POV Zahra
Aku hanya bisa menelan ludah tanpa haus, mendengar apa yang ibu Ayu katakan padaku. Tentang ayah, ibu nggak tahu saja kalau ayahku sudah meninggal sudah lama sekali. Ya biarpun ibu Ayu menganggap ayahku masih hidup itu terserah dirinya saja.
"Iya juga ya, tapi disini sinyalnya kelak," alasanku.
Aku tidak mau kalau ibu curiga oleh jawabanku. Aku tidak ingin membuat wanita yang ada di hadapan ku shock.
"Kamu harus bersyukur memiliki ibu dan ayahmu yang baik, mereka teladan kamu, ikuti jejak langkahnya." ibu Ayu menyentuh tanganku lembut.
Mendengar itu aku ingin sekali bersimpuh di kakinya, di bawah kaki itu ada surga ku, surga yang akan membawa aku pada dunia yang indah. Tapi aku hanya bisa tersenyum pahit, kalau ayah ada mungkin aku tidak akan pernah pergi di desa yang sejuk itu.
"Kamu lihat Ana, Ana nggak pernah merasakan kasih sayang ayahnya. Jadilah anak yang bersyukur ya!" ujar ibu Ayu.
Mataku langsung berembun mendengar kata kata ibu, ada perasaan yang tidak dapat aku ungkapkan. Mungkin bukan Ana saja yang harus kehilangan ayah, ibu dan juga aku yang harus kehilangan ayah. Ya aku tidak sia sia datang ke desa itu, desa yang mempertemukan aku pada wanita hebat. Wanita yang tegar yang harus kehilangan anak dan suami.
"Iya, Bu. Aku akan selalu ingat apa yang ibu katakan." kataku terharu.
Kalau saja misi ku telah selesai aku hanya ingin mengatakan pada semua orang kalau aku bukan Zahra. Aku juga tidak tahu siapa Zahra, dan kenapa nama Zahra itu harus dipakai oleh aku?
"Ibu nggak tahu kalau kamu sudah nggak ada disini lagi, ibu sebenarnya nggak mau kehilanganmu," kata ibu Ayu menatapku.
Mata kami bertemu dan disana ads telaga yang indah banget. Aku hanya tersenyum samar saja melihat keteduhan wajah ibu di hadapan ku.
"Ibu kan ada Ana, dulu juga ibu berang Ana kenapa kalau nggak ada Zahra gitu?" tanyaku heran.
"Kamu tahu nggak sejak ketemu kamu, ibu sepertinya ikhlas kalau Anin pergi asal kamu jangan pergi jauh dihadapan ibu," ibu Ayu menerawang.
"Memang dulu ibu pernah bicara kalau ibu nggak akan ikhlas meninggal kalau ibu belum.ketemu Anin, tapi sejak kamu datang bayangan Anin hilang begitu saja," lanjut ibu Ayu sendu.
Deg!
Hatiku bergetar saat mendengar apa yang ibu Ayu katakan dihadapan ku. Aku hanya bisa termanggu saja, memang aku bukan Zahra. Aku hanya mengunakan nama Zahra saja. Aku hanya tersenyum pada ibu Ayu, ada perasaan yang perih saat kata kata itu keluar di mulut wanita yang aku rindukan.
'Bu, peluk aku seperti ibu memeluk aku dulu, Bu aku bukan Zahra,' bisik hatiku.
Tiba tiba aku langsung mengusut cairan bening yang keluar di pelupuk mataku. Aku takut kalau ibu Ayu melihat cairan yang keluar dan membasahi pipiku, aku takut wanita itu curiga padaku.
"Kalau saja Ana seperti nak Zahra yang memiliki lengkap orang tua, mungkin Ana?"
"Sudah bu, Ana bahagia kok bersama ibu. Ibu wanita yang tegar jadi Ana juga menjadi wanita yang tegar juga," kataku tersenyum.
"Kalau saja kamu jadi anak ibu," bisik ibu Ayu sendu.
"Ibu bahagia bersama kamu," lanjutnya.
Aku tidak bisa mengatakan apa apa pada ibu Ayu, entah kalau wanita itu tahu kalau aku bukan Zahra. Aku tidak bisa membayangkan sama sekali, reaksinya, begitu juga dengan Ana.
🦋
"Rey! Apa yang aku duga memang dia yang membunuh ayah!" tangis seorang gadis di pelukan Rey.
Rey yang tidak menyangka langsung membalas pelukan Anin. Ia hanya diam saja mendengarkan apa yang diceritakan oleh Anin, ia juga shock dugaan Anin memang benar sekali kalau dalang semuanya adalah Darman.
"Kamu harus sabar Nin, kita juga harus mencari bukti yang kuat dan bisa menceritakan semuanya lada polisi." kata Rey menenangkan Anin yang menangis..
Ya Anin yang disangka telah meninggal sebenarnya ia bisa menyelamatkan diri dari kejahatan yang membuat keluarganya berantakan.
"Aku harus bagaiamana Rey?" tanya Anin menatap laki laki yang dicintainya.
Ya Rey adalah orang yang pertama yang tahu siapa dirinya selain orang tua angkatnya. Rey juga lah yang memotivasi dirinya untuk mengingat semuanya yang terjadi, sampai nama baru itu disandang olehnya. Awalnya ia tidak ingin menyandang nama baru yang diberikan oleh orang tua angkatnya.
Tapi dari Rey lah ia mengikuti apa yang dikatakannya.
"Namamu tetap Anin kok, kamu bukan siapa siapa tapi Anin anak pak Hamdi dan ibu Ayu." ujar Rey mengusap rambutnya.
"Aku bakal panggil nama kamu dengan sebutan Anin disaat kita berdua," lanjut Rey waktu itu.
Apa yang dikatakan Rey terbukti juga. Rey orang pertama yang tahu dan yang selalu memanggil nama Anin sedangkan orang lain memanggil dengan nama yang lainnya. Tapi hatinya tetap bernama Anin. Nama pemberian ayahnya.
"Aku nggak nyangka kalau laki laki itu membunuh ayah, bajingan sih!" sembur Anin dengan mata berkilat.
Ada perih dalam hatinya, saat nama pembunuh itu disebut. Ia semakin tidak suka sama orang itu apalagi istrinya.
"Kamu masih ingat kejadian itu?" tanya Rey menatap Anin.
"Samar samar sih! Nggak begitu jelas, tapi aku masih ingat nama namanya saja." kata Anin.
"Masih seperti punzle punzle saja nggak utuh," lanjut Anin membalas tatap mata Rey.
"Mungkin kalau ada yang cerita secara utuh aku bakal mengingat nya, tapi siapa yang mau menceritakan cerita ini?"lanjut Anin..
Apa yang diucapkan oleh nya memang benar sekali, sebenarnya ia ingat kejadian itu tapi nama dan kejadiannya masih sepotong sepotong ya mungkin kerena ia masih terlalu kecil untuk berpikir masalah berat. Jadi otaknya masih belum konek masalah berat, Rey hanya bisa mengangguk saja. Memang untuk mengingat masa kecil agak susah sih apalagi kejadian yang berat, kejadian ringan juga kalau dipikirkan menjadi beban. Apalagi kejadian pembunuhan yang terjadi diusia yang masih belia.
Ys masih untung gadis itu tidak mengalami geger otak atau amnesia kerena saking beratnya beban yang ditanggung oleh Leh otak itu sendiri. Rey langsung memeluk tubuh gadis yang ia sayangi sejak kecil ia merasa heran pada dirinya sendiri yang selalu ingin melindungi dan mencurahkan kasih sayang nya pada Anin.
"Aku benar benar buntu Rey, aku harus bagaimana mencari tahu titik temu kejadian itu? Aku hanya ingat sepotong sepotong," kata Anin dalam pelukan Rey.
"Semoga saja ada orang yang bisa kita cari tahu dsn merahasiakan semuanya, keberadaan kamu yang terpenting dari uwa kamu itu." Rey menguatkan hati Anin.
"Kita bisa mencari tahu tapi aku ragu kalau misal kita terbuka dengan dirinya?" ujar Anin seperti bicara pada dirinya.
"Uwa Iyan dan istrinya. Beliau tahu tentang aku, aku sayang pada mereka, dsn mereka lah yang selalu jaga aku." Anin terbayang pada tingkah laku uwa Iyan lada dirinya.
Rey mengangguk anggukan kepalanya, ia pernah bertemu di suatu tempat itu juga dengan Ana dan Zahra. Ia menghela nafas panjang, ingat pertemuan dengan uwa Iyan yang benar benar sayang lada Anin terbukti dari sorot mukanya.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
TK
bunga untuk Thor ✍️
2023-04-10
0
👑Arsy Al'Fazza🌿
the best
2023-03-22
1