"Anin!"
Ketiga orang saling pandang satu persatu. Panggilan nama Anin bergema di sebuah kebun yang tidak jauh dari pemukiman penduduk desa X. Tiga orang yaitu Zahra, Rey dan Ana saling tatap satu sama lainnya.
Wajah Rey memucat seketika mendengar nama Anin dipanggil beberapa kali oleh orang itu. Suaranya begitu nyaring dan kuat terdengar keras dan melengking. Tidak lama kemudian mereka melihat seorang laki laki usia 75 tahunan berjalan kearah mereka bertiga.
"Kalian melihat seorang gadis berlari kesini?" tanya pria itu menatap wajah ketiga orang yang ada di gubug tua.
"Gadis? Kami nggak melihat, kami disini sudah lama?" tanya Ana heran..
Ya mereka sudah 1 jam berada di sini, tapi menurutnya tidak ada orang lain yang datang maupun pergi. Ana menatap wajah kedua temannya dengan herannya, begitu juga dengan Zahra ia sangat terkejut kalau ada seorang gadis yang berlari kesini hanya untuk menyembunyikan diri dari kejaran pria itu!
"Saya nyakin Anin yang tadi saya lihat nggak mungkin kalau saya salah lihat," ujar pria itu dengan tajam memandang ketiga orang yang ada disana.
"Uwa kata siapa?"
Sedangkan Zahra saling pandang dengan Rey, Zahra hanya mengelangkan kepala nya pada Rey ya Zahra tidak tahu siapa laki laki yang ada dihadapannya. Ia menatap wajah Ana. Kerena Zahra mendengar kalau Ana memanggil nama uwa ke pria yang ada dihadapannya. Ia langsung menduga kalau pria yang ada dihadapannya adalah orang yang diceritakan oleh Ana yaitu uwa Darman.
"O, ya. Uwa ini teman Amandari kita namanya Zahra dan Rey, ini ua Iyan." kata Ana memperkenalkan Zahra dsn Rey pada uwa Iyan yang mencari sosok Anin ditempat itu.
Pria itu hanya diam memandang wajah Zahra dan Rey saling bergantian satu sama lainnya, tatapnya begitu lembut menyentuh hatinya Zahra, ia merasakan itu semuanya.
"Kamu Anin?" tanya Uwa Iyan menatap Zahra.
Zahra melonggo mendengar pertanyaan pria yang tidak dikenalnya tiba tiba pria itu malah menyangka kalau Zahra itu Anin.
"Ua, dia pustakawan disini, jadi nggak mungkin kak Anin." sanggah Ana cepat.
"Terus kalau dia bukan Anin mengapa dia ada disini?" selidik uwa Iyan heran.
"Ana yang bawa ke tempat ini, Ana hanya ingin tahu sebenarnya kak Anin itu masih ada atau sudah nggak ada? Kalau kak Anin masih hidup mungkin kak Anin bakal kesini," kata Ana.
Apa yang Ana katakan bisa diterima oleh ua Iyan dan Zahra maupun Rey. Uwa Iyan mengangguk angguk kepala mendengarkan apa yang Ana katakan, ya apa yang ia katakan oleh uwa Iyan bisa ditelaah. Kerena kejadian pembunuhan ini terjadi di tempat ini, dimana tubuh pak Hamdi harus hancur oleh sabetan parang yang melukai tubuhnya.
Sebenarnya ua Iyan juga mengetahui kejadian itu hanya Anin yang tahu pembunuhan yang menghabiskan nyawa ayahnya. Tapi sampai sekarang Anin telah raib entah siapa yang membawanya, atau bisa jadi Anin di bunuh kerena siapa tahu ia jadi saksi dari pembunuhan itu.
"Na, ua nyakin kalau Anin tahu semuanya, kejadian itu yang membuat Anin Seperi nya pergi jauh dari desa ini?" ujar Ua Iyan berpikir atas kepergian Anin.
"Tapi kenapa uwa tadi bilang kalau kak Anin tadi kesini?" tanya Ana heran.
Pria itu lanhsung diam menatap wajah Ana tajam, sebelum menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Ana. Pria itu menghela nafas panjang sekali.
"Ua tadi Seperi melihat kakakmu menjenguk ua di sawah, apalagi sekarang musim rambut singkong. Anin suka sekali bakar singkong!" ujar uwa Iyan menerawang.
Zahara dan Rey hanya diam saja mendengar percakapan yang terjadi diantara Ana dan pria yang memperkenalkan dirinya sebagai ua Iyan. Zahra tidak ingin ikut campur atas pembicaraan mereka, apalagi menceritakan seorang bernama Anin. Apalagi ia sama sekali belum.oernah ketemu dengan Anin jadi wajar kalau ia sama sekali hanya tahu nama gadis yang dipanggil kakak oleh Ana.
Zahra hanya mendengarkan kalau Anin sewaktu sebelum menghilang usianya baru 6 tahun, seorang bocah kecil yang harus melihat kejadian itu, kejadian yang pastinya membuat hatinya takut dan ngeri apalagi pembunuhnya ada dihadapannya.
"Pak, maaf boleh saya bicara?" tanya Zahra memotong pembicaraan uwa Iyan dan Ana..
"Ya apa yang kamu ingin bicarakan sama saya?"
"Kata bapak tadi lalu Anin melihat pembunuhnya, lalu Kemana ibunya waktu peristiwa itu terjadi?" tanya Zahra heran.
Iwak Iyan menatap wajah Zahra dengan tajamnya, pertanyaannya yang bagus bisik pria itu.
"Kalau nggak salah ibu Ayu dan Ana waktu kecil ke klinik kerena Ana sakit! Jadi ibu Ayu membawa Ana yang sakit kesana, awalnya Ibu ayu akan membawa Anin tapi gadis kecil itu nggak mau, akhirnya Anin ditinggal di rumah bersama ayahnya." kata Ua Iyan menjelaskan.
Ya kerena ia juga yang mengantarkan Ayu ke klinik, kerena suamianya Ayu, Hamdi menunggu Anin di rumah. Tapi waktu kejadian pembunuhan Iyan tidak tahu apa apa hanya menurut cerita pada malam itu pak Hamdi dan Anin yang belum tidur malam, harus berurusan dengan pembunuh.
Zahra hanya mengangguk anggukkan kepala saja mendengarkan apa yang ua Iyan ceritakan, apa yang dipikirkan tentang pembunuhan pak Hamdi berbeda. Ya ia kira kalau keluarga pak Hamdi dibantai sangat keji dan mereka dipisahkan secara brutal tapi nyatanya tidak seperti itu.
Ya kata pria yang ada dihadapannya kalau malam itu ibu Ayu dan anaknya pergi ke klinik, dsn malam itu juga ada orang yang masuk ke dalam rumah membawa pak Hamdi sedangkan Zahra sembunyi, tapi saat pak Hamdi dibawa ke TKP katanya Anin mengikuti di belakang dan di tempat yang sekarang mereka kumpul kejadian pembunuhan terjadi.
Saat Zahra menanyakan apakah ada orang yang melihat Anin mengikuti kalau ayahnya dibawa, ua Iyan hanya diam saja. Kerena memang ia juga tidak tahu sama sekali, ia baru ke tempat itu saat ada warga menyusul ibu Ayu ke klinik mengatakan kalau pak Hamdi dibawa, saat itu ia langsung menyusul pak Hamdi ketempat dimana ditunjukan TKP oleh orang yang melihatnya.
"Jadi kemungkinan Anin mengikuti kemana perginya sang ayah tidak diketahui atau hanya imajinasi penduduk saja?" tanya Zahra kemudian.
"Mungkin hanya imajinasi penduduk saja sih, tapi kalau Anin tidak ikut kenapa ia menghilang?" tanya pria itu seperti menanyakan pada diri sendiri.
"Itu yang kita cari pak. Keberadaan Anin."
Ana dan Rey sekarang saling diam, Ana hahaha mengangguk anggukan kepala saja mendengar apa yang disampaikan oleh Zahra tentang hilangnya Anin.
Jadi ada beberapa versi tersendiri tentang Anin, kata warga setempat Anin juga di bunuh oleh pembunuh ayahnya untuk menghilangkan saksi. Ada jga yang bilang Anin di bunuh dagingnya dikasih ke binatang buas, ada yang bilang Anin dibawa pergi dsn diangkat jadi anak angkat oleh pembunuh, dan sekarang Zahra menyimpulkan kalau Anin hanya sembunyi tapi persembunyiannya jauh sekali.*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Anindya K Setiawan
ceritanya bagus kak🤭terus lanjut ya novelnya, sekali kali mampir dong! ke novel aku
2023-04-18
0