Pesta masih terus berlangsung. Sedang sepasang pengantin telah berada di kamar mereka.
Abraham menatap lekat gadis yang telah menjadi istrinya. Ia masih tak menyangka jika istrinya ini adalah sosok yang memiliki kesaktian sihir yang melebihinya.
Sebagai seorang Mage, Abraham tentu paham seberapa berat ultimate yang dijalani Natasha.
"Kau mau tidur di mana?" tanya Natasha.
Abraham menyeringai dan mendekati gadis itu. Natasha gugup, harum tubuh pria yang menjadi suaminya itu memang terlalu memabukkan kaum hawa.
Jiwa Natasha tentu ikut larut dengan pesona yang tersaji di hadapannya. Gadis itu mundur ketika Abraham mendekatinya. Langkahnya terhenti ketika punggungnya sudah terhalang tembok.
Dua netra berbeda saling pandang. Mata gelap milik Abraham terbius oleh mata hazel milik sang putri mahkota.
Perlahan, ia membelai pipi halus milik Natasha. Wangi vanila menggelitik penciuman pria itu.
"Tadi aku hanya menempel saja di bibirmu," ujarnya dengan suara serak.
Natasha bergeming kala ibu jadi Abraham membelai bibirnya. Pria itu merasakan lembut dan dinginnya benda kenyal itu.
Natasha memalingkan wajahnya ketika Abraham menurunkan wajahnya. Kening pria itu berkerut.
"Kau menolak mencium suamimu?" tanyanya.
"Tidak ada rasa di antara kita. Jadi sebaiknya keintiman ini jangan dilanjutkan!" ujar Natasha berani.
Abraham berdecih, ia sangat yakin jika perempuan di hadapannya ini sudah tak suci lagi.
"Jangan munafik Princess. Entah berapa lelaki yang telah menyentuhmu ...."
Natasha mendorong kuat tubuh besar yang menghimpitnya lalu melayangkan satu tamparan keras di pipi Abraham.
Pria itu sampai menoleh, ia tertawa meledek gadis yang menatapnya penuh permusuhan itu.
"Jangan merendahkan aku pangeran boneka!" desis Natasha yang membuat Abraham marah.
"Jaga bicaramu Putri bodoh!"
"Kau menikah hanya ingin menguatkan kedudukanmu bukan. Maka kau harus menurut, jika tidak ...."
"Aku tidak takut dengan ancamanmu Yang Mulia Loudan!" potong Natasha.
"Memang kerajaanmu berada di atas semua kerajaan. Tapi kehadiranmu juga sama denganku ... tak dianggap!" lanjut Natasha meledek pria tampan di depannya.
"Kurang ajar!"
Abraham menyambar leher gadis yang jadi istrinya, tetapi yang disentuh hanya angin. Rupanya Natasha berteleportasi atau pindah cepat ke tempat lain.
"Siapa yang kau tuju Yang Mulia?" tanya gadis itu penuh sindiran.
Abraham mengepal tangan kuat-kuat. Kehebatan Natasha ternyata melebihi kehebatan dirinya. Ia masih belum bisa berteleportasi secepat itu di tempat yang sama.
Abraham memandang gusar gadis yang memandang remeh padanya. Natasha telah mendapat info jika Abraham hanya sebagai pajangan di istananya. Sang ayah yang mendominasi seluruh kekuasaan.
"Aku tidur di kasur!" Abraham melepas semua baju kebesarannya dan merebahkan diri hanya mengenakan kaos tipis yang menutupi tubuhnya yang kekar.
Natasha memalingkan wajahnya. Ia adalah seorang gadis. Tentu saja perbuatan pria dewasa yang memperlihatkan seluruh tubuhnya membuat wajahnya memerah.
"Itu ranjangku!" dengkus Natasha kesal.
Gadis itu menarik tangan besar Abraham. Tapi, sekuat apapun Natasha dia adalah seorang wanita. Abraham malah menariknya dan membawa gadis itu ke sisinya.
"Hei ... lepas!" pekik Natasha.
Abraham malah memeluknya erat. Wangi vanila yang menguar dari tubuh Natasha membuatnya terbakar. Terlebih yang ia sentuh adalah istrinya.
"Kau ...."
Natasha membelikan matanya. Bibir Abraham mencium bibir dan memagutnya kasar.
Natasha makin berontak, berusaha sekuat tenaga melepas ciuman menuntut pria yang kini berusaha menindihnya.
"Aah!" pekik Abraham ketika Natasha mengigit kuat bibirnya.
"Kau!"
"Dasar mesum!"
Natasha bangkit dan memukuli pria itu dengan tangannya. Abraham menahan laju tangan sang gadis dan menariknya.
Tubuh Natasha sudah berada di atas tubuh Abraham. Detak jantung keduanya makin memburu, deru napas mereka terdengar. Dua netra berbeda saling mengunci.
Natasha melihat bibir suaminya berdarah. Gadis itu panik.
"Bibirmu berdarah!"
Natasha ingin bangkit, tapi Abraham menariknya lagi dan memeluknya erat.
Dua pipi merona, entah sejak kapan Abraham menikmati keintimannya bersama gadis yang telah ia peristri ini.
"Bibirmu ...."
"Kiss me," pinta pria itu lirih.
"What?" desis Natasha tentu menolak.
"Kiss me my wife!" sebuah perintah keluar dari bibir pria itu.
"Eh ... aku obati dulu!" rengek Natasha.
Tatapan permusuhan dan kebencian keduanya musnah. Entah sejak kapan keduanya saling diam dan memandang. Bahkan kini, Natasha pasrah di bawah kukungan Abraham.
Sebuah kecupan ringan menempel di bibir. Abraham tentu mahir berciuman karena ia melakukannya berkali-kali dengan Lilian.
"Balas ciumanku sayang," pinta pria itu dengan suara berat.
Natasha ragu, ia tak pernah berciuman sebelumnya. Terlebih ia yakin jika pria di atasnya ini hanya terbawa napsu.
"Hentikan Yang Mulia," pintanya lirih.
"Sebelum kau menyesal karena melakukan ini pada orang yang tidak kau cintai," lanjutnya.
Abraham menghentikan cumbuannya. Napasnya menderu, Natasha menatapnya dengan pandangan berkaca-kaca.
"Pria bisa melakukannya tanpa cinta ...,"
Abraham hendak melabuhkan tanda cinta di leher jenjang Natasha. Tapi, sebelum bibirnya menyentuh bagian tubuh gadis itu. Natasha menutup dan menahan laju bibir Abraham.
"Tapi tidak dengan kami kaum perempuan!" tukasnya tegas.
"Natasha ... ingat aku suamimu!" tekan Abraham.
"Dan ingat pernikahan kita hanya demi keuntungan politik!" sahut sang gadis menyurutkan birahi Abraham.
Pria itu menggulingkan tubuhnya ke sisi Natasha. Ada rasa tak rela pada diri sang gadis ketika tubuh berat itu meninggalkan dirinya.
Keduanya diam dengan pikiran masing-masing. Abraham, menautkan jemarinya ke jemari Natasha. Lalu mengangkatnya dan menjadi pusat fokus pandangan mereka berdua.
"Tapi jika kita punya anak akan jadi lebih kuat kan?" ujar Abraham melantur.
"Tapi kita tak saling cinta ... bagaimana jadinya anak kita nanti?" tanya Natasha lirih.
"Baiklah!" sahut Abraham lalu melepas tautan jemarinya.
Pria itu memiringkan badan dan membelakangi tubuh Natasha. Gadis itu masih mengenakan gaun pengantinnya.
Perlahan Natasha bangkit dan melepas semua perhiasan yang ada di kepala. Ia melirik suaminya yang masih membelakangi dirinya. Perlahan ia menarik resleting.
Gaun putih nan indah itu luruh ke lantai. Tubuh dengan kulit putih bersih tanpa cela dengan sajian dua aset berharga yang menggantung. Besar padat dan berisi.
Natasha menatap lekuk tubuhnya yang sangat sempurna. Jiwanya iri melihat betapa bagusnya tubuh yang kini ia tempati.
"Eh!"
Dua tangan besar memeluknya dari belakang. Abraham mengigit cuping telinganya.
"Munafik!" bisiknya.
Tak lama, Abraham melenguh melepas semuanya. Ia ambruk di sisi perempuan yang baru saja ia renggut kesuciannya.
"Hiks ... hiks!" Natasha merasa sesak.
Seribu penyesalan melanda. Ia mengumpat kebodohannya karena melepas baju bukan di tempat yang tertutup.
Sebuah tangan besar merangkul perutnya yang rata. Abraham mengendus lehernya.
"Ternyata kau masih suci," bisiknya mesra.
"Kenapa kau lakukan ini?" tanya Natasha lirih.
"Bisa dibilang ... aku jatuh cinta padamu?" jawab Abraham tak yakin.
Natasha menangis pilu. Hal ini membuat Abraham sedih. Ia menyesal tak bisa membendung hasratnya melihat keindahan tubuh Natasha di depannya.
"Hei ... jangan menangis seolah-olah aku memperkosamu!" ujarnya sedikit kesal.
Akhirnya keduanya terlelap, Natasha berada dalam pelukan hangat suaminya.
Bersambung.
Ah ... mudah-mudahan bertanda baik ya Nat.
Next?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Teetie Suhaeti
g mau g mau dah kena ya diem aja
2024-10-08
0
Khoerun Nisa
mau bilang aneh TPI bukn inimh nmnya bdoh naif munafik itu yg BNR karakternya TDK sesuai dgn nmnya quien yg tangguh
2024-08-17
0
🌸 Yowu-Kim 🌸
Udh gede aja ya sekarang 😭
2024-03-29
0