KIDUNG SELAMAT MALAM

Satu kotak donat dengan merk ternama sudah mendarat cantik di tangan Aisya bersama dengan beberapa cup minuman berboba, membuat kresek besar itu terasa penuh, sepasang mata bulat ini melihat kresek dengan nama gerai donat terkenal itu dengan tatapan nanar diantara jingganya senja, menuju waktu berbuka. Berapa banyak uang yang Ernest keluarkan untuk hari ini saja demi Aisya?

"Kamu tuh mau ngapain Ernest, mau sampe kapan kaya gini," gumam Aisya mele nguh panjang, jangan...jangan begini karena sampai kapanpun kisah mereka akan berujung buntu. Dan tentu saja akan sama-sama tersakiti.

Aisya adalah manusia, ia memiliki hati...ia tak bisa menjamin jika Ernest terus menerus begini rasa suka itu akan sulit dicegah lagi. Aisya sudah sekuat mungkin untuk menolak pesona Ernest tapi lambat laun hatinya pasti akan luluh jika Ernest terus menerus bersikap manis begini, apalagi ia adalah gadis remaja yang sedang dalam masa-masanya ranum dengan gejolak asmara remaja.

"Masya Allah! Ini teh dari siapa?" rupanya para penghuni rumah penasaran dengan kejadian paket karangan bunga yang sukses menggegerkan rumah haji Rabbani, karena disangka ada kabar duka atau memang sedang membuka usaha baru. Umi tertawa geli bersama abi begitupun Raudhah seraya memperhatikan kejadian langka ini atau lebih tepatnya untuk pertama kalinya dalam sejarah, "aduhhh, kayanya punya penggemar rahasia euy si bungsu! Atuh teteh mau dilangkahin bi?" Raudhah menggoda adiknya itu.

"Ngaco ah!" senggol umi tak terima jika Aisya menikah muda apalagi sampai melangkahi Raudhah.

Abi dan umi bukanlah orangtua yang kolot, namun pun tak menyarankan anak-anaknya untuk ikut terbawa arus anak muda jaman sekarang, mereka ingin anak-anaknya sukses dunia akhirat, tak ada kata berpacaran di kamus mereka. Kalau memang memiliki perasaan lebih di keep saja sampai waktunya tiba.

"Mengagumi boleh, tapi jangan sampai melebihi batas wajar..." sahut abi angkat bicara.

"Ini ngomong-ngomong pesen kaya gini, lumayan mahal..." goda abi usil menyentuh dan melihat-lihat karangan bunga untuk putrinya itu.

"Kayanya mah calon mantu abi orang berada, bi..." timpal Raudhah membuat Aisya berdesis, "apa sih teh!" ketusnya sengit.

"Adeuhhh, ngambek ! Berarti bener," godanya lagi langsung kabur saat Aisya mengambil langkah hendak menangkap kakaknya itu lengkap dengan mata melotot kesal.

"Eh, bawa apa kamu?" tanya umi. Terang saja pandangan ketiganya melihat ke arah kresek yang dipegang Aisya.

"Ai beli donat?" tanya umi lagi.

Ai menggeleng, "dikasih..."

"Dikasih siapa lagi? Perasaan hari ini meni banyak yang ngasih?!" umi menghampiri Aisya dan melihat kresek itu.

"Temen," jawabnya singkat memperlihatkan kresek besar itu pada umi dan abi, "katanya buat buka." Kemudian ia menyerahkan keresek donat pada umi untuk dibuka bersama nanti selepas berbuka.

Umi melihat isi kresek itu bersama abi, tanpa harus membongkar kesemuanya, lalu keduanya saling menatap penuh makna.

"Masya Allah, banyak ini mah...siapa sih, umi jadi penasaran!" imbuh umi, membuat Aisya langsung menegakkan badannya tiba-tiba ia merasa panas tengkuk, wajahnya mendadak pucat.

"Orangnya sama ngga sama yang ngirim bunga?" tanya umi.

"Ngga tau.." gadis itu menggidikkan bahunya, dengan mata yang membesar dan alis mengernyit menegaskan jika ia tak tau, atau memang ingin membuat abi dan umi menganggapnya tak tau menau.

"Kamu punya pacar?" tanya abi, membuat Aisya menggeleng dengan cepat.

"Demi Allah abi engga," ucapnya berapi-api sambil menunjukkan kedua jarinya di udara.

"Kalem aja atuh neng, meni panik gitu," abi tertawa usil membuat putri bungsunya itu merengut kes dan cemberut, "abi ih! Ngga lucu!"

"Lucu neng," balas abi membawa putrinya itu ke pelukannya.

"Ini teh bunganya bisa dibawa ke dalem ngga bi?" tanya umi masih penasaran dengan karangan bunga.

"Umi ih buat apa?!" tanya Aisya.

"Lumayan buat pengharum ruangan! Kan ini mah bunga hidup," jawab umi.

"Idih,"

Aisya semakin terpojokan di meja makan, pasalnya kiriman Ernest tak berhenti di bunga dan donat, melainkan masih ada dimsum dan beberapa penganan lain yang kini sudah berjejer di meja makan bersama kudapan yang dibuat umi dan Arin.

Ikhwan sejak tadi menukikkan alisnya melihat Aisya, dengan sorot mata menusuk penuh intimidasi, "jujur...kalo cuma temen ngga mungkin sebanyak ini, Ai..."

"Ya engga tau atuh, a!" sanggah Aisya menyenderkan punggungnya di senderan kursi.

"Udah--udah, jangan ribut di depan makanan. Kalo emang Ai ngga tau, dan dia bilangnya temen Ai, anggap saja ini rejeki...nanti kalau si pengirim rahasia ini ada kabarin Ai, bilangin makasih..." ucap abi.

"Pokonya aa ngga mau kamu, sama kamu pacaran. Kalo memang niat serius sok langsung bawa ke rumah...mendingan di halal'in aja, daripada nanti maksiat?!" ujar Ikhwan menunjuk Aisya dan Raudhah, mewanti-wanti kedua adiknya itu.

"Shhh---aa," Arin menthesah demi menegur suaminya agar tak melangkahi abi dan berbicara terlalu keras pada kedua adik perempuannya itu. Aisya melemparkan tatapannya pada Raudhah begitupun Raudhah, pasalnya Raudhah diam-diam memiliki kekasih di kampusnya. Dan hanya Aisya saja yang tau, karena keduanya sering terlibat perjanjian, seperti Raudhah yang sering meminta tolong adik bungsunya ini untuk membantunya bila ingin bertemu dengan sang kekasih, kadang Ai jugalah yang menjadi orang ketiganya dengan disogok traktiran.

"Iya ah! Tau," Raudhah mencebik.

Aisya sedang mengaji selepas solat isya, namun sejak tadi ponselnya bergetar teredam diatas kasurnya, hingga ia selesai mengaji rupanya si penelfon tak menyerah memanggil si pemilik ponsel.

Aisya cukup terkejut dengan nomor telfon yang tak ia save.

"Nomor siapa ini?" gumam Aisya membuka mukenanya begitu saja hingga jatuh di kaki Aisya.

"Assalamu'alaikum?"

"Malam bidadari,"

Aisya menghela nafasnya, "Ernest..." firasatnya ternyata setajam silet.

"Dapet nomorku dari siapa?" tanya Aisya.

"Dapet ilham semalam, Tuhan ternyata sayang aku, jadinya kasih aku nomor kamu lewat mimpi....katanya nomor salah satu bidadari yang bakalan bawa aku ke surga," jawabnya terkekeh.

"Dikira nomorku, nomor to gel apa! Dikasih lewat mimpi," Aisya menegurnya sewot, padahal sebenarnya bibir Aisya sudah mesem-mesem sendiri.

"Weheyyy, bidadari bisa ngegas juga ternyata." Ernest masih terkekeh-kekeh di ujung telfon sana.

"Gimana sama hidangan berbuka dariku, suka?" tanyanya.

"Oh, jadi yang tadi itu dari kamu? Dimsum, donat, minuman, martabak telor?" jelas Aisya mengabsen satu persatu makanan yang dikirim Ernest.

"Iya."

"Termasuk bunga?" tanya Aisya tak bisa untuk tak tertawa renyah, mengingat keluarganya jadi geger bahkan sampai tetangga yang melihat itu mengira jika abi dan umi sedang membuka cabang usaha baru.

Ernest ikut tertawa mendengar suara renyah Aisya, Aisya yang sebelumnya berbeda dengan Aisya sekarang. Aisya yang di depan umum lebih banyak diam dan terkesan judes, berbeda dengan Aisya yang sedang dalam mode rumahan begini, atau ia begini karena hanya lewat sambungan telfon? Ernest sampai melihat foto whatsapp di layar ponselnya, demi memastikan apakah ini Aisya yang disukainya atau wewe gom bel? Kenapa bisa seramah dan selepas ini mengobrol dengannya?

"Kamu ih, bikin geger rumah aku. Dikira abi sama umi ku buka cabang usaha baru, malah tetanggaku yang namanya bu Erni ngira ada yang meninggal di rumahku!" Aisya tertawa lagi dengan kelakuan absurd Ernest.

Ernest benar-benar senang mendengar Aisya tertawa, rasanya hatinya begitu berflower.

"Terus apa yang orang rumah kamu bilang?"

"Ya engga bilang apa-apa, ujungnya aku di sidang di meja makan, dikira punya pacar," jawab Aisya.

"Bagus dong," balas Ernest.

"Bagus gimana?! Kamu sembarangan aja, hampir jantungan aku sama teh Raudhah kalo sampe kaya gitu!"

"Aisya----" panggil Ernest.

"Ya,"

"Aku bakalan nunggu sampe kamu berubah pikiran," lanjut Ernest, raut wajah gembira Aisya mendadak meredup.

"Nest, udah malem...aku udah ngantuk."

"Oh oke, Aisya...tunggu jangan dimatiin dulu..." Kini Ernest yang bertelfon ria beringsut turun dari kasurnya.

"Kenapa?" tanya Aisya, gadis itu sudah tak bisa mengontrol denyutan di jantungnya yang terpompa kian cepat sekarang. Ia tak tau esok akan seperti apa jika bertemu Ernest, yang jelas ia akan membuat lubang saja.

"Kamar kamu lantai 2?"

"Iya."

"Ada jendelanya?"

"Ada."

"Coba kamu turun dari kasur, buka sebentar jendela kamar kamu..." pinta Ernest.

Aisya kembali mengembangkan senyuman ditempatnya, tak habis pikir dengan permintaan aneh Ernest, "buat apa? Udah malem dingin!"

"Sebentar aja," rengek Ernest memohon.

Dengan polosnya Aisya menurut, "oke---oke, tapi udah ini matiin ya aku udah ngantuk soalnya,"

"Oke."

Aisya menarik gorden jendela kamarnya hingga terdengar dari speaker telfon Ernest, gadis itu kemudian membuka satu daun jendela kamarnya hingga menampakkan pemandangan langit malam dengan bulan penuh bercahaya seolah menjadi satu-satunya pelita di atas sana meskipun dikelilingi oleh benda langit lainnya yang berkelip.

"Udah, terus---?"

"Kamu bisa denger ngga?" tanya Ernest.

"Denger apa? Dengerin kamu ngomong? Kan ini lagi..." jawab Aisya.

"Bukan..."jawab Ernest membuat kedua alis Aisya berkerut menyatu.

"Terus apa?"

"Coba kamu liat langit malam ini," pinta Ernest yang memang sudah melakukannya sejak tadi, memandangi langit malam dimana bintang paling terang sedang berpendar.

"Sirius----" ucap Ernest.

"Syi'raa---" ucap Aisya bersamaan dengan pemuda itu.

Aisya melantunkan ayat suci Al-qur'an dengan suara indahnya, dan entah kenapa hati Ernest mendadak terpana mendengarnya selain karena suara indah Aisya namun kalimat itu seolah menuntun kedamaian di hatinya, magic!

"Dan sesungguhnya dialah Tuhan (yang memiliki) bintang Syi'raa, Q.S An-Najm ayat 49," imbuh Aisya.

"Dialah bintang paling terang di langit malam dalam rasi bintang Canis Major. Coba rasakan suasana malam sambil merem, bersama bintang sirius kubisikkan kalimat puisi selamat malam dalam hembusan angin buatmu, Aisya...good night and sleep well," ucap Ernest, kedua remaja ini memadu suasana syahdu dengan kidung yang mereka ciptakan sendiri, terlibat perasaan yang entah akan bermuara kemana.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Lia Bagus

Lia Bagus

Aamiinin ya nest

2024-08-24

0

Efrida

Efrida

smg happy end...

2023-09-02

0

El aisya

El aisya

♥️♥️

2023-07-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!