Safia keluar dari kamar mandi dengan mata sedikit bengkak, dia berusaha terlihat santai seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Dia tidak ingin dipandang lemah oleh pria pecundang itu.
Melihat Salman yang tengah berbaring di ranjang, Safia pun memilih duduk di sofa lalu berbaring memunggunginya. Dia benar-benar jijik melihat wajah pria itu.
Hampir dua bulan mereka berdua menjalin hubungan, tidak sedikitpun keanehan yang tampak dari gelagat pria itu. Akan tetapi, sekarang semua impian Safia hancur lebur tanpa sisa.
Safia pikir Salman benar-benar mencintainya, dia tidak sadar kalau kasih sayang dan perhatian yang diberikan Salman selama ini hanyalah sebuah ilusi.
Semakin Safia memikirkannya, semakin hancur pula hatinya. Kenapa takdir begitu kejam padanya?
"Hei, apa yang kau lakukan di sana? Cepat, kemarilah!" panggil Salman dengan suara baritonnya yang menggema.
Safia yang mendengar itu hanya diam dan memilih menutup telinga, dia tidak akan mau menuruti keinginan bajingan itu.
"Hei, apa kau tuli?" seru Salman dengan nada meninggi, namun Safia masih tetap setia pada pendiriannya. Safia benar-benar tidak ingin melihatnya.
Kesal karena Safia tidak merespon ucapannya, Salman lantas bangun dari pembaringan. Dia berjalan mendekati sofa dan tanpa pikir mengangkat tubuh ringkih itu dengan enteng.
"Lepas, jangan sentuh aku!" bentak Safia sembari meronta-ronta, dia memukul dada Salman sekuat tenaga.
"Diam!" hardik Salman dengan tatapan tajam seperti serigala liar kelaparan, dia membawa Safia ke ranjang dan melempar tubuh itu sesuka hati.
"Awh..." Safia meringis menahan rasa sakit di bagian pinggang. Tidak terasa bening-bening kaca mendadak jatuh di sudut matanya. Dia benar-benar tidak habis pikir, tidak hanya menyakiti perasaannya tapi Salman juga tega melukai fisiknya. Pernikahan seperti apa yang dia jalani ini?
"Tidak usah banyak drama, sekarang lakukan saja tugasmu sebagai seorang istri!" tegas Salman penuh penekanan, dia menekuk lutut di kasur dan merangkak menjajal tubuh Safia.
Safia menatap Salman sekilas lalu membuang muka setelah itu, tubuhnya berguncang menahan tangisan yang ingin pecah seketika itu juga.
Bolehkah Safia menjerit sekeras-kerasnya? Bolehkah Safia mengumpat sejadi-jadinya? Dia tidak ingin melanjutkan pernikahan neraka ini, dia tidak bisa melupakan kesakitan yang dihadiahkan Salman di malam pertama mereka.
"Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan padaku! Bila perlu bunuh saja aku sekalian agar kamu puas!" tantang Safia dengan mata menyala memancarkan kebencian yang mendalam.
Tidak ada lagi tatapan penuh cinta di mata Safia, tidak ada lagi harapan ingin disayang dan dimanja seperti sebelumnya. Safia benar-benar jijik melihat tampang suaminya.
"Aku memang ingin melakukan itu padamu, tapi bersabarlah sampai saatnya tiba! Aku tidak akan membiarkanmu mati dengan mudah," sahut Salman menyeringai kemudian menekan Safia dan mendaratkan ciuman kasar di bibir istrinya itu.
Sekuat hati Safia mencoba memberontak tapi tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan. Sampai akhirnya Salman berhasil menarik paksa pakaian yang melekat di tubuhnya dan memasukinya dengan cara yang tidak manusiawi.
Salman terlihat seperti binatang buas yang sama sekali tidak memiliki perasaan. Semakin Safia menjerit, semakin kuat pula dia menekan inti gadis itu tanpa belas kasih. Tubuh Safia dibolak-balik olehnya seperti sebuah boneka yang tidak bernyawa.
Safia menjerit dan meraung saat intinya dihujam hentakan bertubi-tubi. Hanya tangisan pilu yang dapat menggambarkan bagaimana hancurnya dia saat ini.
Malam pertama yang harusnya meninggalkan kesan istimewa, kini berakhir dengan kekecewaan yang mendalam di hati Safia. Harga dirinya hilang lenyap, masa depannya hancur hanya dalam hitungan menit saja.
Meski Safia tau bahwa Salman berhak mengambil keperawanannya, tapi Safia merasa tidak ikhlas memberikan itu pada lelaki bejat sepertinya.
Flashback
Safia merupakan seorang gadis cantik bertubuh kecil mungil. Saat ini usianya baru menginjak dua puluh lima tahun, dia merupakan seorang anak yatim piatu yang dibesarkan di sebuah panti asuhan.
Dua puluh tiga tahun yang lalu kedua orang tuanya mengalami laka lantas dan meninggal di tempat kejadian. Sampai detik ini dia tidak tau penyebab pasti dari kecelakaan tersebut.
Sekarang dia sudah menjadi seorang dokter spesialis anak, semua itu berkat kepintaran dan kegigihannya dalam belajar untuk mencapai cita-cita. Dia ingin adik-adik di panti mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak sehingga dia pun memilih menjadi dokter anak.
Hari itu dia baru saja pulang setelah lembur sampai jam dua belas tengah malam. Karena hari itu dia tidak membawa motor, dia harus rela menunggu angkutan umum di depan rumah sakit tempatnya bekerja.
Sampai jarum jam berputar menunjuk angka satu, Safia tidak kunjung mendapatkan tumpangan, akhirnya dia memilih berjalan kaki menuju panti asuhan yang menjadi rumah kebanggaannya.
Akan tetapi, saat diperjalanan tiba-tiba dia dikepung oleh empat orang preman yang berjalan sempoyongan. Jelas terlihat bahwa keempat pria itu tengah berada di bawah pengaruh minuman keras.
Safia berusaha menghindar tapi keempat pria itu sudah keburu menangkapnya. Saat salah seorang dari mereka ingin melecehkannya, tiba-tiba sebuah lampu mobil menyoroti mereka semua.
Seorang pria bertubuh tinggi kekar turun dari mobil, dengan gagahnya dia berjalan menghampiri mereka dan melayangkan bogem mentah pada satu persatu pria itu bergantian.
Karena keempat preman itu tengah mabuk berat, tidak seorangpun yang dapat melawan hantaman dan terjangan dari pria itu. Keempatnya tergeletak di pinggir jalan.
Ya, pria itu adalah Salman. Dia yang sudah membantu Safia dan menyelamatkan masa depannya, lalu membuka jas yang melekat di tubuhnya dan membungkus tubuh Safia yang sudah gemetar ketakutan.
Salman membawa Safia ke mobil dan mengantarnya pulang ke panti asuhan.
Sejak malam itu, keduanya mulai berhubungan baik dan saling berkomunikasi melalui telepon genggam.
Hingga pada suatu hari Salman mengungkapkan rasa cintanya pada Safia. Tidak hanya itu, dia juga melamar Safia di depan rumah sakit. Banyak mata yang menjadi saksi keseriusan Salman pada gadis itu.
Flashback Selesai
Kini semua kenangan itu tidak akan mampu mengembalikan kepercayaan diri Safia. Dia benar-benar hancur setelah apa yang dilakukan Salman padanya.
Dengan langkah tertatih, Safia menguatkan diri memasuki kamar mandi. Dia mengunci pintu dan berdiri di bawah shower, membiarkan tubuhnya diguyur air seiring bening kaca yang terus berjatuhan di pipinya.
Semua rasa sakit yang diciptakan Salman membuat hati Safia hancur berkeping-keping, dia tidak menyangka akan menjadi budak pelampiasan nafsu dari suaminya sendiri.
Apa kesalahan yang sudah dia lakukan pada Salman? Kenapa pria itu begitu tega memperlakukannya seperti seekor binatang?
Dengan tubuh yang sudah menggigil kedinginan, Safia meringkuk memeluk lututnya, tangisannya pecah menyesali kebodohannya yang hakiki.
Kenapa dia harus jatuh cinta pada pria psikopat seperti Salman? Tidakkah Safia berhak mendapatkan secercah kebahagiaan setelah semua rasa pahit yang dia telan selama ini?
Safia hanya ingin disayang dan dicintai sepenuh hati. Apa dia salah menaruh harapan itu pada Salman?
Lama bercakak dalam pemikiran yang memenuhi otaknya, dunia tiba-tiba berguncang hebat. Tatapan mata Safia mendadak gelap hingga akhirnya tergeletak tak sadarkan diri di lantai kamar mandi. Tubuhnya terus saja diguyur air yang tak henti mengalir.
Apakah sudah waktunya Safia bertemu dengan mendiang kedua orang tuanya? Safia ingin sekali menyerah sampai di sini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Uthie
penasaran dengan kelanjutan berikut nya 👍
2023-05-17
1