natasha menggunakan hewan-hewan sebagai mata-mata,'' jawab pria itu juga tak percaya dengan apa yang dilaporkannya.
"Saya sendiri tak percaya Yang Mulia, mantra apa yang dirapalkan Tuan Putri Mahkota Hampers?"
"Apa dia menguasai ilmu bahasa binatang yang disebut živaltalk?" tanyanya dalam hati.
Bersambung.
yah gitu deh.
Next?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Teetie Suhaeti
Emanuel kejam juga prajuridny Luka malah dibunuh
2024-10-08
0
Sandisalbiah
samuel sangat kejam diayak pantas jadi raja... krn kelakuannya sama saja dgn para penyihir..
2024-02-07
1
Oi Min
dapet dri mana mantra2 itu tor??
2023-07-11
2