Natasha tengah memeriksa benih yang beberapa minggu lalu ia tanam. Gadis itu senang karena sudah ada tunas tumbuh.
"Akhirnya!" serunya senang.
Hingga tiba-tiba beberapa maid berlarian dan menginjak semua tunas-tunas itu.
'Kalian!' seru Natasha marah.
"Kami tak sengaja Yang Mulia!' sahut beberapa maid pura-pura merasa bersalah.
"Pergi kalian dari sini!" usir Natasha.
"Eh ... eh ... eh!' satu dua maid tertawa pada Natasha.
"Kau pikir kami akan takut denganmu ... putri tak diinginkan?" desis salah satu maid maju menantang Natasha.
Natasha bergeming tinggi maid hanya sedadanya. Tentu saja maid itu harus mendongak ketika menatap gadis yang mestinya mereka junjung itu.
"Aku tetap putri raja jika kalian lupa!" tekan Natasha.
"Uh ... takut!" ledek salah satu maid pura-pura bergidik lalu tertawa.
"Kau tetap tak dianggap ... Natasha!' tekan maid itu lagi.
Natasha belum seratus persen pulih dari gizi buruknya. Gadis itu belum punya tenaga yang kuat untuk melawan.
"Enyah dari hadapan kami!"
Maid itu mendorong keras Natasha hingga terjatuh. Lalu salah maid melempar tanah ke gaunnya.
"Kau pantas dengan ini!" gelak tawa terdengar.
"Kita bedaki dia dengan tanah!" usul salah satu.
Natasha tentu menahan semua serangan. Hingga salah satu maid memegangi tangannya. Maid lain mengusap tanah ke wajah Natasha.
"Hahahaha!"
"Cocok sekali!"
Semua terbahak-bahak melihat orang yang mestinya mereka tunduk padanya menjadi tak karuan.
"Andai aku bisa menggundulinya!" geram salah satu maid.
"Jika kau lakukan itu kau akan mati Lin!" sahut lainnya mengingatkan.
"Dasar tidak berguna!"
Maid yang memegangi Natasha mendorong kuat tubuh sang putri mahkota hingga terjerembab. Lalu mereka pergi dengan tawa membahana.
Tak ada yang peduli, beberapa staf kerajaan juga abai dengan kejadian tadi. Mereka benar-benar mempermalukan anggota kerajaan.
"Yang Mulia, apa yang kau lakukan di sana?!" seru Faul yang kaget melihat Natasha kotor dengan tanah.
Pria itu hendak membantu, tetapi tangannya langsung ditepis oleh Natasha.
Natasha bangkit secara perlahan, ia benar-benar marah dan akan membalas semua perbuatan mereka.
"Yang Mulia,"
Natasha menatap Faul. Pria itu sepertinya hendak tertawa tapi ditahan.
"Aku pastikan akan menghancurkan semua yang menghinaku!' tekan Natasha menatap tajam pada Faul.
Gadis itu melangkah dengan lemah, ia memang masih perlu tenaga dan pemulihan cepat. Air matanya luruh. Gadis itu ingin berteriak, tetapi sebisa mungkin ia tahan.
"Apa aku keterlaluan?" pikir Faul.
"Tapi, dia memang tak diharapkan jadi untuk apa aku peduli kecuali hanya formalitas saja," lanjutnya bermonolog.
Pria itu menatap tanah yang ia kenali. Kemarin Natasha menanam sesuatu, tetapi para maid merusaknya. Banyak jejak sepatu yang merusak beberapa tunas.
"Maaf Yang Mulia," ujarnya lalu menginjak dan memutar ujung sepatu pada tunas yang belum rusak.
Pria itu menatap puas lalu pergi. Tanpa sadar ada beberpa tunas yang belum tumbuh. Mereka tidak rusak sama sekali, akarnya pun telah kuat.
Natasha membersihkan diri. Gadis itu akan kembali pergi ke pasar. Di sana ia akan kembali menuju penjual bibit.
Faul kembali mengikutinya, Natasha menolak memakai kereta kencana. Gadis itu bersiul dan seekor kuda coklat bercak putih datang dengan gagahnya.
"Yang Mulia!" tegur Faul tak suka.
"Hea!" teriak Nat lalu memacu kekang kuda.
Hewan berkaki empat itu bergerak perlahan, lalu lari cepat. Faul berlari ke istana mencari kuda lalu menghentak tali kekang dan memacunya mengejar kuda Natasha.
Faul harus tau apa saja yang dilakukan oleh tuan putri mahkota. Pria itu mendapat mandat untuk melaporkan semua kegiatan Natasha.
Natasha memacu kudanya ke pasar lalu menyematkannya di tempat penyimpan kuda.
"Ini bayaranmu!' ujar gadis itu lalu memberikan koin emas pada penunggu kuda.
"Terima kasih Nona!"
"Dijual budak dengan harga seratus keping emas dan tiga puluh keping perak!' teriak seorang pria.
"Hei ... dia hamil ... apa gunanya!" teriak para pembeli.
"Berikan tawaran saja ... kalian bisa menyuruhnya menjilati apapun!' kekeh pria penjual itu melecehkan wanita yang terikat dengan kepala tertunduk.
Natasha melewati saja kumpulan orang-orang itu. Gadis itu ingin pergi ke toko bibit yang kemarin.
"Nona ... tolong saya nona!' pinta wanita yang hendak dijual.
Natasha menoleh, perut besar dan sangat kurus. Sebenarnya gadis itu iba. Tetapi, ia juga sedang ditekan di istana.
"Aku akan melakukan apapun Nona!" pinta wanita itu lagi.
"Hahaha ... dia punya apa!" kekeh salah satu pembeli di sana meledek Natasha.
"Aku menawarnya sepuluh keping emas saja!' teriak salah satu pria dengan mata mesum.
'Mungkin ia bisa menjinakkan burungku!" gelak tawa terdengar di sana.
"Nona aku mohon!' teriak wanita hamil itu menghiba.
"Diam kau!" bentak pria penjual.
"Aku menawarnya dengan seratus keping emas!' sahut Natasha mulai menawar.
Semua orang diam, dandanan Natasha sangat sederhana. Hal itu memang sengaja ia lakukan agar ia bebas bergerak.
"Seratus emas dua perak!" teriak salah satu pria yang tadi menawarnya dengan sepuluh keping emas.
"Seratus keping emas dan lima puluh perak dan sepuluh perunggu!" teriak Natasha.
"Dari mana dia uang itu. Hei ini bukan tipuan kan!" teriak salah satu pembeli tak terima.
"Apa ada yang mau menawar dua ratus keping emas?!" teriak penjual.
Semua diam, Natasha menghitung uang dalam kantungnya. Uangnya hanya tinggal seratus lima puluh keping emas, lima puluh perak dan sepuluh perunggu.
"Jika tidak ada maka aku akan memberikannya pada tuan ini!" ujar penjual menunjuk pada pria yang tawarannya jauh lebih murah.
"Hei aku yang lebih tinggi tawarannya!' teriak Natasha tentu marah.
"Itu urusanku dan aku yang memutuskan pada siapa daganganku aku jual Nona!" kekeh penjual itu dengan seringai licik.
"Baik aku akan beli dengan dua ratus keping emas!" teriak Natasha berani.
"Aku tidak jadi menjualnya!" tekan pedagang itu lalu tertawa remeh.
Pria itu menarik wanita yang sudah duduk lemas. Wanita itu menjerit ketika diseret. Tiba-tiba darah mengalir dari kakinya.
"Hei dia membunuh wanita itu!" teriak salah satu pengunjung.
Pria yang menyeret tentu melepaskan wanita itu. Ia langsung lari naik kereta dan pergi meninggalkan wanita malang yang kini tengah mengejan.
"Aarrggh!" pekik wanita itu.
Natasha takut-takut mendekat. Beberapa orang memilih pergi dan tak peduli. Para petugas keamanan juga tak mau ambil pusing.
"Ayo ikut aku!" ajak Natasha lalu memapah wanita itu.
Natasha membawa sang wanita pada satu rumah yang ia tau adalah tabib di sana. Ia berteriak minta tolong.
"Apa kau memintaku membantunya?' teriak sang pria ingin tertawa.
Natasha meletakan simbol kerajaan di sana. Pria itu terdiam, ia tak percaya jika itu adalah asli.
"Kau mencurinya?" Natasha memperlihatkan surat asli jika ia pemilik sah simbol kerajaan itu.
Akhirnya, sang wanita ditolong. Ia melahirkan bayi laki-laki. Natasha memberikan seratus keping emas pada wanita itu.
"Pergi dan hiduplah dengan baik!" ujarnya.
"Nona?"
"Pergi dari kota ini dan hidup lah tenang di sana!" pinta Natasha lagi.
"Aku akan mengantarkanmu!"
wanita itu mengangguk setuju. Ia akan menuruti gadis yang menjadi penolong hidupnya itu.
Bersambung.
Next?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
🌸 Yowu-Kim 🌸
Bangke. Maid gini nih layak di tenggelamkan!!
2024-03-29
1
Oi Min
ayo cpt perkuat diri mu Nat..... temrs balas dendam lah pda orang 2 munafik itu. siksa mereka sampai mati
2023-07-11
1
Khusnia Khasani
Jiwa penolongnya benar" menunjukjan klo Natasha memang lyk jadi pemimpin dibegrinya
2023-05-17
1