SOSOK RELIGIUS

Bel yang berbunyi membuat suasana gedung sekolah ini menjadi riuh, para siswa yang seketika membludak keluar kelas macam kawanan ikan sarden menuju arus pulang di gerbang sekolah, keramaian menambah panas cuaca yang sudah terlanjur terik.

"Semangat Ai! Kita dukung 1000 persen!" Ayu dan Retno memeluk Aisya dengan tas yang sudah digendong di belakang. Di tahun kedua mereka bersekolah, si gadis berjilbab ini konsisten menancapkan namanya di dalam daftar siswa yang berpotensi sebagai wakil sekolah dalam ajang OSN (olimpiade sains nasional) atau sekarang disebut KSN (kompetisi sains nasional) antar SMA, meskipun di tahun sebelumnya ia gugur di tingkat kota.

"Aku bakalan selipin nama kamu tiap aku do'a sembah sama Sang Hyang Widi," ujar Ayu, perbedaan keyakinan antara Komang Ayu dan Aisya--Retno tak menjadikan ketiganya saling ejek atau membully, namun ketiganya justru bersahabat saling menghormati satu sama lain.

"Aamiin, makasih sayangkuhhh!" Aisya menarik senyuman lebarnya.

"Coba kalo bilang itu ke Ernest, Ai...pasti sekolah geger lagi!" tawa Retno sukses membuat Aisya meredupkan senyumannya dan mencebik.

Retno tertawa melihat perubahan Aisya, "ngga mungkin lah Ret...jarak mereka tuh jauh, tembok kerajaan mereka juga beda!" tukas Ayu.

"Semoga tahun ini ngga gagal lagi masuk OSN-P ya Ai, jadi nanti punya channel ke universitas favorit, dapet berbagai hadiah juga, biar aku kecipratan!" lanjut Ayu tertawa.

"Aamiin!" diamini oleh Aisya dan Retno.

"Tapi kayanya punya saingan berat lagi Ai, ku denger-denger Ernest tuh pinter juga, apalagi awalnya dia tuh masuk kategori Fisika, tapi ternyata dapet pesaing tangguh sampe akhirnya diturunin ke Astronomi..."

"Sebenernya kalo melihat sikap sama tingkah konyolnya, tiang tak percaya kalo gus itu pintar, tapi melihat fakta kalo nama gus masuk sejak tahun lalu tiang dipaksa percaya," ujar Ayu mengangguk-angguk meyakini ucapannya.

"Percaya sih, dia kan anaknya orang berpengaruh," jawab Retno menghakimi.

"Hey, don't judge book from the cover sistahhh, ngga semua orang jenius penampilannya harus ber'akuarium," balas Aisya tertawa renyah.

"Asikk, dibela nih!"

"Ha-ha-ha!" keduanya ikut tertawa.

"Si Aisya ni, jarang ngomong tapi sekalinya ngomong langsung bikin semaput! Akuarium dikira ikan," imbuh Retno tertawa. Ketiganya berpisah di dekat perempatan lorong, sementara kedua sahabatnya ini langsung pulang mengingat jemputan sudah menunggu, Aisya memilih masuk terlebih dahulu ke dalam masjid sekolah, saat ia melirikkan matanya ke arah jam berwarna pink di pergelangan tangannya.

Ernest sudah berada di aula bersama anak-anak yang berada di dalam tim OSN, masih belum pasti karena mereka belum melewati babak seleksi tingkat sekolah.

Ernest celingukan mencari sosok pintar lainnya diantara anak-anak pintar yang terjaring pihak sekolah, namun ia belum menemukannya memasuki ruangan ini.

"Sudah hadir semua?" tanya pak Wage menghitung jumlah siswa didik yang sudah mendapatkan panggilan dari wali kelasnya masing-masing.

"Pak, Aisya XI MIPA 1 belum hadir..." Ernest menginterupsi.

"Aisya tadi ijin melaksanakan ibadah dzuhur dulu pak," sahut Gibran diangguki Nistia.

Ernest mengakui jika Aisya adalah sosok gadis religius dan itu penting, entah keyakinan apapun yang dianut, berbeda dengan dirinya yang memang bukan seorang hamba religius. Sebenarnya keyakinannya pun memiliki aturan waktu ibadah yang cukup intens meskipun tak pernah mewajibkan, terlebih Ernest adalah pemuda kritis dan realistis, terkadang ia pun ragu dengan keyakinannya sendiri, seumur hidup....selama memiliki keyakinan yang berasal dari orangtuanya bahkan buyut-buyutnya, ia tak pernah melihat seperti apa Tuhan yang memberikan hidup? Apakah Sang Kuasa itu ada? Yang sering ia lakukan adalah memberikan pujian, melaksanakan semua perintah yang tertuang di al kitab, pergi ke rumah ibadah dan mengadukan seluruh masalah hidup pada sang Tuhan yang menurutnya berwujud. Namun Aisya? Ia bersujud pada siapa? Macam apa Sang Maha Esa yang Aisya yakini?

"Assalamu'alaikum...maaf telat pak, bu.." suara lembut itu bak oase di tengah gurun, menyejukkan.

Senyuman Ernest mengembang persis kerupuk kena minyak panas saat sosok bidadari itu hadir, entah pesona atau pelet apa yang Aisya pakai hingga membuat seorang Ernest dengan jiwa petualang dan seluruh gejolak remajanya tak bisa berpaling dari Aisya.

Hay gadis, coba sebutkan apakah nama dirimu di sebuah toko? Maka aku akan menghabiskan seluruh tabungan milikku hanya untuk membelimu....

Aisya itu, harus Ernest katakan apa?! Memiliki kecantikan yang hakiki di balik jilbab yang dipakainya...terkesan malu-malu, menutupi apa yang menjadi kehormatan, mahkota seorang perempuan dengan selembar kain. Bukankah itu terlalu sombong? Ataukah ia yang tak tau caranya bersolek.

Tak banyak produk make up yang Aisya pakai seperti Caroline, gadis itu...setiap ada produk make up ternama apalagi jika brand ambassador kelas dunia, langsung saja ia pesan dan pakai. Tapi seolah madu bunga paling langka dan manis di dunia disiramkan seluruhnya pada gadis ini. Ernest masih bingung, masih begitu banyak gadis cantik di sekitarnya yang bahkan rela mengemis-ngemis untuk ia preteli spare partnya sampai levelan Caroline yang terkenal gadis paling cantik, kaya, kenal baik dengan keluarganya, tentunya seiman pula. Tapi Aisya...wajah dan segala tindak tanduk diamnya seolah seperti magnet tersendiri untuk Ernest.

Ernest berdiri dari tempat duduknya menyambut sang pujaan hati.

"Aisya, dari mana? Aku nunggu loh dari tadi?" nyengirnya menampakkan gigi rapi dengan satu gigi gingsul di kanan, membuat pemuda ini semakin tampan dilihat dari sisi manapun.

CIEEEE ! ! !

Riuh yang mendadak riak macam air dengan lusinan ekor ikan mas itu membuat Aisya menatap nyalang.

Bukannya menjawab ia malah langsung masuk saja ke dalam aula melewati Ernest begitu saja dan mengambil tempat duduk yang ia kira akan jauh dari kursi Ernest tadi.

Ernest terkekeh sumbang mendapat penolakan itu, tapi semakin Aisya menolak semakin ia tertantang.

Sepanjang sesi penerangan teknis seleksi OSN ini Aisya memperhatikan secara seksama pak Wage dan bu Indah yang tengah berbicara di depan sana, bahkan sesekali ia mencatat waktu, teknis dan segala macam tektek bengeknya, sementara Ernest lebih memilih seksama memperhatikan Aisya.

Sadar akan tatapan intens dari seseorang, Aisya hanya meloloskan nafas lelahnya, "Ernest...siapa lagi," gumamnya lelah, ia pikir setelah kejadian kantin tadi, pemuda itu mau melepaskannya tapi ternyata ia salah besar.

Pak Wage melihat satu persatu siswa yang ada di hadapannya dan menemukan satu siswa yang sejak tadi senyam-senyum sendiri macam kesambet jin ivritss, apakah aula ini ada hantunya?

"Ernest, ada yang mau ditanyakan?" tanya pak Wage, sontak semua pandangan mereka kompak menatap ke arah Ernest yang masih bertopang dagu menatap Aisya termasuk Aisya sendiri.

"Hay cantikkk!" sapa Ernest nyengir kuda melambaikan tangan pada Aisya yang seketika merah padam dan kembali membalikkan wajahnya ke arah lain.

"Ha-ha-ha! Definisi gila karenamu ya Nest, terima atuh Sya kasian!" goda salah satu teman.

"Terima!"

"Terima!"

Tanpa dikomandoi siswa lain menyerukan itu, membuat Aisya merengut kesal hingga melampiaskannya dengan mencoret-coret halaman terakhir di bukunya, malu-maluin!

"Hey! Hey! Kenapa jadi ribut gini?!" tegur bu Indah. Ernest akhirnya tersadar dari lamunannya.

"Ernest, kamu ngelamun siang-siang? Sana cuci muka kamu! Makanya kalo istirahat tuh jangan jajan sampe kekenyangan, jadinya jam segini tuh ngantuk, ngelindur!" tegur pak Wage.

"Engga pak, saya justru sadar sesadar-sadarnya...saya cuma lagi mandangin karunia Tuhan...." jawabnya.

"Huuuuu!" riuh mereka lagi.

"Ampun da! Ngga akan bener nanya si Ernest mah pak, heran saya...otak pinter tapi kelakuannya gini," omel bu Indah.

"Genius sama sableng beda tipis ya Nest?" tawa Gibran.

"Gue sableng, lo idi..ot. Gue sableng ada alesannya...karena Aisya..." senyumnya penuh makna.

"Woahhhhhh!" sorak mereka.

"Eehhh! Berisik!" tegur pak Wage.

Aisya semakin menciut jadi sebesar biji anggur.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Lia Bagus

Lia Bagus

hooh😅

2024-08-24

0

Happyy

Happyy

😘😘😘😉😉

2023-11-04

1

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Somplak banget,ngakak campur dag dig dug aku,, Aku tau perasaannya Aisyah,Bukannya dia gak nerima doi,tapi karena mereka besa keyakinan yg hujung2 nya mereka pasti akan terluka dan kecewa,pasti itu menyakitkan,makande itu Aisyah membentengi hatinya..

2023-05-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!