Setelah Mika tenang dan berhenti menangis, Alex melepaskan pelukannya dan menyeka pipi wanita itu dengan lembut. "Sudahlah, semua sudah terjadi." ucap Alex lalu membantu Mika berdiri dan membawanya turun ke bawah.
Mika yang merasa bersalah hanya bisa diam sambil mengikuti langkah Alex. Keduanya kembali masuk ke unit apartemen milik pria itu.
Sesampainya di dalam, Alex memapah Mika ke kamar. Dia terpaksa membiarkan Mika istirahat sampai pikirannya kembali tenang. "Tidurlah, aku akan menunggu di luar!" ucap Alex setelah membantu Mika berbaring di atas tempat tidur.
Saat Alex hendak melangkah pergi, Mika menahan tangannya dan menariknya untuk mendekat. ”Jangan pergi!" lirihnya dengan mata sembab sehabis menangis.
Alex nampak canggung berada di kamar yang sama dengan wanita itu, dia takut tidak bisa mengendalikan diri seperti malam itu. Dia tidak ingin melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. "Tidak apa-apa, tidur saja!" ucapnya seraya mengusap rambut Mika.
"Jangan pergi, aku tidak mau sendirian!" pinta Mika dengan air muka memelas.
"Aku tidak pergi, aku hanya akan duduk di luar." jelas Alex yang mulai kehilangan akal. Sulit baginya menolak keinginan Mika disaat-saat seperti ini.
Jujur, Alex masih belum bisa melupakan Mika sepenuhnya. Bagaimanapun dia lah pria pertama yang menyentuh wanita itu pertama kali, tidak mudah untuknya melupakan kenangan indah yang pernah tercipta diantara mereka. Apalagi Mika merupakan cinta pertama baginya.
Jika Alex boleh meminta, dia ingin sekali Mika membuka hati untuknya. Dia bahkan tidak peduli apakah Mika sudah melakukan hubungan yang sama dengan Salman, baginya Mika tetap saja wanita pertama yang mampu meluluhkan hatinya, bahkan menghancurkannya dengan begitu mudah.
"Aku terluka Alex, hatiku hancur karena pengkhianatan yang dilakukan Salman. Aku kecewa, kenapa dia begitu tega menyakiti perasaanku?" lirih Mika yang kembali menitikkan air mata.
Alex yang mendengar itu seketika tersenyum getir. "Bukan kamu saja yang terluka, kita semua juga merasakan hal yang sama. Kamu, aku, Salman, bahkan Safia pun ikut terluka. Tidak ada yang bahagia diantara hubungan ini." ungkap Alex.
Mendengar nama Safia disebutkan, Mika pun menyapu wajahnya dengan cepat lalu mematut Alex dengan intens. "Kamu kenal dengan Safia?" Mika menautkan alis mencari tau kebenaran.
"Ya, kami berdua rekan seprofesi." angguk Alex mengiyakan.
"Apa Safia seorang dokter?" tanya Mika lagi.
"Hmm..." gumam Alex yang lagi-lagi menganggukkan kepala.
"Tapi saat di rumah itu-" Mika sontak terdiam untuk beberapa saat. Dia memang tidak mengenal Safia sebelumnya, tapi dia mengetahui tentang wanita itu dari buku nikah yang dia temukan dan foto kecil yang terpajang di dalamnya.
Mika ingat betul bahwa wanita itu merupakan pelayan yang sempat dia lihat di rumah Salman. Pria itu bahkan menempatkannya di kamar pelayan.
"Aku pikir dia hanya seorang pelayan," imbuh Mika.
"Pelayan?" Alex sontak terkejut mendengar ucapan Mika. Matanya membulat dengan rahang menggeram kesal.
"Mmm... Hari dimana aku tiba, Safia yang menyambut kedatanganku. Dia juga yang menyiapkan makanan dan membereskan kamar Salman. Katanya wanita itu pelayan baru di rumahnya." terang Mika.
Alex yang mendengar itu seketika mengepalkan tangan dengan mata memerah dipenuhi kemarahan.
Jadi Salman menikahi Safia hanya untuk dijadikan pelayan? Memang dasar bajingan sahabatnya itu. Alex tidak bisa menerima ini, dia harus mencegah Salman bertemu dengan Safia. Dia pun menyesal memberitahu keberadaan Safia pada pecundang itu.
Saat Alex hendak pergi meninggalkan kamar, Mika dengan cepat mengejarnya. Wanita itu memeluknya dari belakang, dia tidak mau ditinggal sendirian.
"Mika, tolong lepaskan aku! Aku harus pergi," pintanya dengan suara meninggi.
"Tidak Alex, kamu tidak boleh pergi." Mika tidak mau melepaskan Alex, dia malah semakin mempererat pelukannya.
"Mika, tolong mengertilah! Aku-"
"Jika kamu pergi, aku pastikan hanya mayatku saja yang akan kamu dapatkan saat kembali." ancam Mika yang membuat Alex tidak bisa berkutik. Kepalanya sontak berdenyut memikirkan situasi pelik ini, dia dilema memilih diantara Mika dan Safia. Keduanya merupakan wanita yang pernah dia cintai.
Mau tidak mau, Alex terpaksa mengalah dan berbalik badan. Dia pun membawa Mika ke ranjang dan kembali membantunya berbaring. "Aku tidak akan pergi, sekarang tidurlah!" ucapnya dengan berat hati.
"Hmm..." gumam Mika menurut, tangannya masih setia menggenggam tangan Alex dengan erat. Dia takut Alex mencuranginya dan pergi saat dia tertidur.
Sembari menunggu Mika benar-benar terlelap, Alex meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Dia mencoba menghubungi Salman tapi panggilannya sama sekali tidak dijawab.
Khawatir memikirkan keadaan Safia, dia pun menghubungi Lia detik itu juga. Dia harus tau bagaimana keadaan yang terjadi di sana. Dia berharap Salman belum tiba di rumahnya, dengan begitu dia bisa meminta sang ibu untuk menyembunyikan keberadaan Safia.
Akan tetapi usaha Alex agaknya tidak sejalan dengan keinginannya, Lia berkata bahwa Salman baru saja memasuki kamar Safia setelah meminta izin.
Awalnya Lia terkejut melihat kemunculan pria itu. Dia sama sekali tidak tau bahwa Safia merupakan istri Salman, dia sudah cukup lama mengenal pria itu dan tidak ada alasan baginya untuk menolak kedatangan pengusaha muda itu.
Alex yang mendengar penjelasan sang ibu seketika terdiam tanpa bersuara. Nampaknya semua sudah terlambat, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu kabar terbaru dari Lia.
Di kamar yang ditempati Safia, Salman mematung menatap wajah polos istrinya yang sangat meneduhkan hati. Matanya seketika berkaca dengan jantung berdegup kencang tak beraturan.
Tidak berselang lama, Salman memberanikan diri menghampiri istrinya itu. Dia duduk di tepi ranjang dan mematut Safia dengan intim, rasa penyesalan itu semakin kuat mengikat hatinya. Bodohnya dia karena sudah tega menyia-nyiakan istri secantik Safia dan memperlakukannya dengan buruk.
Perlahan Salman semakin mendekat, dia mengikis jarak dan mengecup kening Safia dengan lembut.
Merasa ada yang menyentuh dahinya, Safia menggeliat dengan sedikit desa*han yang lolos dari mulutnya. Tanpa sadar dia pun memeluk lengan Salman dan mendekapnya erat. Salman sendiri terkejut dan kesulitan menjauhkan diri. Tubuhnya terjebak di atas tubuh ringkih istrinya itu.
Karena tidak ingin mengganggu tidur Safia yang sangat pulas, Salman akhirnya memilih berbaring di samping istrinya itu. Membiarkan Safia memeluknya dan bersandar di dadanya.
Seketika hembusan nafas Safia yang hangat membuat jantung Salman bergemuruh kencang, dia sendiri tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya.
Salman pun mengangkat kepala Safia perlahan dan merentangkan sebelah tangannya. Dia menjadikan ketiaknya untuk menopang kepala Safia lalu mendekapnya dengan erat.
Salman tidak peduli bagaimana reaksi Safia saat bangun nanti, yang jelas dia hanya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk berdekatan dengan istrinya. Mencoba menebus waktu yang sempat terbuang sia-sia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
SR.Yuni
Gue paling benci sama wanita yg dikit2 ngancem bunuh diri, dan si laki2 pekok manut saja.....
2023-09-16
0
Sriutami Utam8
hmmm kmrin" kmu siksa hbis" n skrg cri ksmptn dlm ketertakberdayaan dasar laki" munafik dn kejam npa bru nyesel skrg
2023-03-24
1