Bab 20.

Salman membuka pintu kamar sang ayah dan menarik Safia ke dalam. Safia mulai ketakutan melihat kamar yang gelap, dia pikir Salman akan menyiksanya di tempat itu.

Setelah Salman menyalakan lampu, Safia menghela nafas lega mematut kamar yang tersusun dengan rapi. Perlahan pikiran buruknya mulai lenyap dengan sendirinya.

Tanpa berucap, Salman membuka laci dan mengeluarkan beberapa dokumen penting yang sengaja dia biarkan tersimpan di sana. Salman membawa dokumen itu ke ranjang dan meminta Safia duduk di sebelahnya.

Setelah Safia duduk, Salman membuka satu persatu dokumen yang tersusun rapi di dalam map. Dia pun memperlihatkannya pada Safia.

"Ini semua merupakan bukti bahwa kamu juga mempunyai hak atas aset yang aku miliki. Kamu memegang separuh dari semua harta ini." ungkap Salman menunjuk nama ayah Safia yang tertera di setiap dokumen tersebut.

"Apa ini mungkin?" Safia menautkan alis dengan tatapan kebingungan.

"Percaya tidak percaya, beginilah kenyataannya. Kalau kamu mau, besok kita panggil pengacara agar mengalihkannya atas namamu." jelas Salman.

"Lalu?" Safia mengerutkan kening.

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja kamu akan mendapatkan hakmu setelah itu." Salman pun mengernyit dengan tatapan kesal melihat kebodohan istrinya.

"Oh, ya sudah. Kalau begitu sekalian minta pengacara itu untuk mengurus perceraian kita. Aku tidak ingin berlama-lama di rumah ini,"

Setelah mengatakan itu, Safia meninggalkan Salman yang masih mematung setelah mendengar ucapannya.

"Dasar wanita aneh! Bukannya berterima kasih malah sibuk minta cerai, cerai dan cerai. Kamu pikir aku mau menceraikanmu? Jangan mimpi!" umpat Salman mendengus kesal. Dia menyimpan kembali dokumen itu ke dalam laci dan bergegas menyusul Safia.

Di meja makan sana, Safia memilih menyantap makanannya sendirian. Tadi seorang satpam mengantarkan pesanan Salman ke dalam, Safia sendiri yang mengambilnya dari tangan satpam itu.

"Loh, kok malah makan sendirian? Bukannya nungguin suaminya dulu?" keluh Salman menatap tajam pada Safia.

"Emang aku pikirin," jawab Safia enteng sembari terus menyantap makanannya.

"Dasar tidak punya hati!" umpat Salman dalam hati, dia ingin mengatakannya langsung tapi keberaniannya tiba-tiba hilang melihat aura membunuh yang tersirat di wajah Safia.

Baru saja Salman duduk di sampingnya, Safia langsung berdiri setelah selesai menghabiskan makanannya. "Aku sudah kenyang, jangan lupa bereskan mejanya setelah makan! Aku tidak suka melihat rumah berantakan," titah Safia lalu melenggang pergi sembari tersenyum puas.

Kapan lagi membalas Salman setelah semua yang dilakukan pria itu padanya? Sekarang Safia tidak takut lagi pada suaminya itu, bagaimanapun dia mempunyai hak yang sama di rumah itu.

Salman yang mendengar keberanian Safia tiba-tiba bergeming dengan kening mengernyit. Hebat sekali istrinya itu, baru beberapa menit saja sudah pandai memperlihatkan kekuasaannya.

Bodohnya Salman karena terlalu cepat mengungkapkan kebenaran pada Safia. Harusnya dia lebih bisa menahan diri sampai Safia benar-benar memaafkannya dan menerimanya kembali.

Sekarang Salman harus menjadi babu di rumahnya sendiri, seumur-umur baru kali ini dia dijajah oleh orang lain dan itu adalah istrinya sendiri.

Usai menyantap makanannya, Salman pun dengan terpaksa membereskan meja dan membuang bekas tempat makannya ke dalam tong sampah. Rasanya Salman ingin marah dan memaki Safia saking jengkelnya.

Di kamar, Safia berbaring dengan santainya di atas tempat tidur sambil mengotak-atik layar ponselnya. Dia ingin kamar Salman menjadi miliknya dan merenovasi kamar itu sesuai keinginannya. Dia ingin menghilangkan jejak wanita lain yang pernah masuk ke kamar itu.

"Aku ingin kamar ini di renovasi sesuai keinginanku. Aku tidak menyukai semua perabotan ini dan ingin menggantinya dengan yang baru. Pindahkan saja perabotan ini ke kamar yang akan kamu tempati!" ucap Safia saat Salman baru saja menginjakkan kaki di kamar itu.

Salman sontak melongo mendengar ucapan Safia, dia mematut semua barang-barang yang tersusun rapi di ruangan itu. Rasanya tidak ada yang salah dengan perabotan itu. Semuanya terlihat baru dan masih sangat layak untuk digunakan.

"Kamu mengusirku dari kamarku sendiri?" Salman mengerutkan kening bingung.

"Tidak, tapi kalau kamu merasa begitu berarti kamu masih waras." jawab Safia santai tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Cukup Safia, jangan memaksaku untuk berdebat! Aku sudah lelah," keluh Salman mengacak rambutnya frustasi.

"Aku juga lelah, kalau begitu kamu boleh pergi!" Safia menaruh ponselnya di atas nakas kemudian memiringkan tubuhnya sembari memeluk guling.

"Safia..." panggil Salman, namun Safia tidak menyahutnya sama sekali.

Geram karena kelakuan Safia yang semakin menjadi-jadi, Salman pun melompat naik ke kasur dan memeluk istrinya itu dari belakang.

"Jangan kurang ajar, cepat lepaskan aku!" ketus Safia meninggikan suara.

"Jangan banyak omong, katanya mau tidur, kalau begitu tidur saja!" sahut Salman mempererat pelukannya.

"Aku memang ingin tidur, tapi bukan begini juga konsepnya. Aku ingin tidur sendiri," kesal Safia.

"Kalau begitu kamu saja yang keluar dari kamar ini, sampai kapanpun ini akan tetap menjadi kamarku." tegas Salman yang tidak mau mengalah.

"Itu dulu, sekarang kamar ini akan menjadi milikku." sergah Safia.

"Ya sudah, berarti kita berbagi kamar saja. Lagian kita itu suami istri yang sah, apa salahnya tidur berdua seperti ini?" Salman tersenyum sumringah dan mengecup pundak Safia dengan lembut.

"Jangan cium-cium!" Safia mendaratkan tangannya ke belakang dan tepat mengenai pipi Salman lalu beringsut dan turun dari ranjang.

"Mau kemana?" tanya Salman mengulum senyum.

"Mau pergi mencari kedamaian," cetus Safia dengan tatapan masam.

"Pergilah, tapi hati-hati saja. Ini sudah mulai gelap, biasanya akan ada penampakan di luar sana. Kamu ingat kan bahwa hanya ada kita berdua saja di rumah ini?" ucap Salman menakut-nakuti Safia.

"Cih, caramu terlalu basi. Kamu pikir aku ini anak kecil yang bisa kamu permainkan dengan begitu mudah. Maaf, kamu salah orang." Safia melanjutkan langkahnya setelah mengatakan itu.

Setelah Safia menghilang dari pandangannya, Salman meraih ponselnya di atas nakas dan mengirimkan pesan pada seseorang. Setelah itu dia berjalan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa menit kemudian, Salman keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang lebih segar dari sebelumnya. Setelah mengenakan pakaian, dia pun menyisir rambut dan menyambar ponselnya dengan cepat.

Sesampainya di lantai satu, Salman menyalakan ponsel itu. "Lakukan sekarang!" tulis Salman lalu mengirimnya ke kontak seseorang.

Teg...

Lampu di rumah itu tiba-tiba mati yang membuat Safia menjerit sekencangnya. Salman yang mendengar itu sontak tertawa terpingkal-pingkal. "Dasar aneh, tadi katanya tidak takut." gumam Salman dalam hati lalu mencari keberadaan Safia ke arah belakang.

"Mas Salman, kamu dimana Mas? Aku takut, tolong kemarilah!" pekik Safia dengan suara bergemuruh memecah gendang telinga. Air matanya seketika jatuh berderai.

Salman yang sudah berdiri di depan pintu sengaja diam sejenak di tengah gelap gulita. Dia ingin melihat seberapa sanggup Safia bertahan di kamar segelap itu.

"Mas, aku benar-benar takut. Aku tidak bisa bernafas," isak Safia dengan nafas tercekat di tenggorokan.

Menyadari ada yang tidak beres dengan istrinya, Salman dengan cepat menyalakan senter di ponsel miliknya dan mendorong pintu seketika itu juga.

"Mas..." Safia langsung berhamburan saat menangkap kedatangan Salman lalu memeluk suaminya itu dengan erat. "Jangan pergi Mas, jangan tinggalkan aku sendirian, aku takut." imbuh Safia mengencangkan pelukannya.

Terpopuler

Comments

Sriutami Utam8

Sriutami Utam8

dasar plinplan bru mti lmpu aj udh tkt cemen kau safia klau ngom tu dpkir jgn sok brni pd hl bru gt aj dh ktkutn huuuuu gk asik bgt

2023-03-25

0

MIKU CHANNEL

MIKU CHANNEL

aduh Safiah kamu itu udah dibego-begoin sama Salman,
sekarang kamu rasakan bagaimana rasanya diacuhkan dan diremehkan apalagi sama istri sendiri, seperti tidak dihargai

2023-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!