Makanan apa nih? Masa' gue makan beginian? Batin Jefran melihat di meja hanya ada singkong rebus dan rebusan lain.
Divya keluar kamar sudah berganti pakaian mengenakan celana panjang dan kaus serta jaket tipis. Rambutnya diikat.
"Kenapa?" Tanyanya melihat Jefran cemberut.
"Nggak ada makanan lain? Aku nggak suka makanan ini."
"Ini makanan yang dikasih Mang Beben."
Jefran cemberut lagi duduk di meja makan.
Divya jadi kasihan juga sejak kemarin semua dikeluhkan. Ia sadar suami nyebelinnya ini dari kalangan atas, dan anak tunggal. Wajar manjanya minta ampun.
"Ya udah jangan cemberut gitu. Aku masakin nasi goreng ya, kamu duduk di depan aja, hirup udara segar pedesaan. Dijamin mood kamu membaik deh." Divya mengambil bakul nasi dan berbalik ke dapur.
Penasaran Jefran membuka pintu.
Angin sepoi-sepoi menyambutnya membuatnya menarik napas.
"Bener juga, udaranya seger." Ia duduk di teras memperhatikan suasana sekitar.
Penduduk sudah mulai beraktivitas. Ada yang membawa cangkul siap ke sawah dan kebun. Ada yang membawa bakul berisi sayuran.
Jauh berbeda dengan di kota.
Melihat suasana berbeda itu sedikit menghibur hatinya yang masih panas mengingat Fiona yang sudah menipunya. Namun ia masih menyukai gadis itu.
Divya muncul membawa dua piring nasi goreng dan dua gelas teh hangat.
"Makan dulu. Mumpung masih hangat." Divya memberikan sepiring pada Jefran.
Langsung saja Jefran mencicipi nasi goreng buatan Divya dan berbinar. Enak juga masakannya, beda sama masakan Bi Esih, batinnya.
Jefran makan lahap. Tidak ada keluhan lagi membuat hati Divya menghangat.
Divya kasihan Jefran mengeluh terus sejak semalam. Ia tahu Jefran masih kecewa pada pernikahannya dengan Fiona yang gagal.
Dan sudah tugasnya sebagai istri harus menemaninya, berusaha agar Jefran melupakan kejadian buruk.
Tak lama Jefran menghabiskan sarapannya dan meneguk teh nya dengan nikmat. Perutnya kenyang dan menghangat karena terisi makanan asli. Kalau ia hanya makan rebusan seperti yang dihidangkan, bisa-bisa pingsan kelaparan.
Divya membawa piring kosong ke dapur dan mengunci pintu.
"Yuk pergi."
"Ke mana?"
"Ke counter. Kamu pengen HP kamu ada sinyal internet kan?"
"Jauh nggak?"
"Nggak jauh kok. Sambil jalan jalan."
Jefran menurut dan berjalan bersama Divya menelusuri jalan setapak yang berbatu.
"Duuhh kok becek jalannya? Sepatuku jadi kotor." Jefran mengeluh lagi.
"Nanti aku yang cuci sepatu kamu."
"Kenapa nggak naik mobil aja?"
"Lebih asyik jalan kaki, tau. Tuh kamu liat deh pemandangannya. Lebih asri, lebih tenang daripada di kota. Kapan lagi kamu lihat pemandangan begini? Di luar negeri juga belum tentu lebih seru."
Jefran tidak mengeluh lagi, mengikuti langkah Divya melewati kebun dan tangga berbatu.
Cukup jauh berjalan, melewati jembatan gantung yang menghubungkan dua desa. Tiba mereka di counter desa seberang.
"Mau ke counter aja sampai nyeberang desa?" Komentar Jefran.
"Makanya, kita nggak bisa pake mobil. Sini biar aku yang beliin kartunya. Mana HP kamu."
Jefran memberikan HP-nya sambil memperhatikan keadaan sekitar. Suasana desa yang masih bersih, jauh dari polusi.
Banyak sawah dan kebun yang menjadi sumber pekerjaan warga kampung.
"Nih udah aktif internetnya." Divya memberikan HP Jefran.
"Thanks." Jefran membaca chat masuk.
Tapi belum ada kabar soal Fiona.
"Kirim kabar ke Mama dan Papa. Semalam kita sampai, tapi baru bisa kasih kabar."
"Iya bawel." Jefran mengirim pesan pada Mama sudah sampai di kampung.
Tak lama Mama membalas.
#Mana fotonya?#
"Duuhh Mama ribet amat sih pake minta foto?" Keluh Jefran.
"Ya udah sih tinggal foto aja. Nyenengin Mama nggak ada salahnya kan? Sini selfie bareng." Divya mengambil HP Jefran dan mengarahkan kamera.
"Senyum. Jangan cemberut."
Jefran menarik seulas senyum sambil merapatkan kepala mereka. Persis suami istri yang bahagia. Berpose dengan latar pedesaan yang asri.
"Udah ni. Kirim ke Mama."
Begitu foto dikirim, Mama mengirim emoticon love berkali kali.
"Jef, sekarang kita jalan jalan ke pasar yuk?"
"Ngapain di pasar? Kotor tau."
"Iihh siapa bilang? Asyik tau. Banyak jajanan. Kamu pasti belum pernah kan ke pasar?"
"Ya emang belom pernah. Paling juga ke pasar swalayan."
"Makanya, ayo kita jalan jalan ke pasar!"
Baru Jefran mau menolak, Divya sudah menarik tangannya menuju pasar yang berjarak cukup jauh.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments