Bab 14.

Salman meninggalkan rumah dan memulai pencariannya ke setiap jalanan yang dia lewati. Sembari fokus menyetir mobil, kepalanya celingak celinguk ke sisi kiri dan kanan bergantian.

Dimana ada keramaian, di situ dia turun dan bertanya pada beberapa orang sembari memperlihatkan foto Safia yang ada di tangannya. Akan tetapi tak seorangpun yang melihat keberadaan istrinya.

Salman rasanya bingung harus mencari Safia kemana lagi. Hingga akhirnya pikiran pria itu tertuju pada rumah sakit tempat Safia bekerja.

Ya, meski tidak terlalu yakin bisa menemukan Safia di sana, setidaknya Salman harus mencoba terlebih dahulu. Sukur-sukur Safia memang ada di tempat itu.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam, Salman akhirnya tiba di basement rumah sakit. Dia memarkirkan mobil dan turun terburu-buru.

Di lobby rumah sakit, Salman menghampiri unit administrasi untuk menanyakan keberadaan Safia kepada suster yang berjaga. Akan tetapi usahanya sama sekali tidak membuahkan hasil. Seorang suster mengatakan bahwa Safia sudah lama tidak bertugas.

Dengan raut kekecewaan yang mendalam, Salman berjalan ke luar dengan langkah gontai. Dia kehilangan akal mau mencari Safia kemana lagi.

Pada akhirnya, Salman kembali masuk ke dalam mobil dan memacu laju kendaraannya dengan kecepatan tinggi.

Selang beberapa menit, mobil Salman kembali berhenti di sebuah basement. Kali ini bukan rumah sakit melainkan apartemen yang cukup mewah.

Setelah mematikan mesin, Salman turun dan melangkah masuk menuju lift. Selepas memasuki ruang kecil berbentuk kotak itu, dia menekan tombol naik menuju lantai lima.

Tidak butuh waktu lama bagi Salman untuk tiba di lantai yang dia tuju. Sesaat setelah keluar dari lift, langkahnya mengayun menuju unit seorang sahabat yang tak lain adalah dokter Alex.

Ya, meski selama ini Salman memiliki pergaulan yang cukup luas dan dikenal memiliki banyak teman, namun hanya Alex lah satu satunya sahabat yang sangat dia percaya. Jarang sekali ada rahasia diantara mereka berdua.

Salman merasa sangat membutuhkan teman curhat, dia ingin berbagi dan mencari solusi untuk masalah yang sudah dia ciptakan sendiri. Dia juga sangat menyesal menjadikan Safia istri pelampiasan dendamnya.

Tidak lama setelah menekan bel, Alex muncul dalam keadaan bertelanjang dada. Sontak dia terkejut menangkap kedatangan Salman yang begitu tiba-tiba.

Tanpa berbasa-basi, Salman langsung saja menyelonong masuk tanpa permisi, tentu saja sikapnya itu membuat Alex kebingungan.

"Dasar tidak sopan!" umpat Alex merutuki sahabatnya itu. Dia pun menutup pintu dan menyusul Salman yang sudah duduk di sofa.

"Tumben, rasanya sudah lama sekali apartemenku ini tidak melihat muka kusut mu itu." imbuh Alex seraya duduk di hadapan Salman. Dia sengaja bersikap santai seolah-olah tidak tau apa-apa untuk menyembunyikan kekhawatirannya.

Salman mematut Alex sejenak kemudian menghirup udara sebanyak-banyaknya. Dia mengatur nafas sebelum memulai pembicaraan dengan sang dokter. "Aku butuh bantuanmu," ucap Salman dengan tatapan sendu.

ALex mengerutkan kening mendengar itu. "Bantuan apa?"

Sebelum melanjutkan perkataannya, Salman meluruskan duduknya terlebih dahulu lalu mengusap wajah dengan kasar. "Tolong bantu aku mencari Safia. Aku harus bertemu dia, banyak hal yang ingin aku bicarakan dengannya."

Lagi-lagi Alex mengernyit. "Kenapa harus aku?"

"Karena hanya kau lah yang bisa aku percaya." jawab Salman lugas.

Seketika Alex bergeming dengan pandangan menggelap. Apa dia salah menyembunyikan Safia dari Salman? Tapi bukankah Safia sendiri yang tidak ingin bertemu dengan suaminya itu? "Maaf, akhir-akhir ini aku terlalu sibuk di rumah sakit. Aku tidak bisa membantumu," alibi Alex menolak permintaan Salman.

"Jangan bohong, aku tau kau tidak sesibuk itu. Bahkan jika kau berniat membantuku, aku bisa saja memberimu kesempatan mengambil cuti. Kau tenang saja, aku tidak akan memotong gajimu." tukas Salman menatap lekat wajah Alex.

"Ini bukan perihal gaji, tapi-"

"Kau tau sendiri bahwa aku tidak suka pada penolakan. Ingat, karirmu sedang di atas angin. Jika kau berani membantahku, bersiaplah untuk kembali menjadi pecundang!" gertak Salman dengan nada mengancam.

Kali ini Alex benar-benar diam seribu bahasa. Dia tidak ingin Salman menghancurkan impian yang sudah dia kejar dengan susah payah.

Agaknya posisi Alex tengah terombang-ambing diterpa badai yang sangat dahsyat. Entah apa yang akan terjadi jika Salman tau bahwa Safia saat ini tengah berada di rumahnya.

"Diantara aku dan Safia ada sedikit kesalahpahaman yang tidak bisa aku katakan padamu. Intinya aku ingin Safia kembali, aku harus memperbaiki kesalahan yang sudah aku perbuat." imbuh Salman dengan tatapan gelap dipenuhi awan hitam. Sepertinya hujan akan segera turun di ruangan itu.

"Memangnya apa yang sudah kamu lakukan padanya?" Alex mengernyit. "Melihat Safia yang ketakutan saat di rumah sakit malam itu, aku curiga bahwa kau sudah memperlakukannya dengan sangat buruk." Alex memberanikan diri untuk bertanya.

"Ya, aku akui aku salah." Salman mengangguk lemah. "Aku ingin Safia mendengar penjelasanku, aku menyesal bertindak gegabah tanpa menyelidiki kebenaran terlebih dahulu. Aku benar-benar ingin meminta maaf padanya." imbuh Salman menitikkan air mata. Seumur-umur baru kali ini dia menangis hanya karena seorang wanita, wanita yang bahkan tidak dia cintai sama sekali.

Melihat air muka Salman yang dipenuhi rasa penyesalan, Alex mendadak dilema diantara dua pilihan yang sangat sulit. Dia bingung harus berkata jujur atau tetap diam menyembunyikan keberadaan Safia.

"Kalau aku boleh tau, apa yang akan kau lakukan jika berhasil menemukan Safia? Bukankah kau sudah memiliki Mika, bahkan aku melihatmu bersamanya di mall. Apa kau pikir Safia tidak akan kecewa jika mengetahui itu? Saranku, lebih baik ceraikan saja Safia. Kau bisa bebas bersama Mika setelah itu." ucap Alex.

Mendengar itu, Salman tiba-tiba tersenyum kecut. "Aku akan mengurus Mika nanti, intinya aku hanya ingin berbicara empat mata dengan Safia."

"Apa itu artinya kau tidak akan menceraikan Safia?" tanya Alex penasaran, dia sangat berharap Salman akan mengatakan iya.

"Tidak, aku tidak akan menceraikan Safia." geleng Salman.

Alex yang mendengar itu sontak terhenyak dengan dada bergemuruh kencang. Jika Salman sudah berkata seperti itu, maka artinya Safia tidak akan pernah menjadi seorang janda. Alex tidak akan mempunyai kesempatan untuk mendekatinya.

"Apa kau yakin tidak akan menyakiti Safia lagi?" Alex bertanya dengan tatapan mengintimidasi.

"Tentu saja yakin," sahut Salman tegas.

"Tapi bagaimana dengan Mika? Bukankah kalian berdua tinggal bersama?" tanya Alex lagi.

"Tidak, aku sudah menempatkan Mika di apartemen. Aku tidak bisa tinggal bersamanya. Hanya Safia yang boleh tinggal di rumah itu." ungkap Salman.

Alex yang mendengar itu seketika menghela nafas lega. Dari tatapan dan cara Salman berbicara, dia bisa mengambil kesimpulan bahwa Salman bersungguh-sungguh.

Mau tidak mau, Alex terpaksa memberitahu bahwa Safia saat ini ada bersamanya. Alex tidak mungkin menjadi pria egois hanya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia juga tau bahwa Safia mencintai Salman, sulit baginya untuk menggantikan Salman di hati wanita itu.

"Safia ada bersamaku. Aku membawanya ke rumah Ibu karena dia tidak memiliki tempat tinggal. Aku menemukannya di jalan, aku tidak mungkin membiarkan dia sendirian. Aku takut penyakitnya kambuh," ungkap Alex jujur.

Seketika raut muka Salman yang tadinya sendu, kini berubah memerah dibakar api kemarahan. Tidak hanya matanya yang menajam tapi tangannya ikut mengepal hingga buku-buku jarinya memutih.

Ingin sekali dia memukul Alex detik ini juga tapi tiba-tiba suara bel membuat Salman mengurungkan niat untuk menghajar sahabatnya itu.

Alex yang melihat itu hanya bisa tersenyum dan segera bangkit dari duduknya. Dia melangkah menuju pintu dan membukanya.

"Mika?" Alex sontak terkejut melihat kedatangan wanita itu.

Salman yang menyusul ke pintu ikut terkejut menangkap muka kusut kekasihnya. Beberapa detik kemudian dia mempersilahkan Mika masuk lalu memilih pergi meninggalkan apartemen itu.

Untuk saat ini urusan Mika tidak lagi menjadi prioritasnya, dia hanya ingin tiba di kediaman Lia sesegera mungkin. Dia harus bicara dengan Safia dan membujuknya agar mau pulang bersamanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!