KENAPA HARUS SE-SERING ITU?

Ernest mengekor dan menunggu di luar dari tempat ibadah yang ada di dalam tempat wisata.

Ia melirik dengan penuh meneliti, "kenapa harus se-sering ini?" tanya nya dalam hati seraya menatap bangunan berkubah yang tak terlalu besar. Namun dari sini, ia bisa melihat beberapa teman, guru dan pengunjung lain keluar masuk.

Gibran duduk di samping Ernest dan menaruh sepatunya yang sempat dilepas tadi. Rambutnya basah oleh air, "lo nunggu Ai?" tanya Gibran.

Ernest mengangguk, "nunggu lo semua juga lah!"

"Gue mah karena malu aja kalo ngga ibadah, biasanya sih bolong-bolong---" kekeh Gibran menyadari kesalahannya. Begitupun Ernest yang ikut terkekeh, karena ia pun sama halnya dengan Gibran bukanlah seorang hamba yang taat beribadah, terkesan acuh seperti tak memiliki keyakinan.

"Lo sama gue sama aja!" keduanya malah bertos ria.

"Lah, lo mah kan bukannya cuma hari minggu doang?" tanya Gibran.

"Ya enggalah, ampir sama aja kaya lo. Tapi gue males, lagian ngga apa-apa lah, ngga bikin dosa." Jawab Ernest enteng membuat jidat Gibran mengkerut.

"Kalo itu kita beda. Soalnya kalo gue ngga dilakuin langsung dapet gift---dosa,"

Ernest mengerjap, "lah, terus itu lo tau dapet dosa. Tapi masih lo lakuin, malesnya?"

Gibran terkekeh, "iya gue salah. Males kadang ngga sempet bro!" jawabnya beralibi.

"Lagian kenapa harus se sering ini ibadahnya? Sekali aja ngga cukup?" tanya Ernest.

Gibran memutar lamban matanya, "emhh, nah! Itu gue juga ngga tau!" keduanya malah tertawa, jawaban Gibran membuat Ernest menggelengkan kepalanya.

"Soalnya udah tercantum ayatnya," sahut Aisya duduk di samping tas miliknya yang ditaruh Ernest di samping, kaki-kaki yang terlihat di bagian punggung kakinya menandakan jika Aisya berkulit putih dan mulus, " ibadah lima waktu itu bukan ide tanpa tujuan, melainkan bertujuan untuk mendisiplinkan diri dalam rangka keseharian seseorang dalam bersyukur, mengingat siapa Penciptanya, belum lagi gerakan ibadah yang sebenarnya dalam ilmu kesehatan pun memiliki manfaat untuk setiap persendian dan tubuh, itung-itung lagi relaksasi tubuh. Kalaupun yang mau berbuat dosa, karena adanya ibadah 5 waktu jadinya inget Tuhan deh, dan dosa aku hari ini adalah-----" Aisya melihat Gibran dan Ernest.

"Kamu," ucapan sengit itu mengarah pada Ernest. Gibran tertawa melihat wajah terkejut Ernest, "hahaha!"

"Ko aku? Kapan kita buat dosa?" tanya Ernest, saat Ai memakai sepatunya.

"Nah loh! Kalian berdua abis ngapain?" tunjuk Gibran, namun Aisya hanya menghirup udara jengah tanpa menjawab.

Aisya menjatuhkan dirinya di atas ranjang, setelah seharian penuh ia berwisata edukasi. Tiba-tiba saja air matanya jatuh mengaliri ekor mata hingga menyentuh ujung jilbabnya.

"*Just friend Aisya---just friend*! Seperti Ayu," gumamnya sendiri memejamkan mata.

Sementara Ernest, ia melepaskan jaket dan sepatunya secara sembarang, tanpa ingin memungutnya lagi.

Tubuhnya memang diam menatap langit-langit kamar, namun matanya menatap jauh mengingat semua moment indah yang hanya sekejap bersama Aisya namun sangat membekas di dalam dirinya. Begitu membekas sampai ia dilema, hatinya tergerak untuk lebih jauh mencari tau tentang keyakinan Aisya yang menurutnya menarik. Ada sesuatu dalam dirinya yang begitu antusias untuk menyelam lebih jauh. Dirinya yang memang tengah mengalami krisis keyakinan terasa maknyes mendengar setiap bait yang Aisya berikan, bak siraman air gunung di tengah dahaga yang kekeringan.

Dering ponsel Ernest berbunyi membuat Ernest meliriknya malas, "hallo?!"

(..)

"Oke, gue kesana!"

Ia kembali menarik jaket namun berbeda dengan jaket yang tadi ia pakai, lalu menyambar kunci motornya dan helm. Ia kembali turun dari lantai atas.

"Mau kemana lagi kamu?!" tanya mama nya berteriak, kesal saja anak keduanya ini berbeda dari yang lain, pintar namun nakal. Jarang ada di rumah.

"Ketemu Trias dulu sebentar ma," ia mengecup pipi mamanya sekilas, mengacak rambut adiknya yang sd dan pergi.

"Ma, bang Ernest mau kemana?" tanya nya.

Mamanya menggeleng, "ngga tau. Paling main ke rumah bang Trias," jawab mamanya tenang saja, entah dia yang terlampau acuh atau memang sudah biasa begitu. Menurutnya, usia putranya itu masa-masanya asik-asikan bersama teman-teman, pacar.

"Ernest mana ma?" tanya papa Edo.

"Keluar, katanya ketemu Trias." jawab mama Iren.

"Ck, kenapa ngga kamu larang? Dia kan sebentar lagi mau OSN, masa masih main-main. Jangan sampai dia balapan liar lagi! Sudah bosan papa urus masalah Ernest!" lelaki dengan pakaian casual nya itu duduk membawa laptop.

Mama Iren mele nguh panjang, salahnya lagi! Selalu ia yang disalahkan saat anak-anak melenceng dari keinginan sang suami. Padahal ia pun sama-sama lelah bekerja.

Tok-tok-tok!

"Nest!"

Suara gadis berteriak lantang seiring ketukan di pintu kamarnya.

"Ernest buruan! Nanti telat!" teriaknya, lantas ia membuka handle pintu kamar Ernest yang ternyata tak dikunci, ia tersenyum menyeringai dan tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Toh tante Iren dan om Edo pun tak akan masalah jika ia masuk ke dalam kamar putra mereka.

Dilihatnya sang pujaan hati masih tertidur lelap dengan posisi tengkurap, Ernest sungguh tampan bahkan tengah terlelap sskalipun.

Caroline duduk di tepian kasur dengan dress selutut press body dan tas selempangnya, memperhatikan Ernest dengan seksama. Senyumnya tak pernah luntur dari wajah cantiknya.

"Baby!" bisiknya, sayup-sayup suara itu mengganggu pendengarannya. Ernest yang baru pulang pukul 2 malam ini dikejutkan oleh kehadiran sesosok gadis di kamarnya, "lo ngapain disini?!" ia terjengkat kaget.

Namun Caroline malah tertawa geli plus gemas, "bangunin kamulah, yang lain udah pada duluan. Cuma tinggal aku sama kamu doang, yuk buru! Kalo minggu pagi gini suka macet!" ujarnya merengut menunjuk arloji di pergelangan tangannya.

Ernest mengernyit, "lo aja yang pergi, gue engga!" tolaknya kembali menarik selimut, membenamkan dirinya di dalam selimut coklat itu.

"Idih, ngga bisa gitu lah! Gue udah bela-belain ditinggal yang lain. Masa sendiri, kalo lo engga gue juga engga, gue mau disini nemenin lo tidur?!" ancamnya, awalnya Ernest tak takut, paling itu hanya gertakan Caroline saja.

Tapi rupanya gadis itu tak main-main dengan melepas sepatunya dan menaikkan kaki ke atas ranjang, itu terasa oleh Ernest, dimana ranjang belakang badannya bergerak. Sebenarnya pemuda ini sudah bangun hanya saja ia kira dengan ia kembali tidur Caroline mau pergi, tapi ia salah. Caroline rupanya gadis nekat.

"Lo mau ngapain?!" Ernest menyembulkan kepalanya menatap sengit, sungguh gadis tak tau malu.

"Mau tidur lah nemenin lo,"

"Lo gila?! Mau disangka kumpul ke bo?!" tanya Ernest sengit nan marah.

"Bo do amat, gue ngga peduli!" jawab Caroline enteng.

Mau tak mau Ernest bangkit, ia mendesis, "lo tunggu di luar! LUAR RUMAH! Nanti gue keluar!" bentaknya namun Caroline tak sakit hati, ia malah tersenyum lebar.

.

.

.

.

.

Just for information, mungkin karya ini lebih menjurus ke perjalanan spiritualnya Ernest bersama Aisya ya dengan dibumbui konflik cinta yang tak biasa. Bukan seperti pada umumnya yang harus sampe adu dal il apalagi perang, kaya Tali ban 😁😁

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Siapa juga yg nyuruh kamu ninggalin diri,kekeuh banget pengen bareng Ernest..Udah di tolak berkali2 masih aja ngotot,malu maluin 🙄🙄🤦🏻‍♀️

2023-05-13

3

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

suka ceritanya kk 👍👍😘😘🥰

2023-04-02

2

Idku Nursaman

Idku Nursaman

perang ernest ama caroline aj thor... julekin aj tuh si caroline...

2023-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!