Dua orang sedang berada di sebuah gubug, satu laki laki dan satu seorang gadis mereka seperti sengaja berada disana, gadis itu sedang berdiri sambil menyenderkan pungungnya, tatapan matanya menatap kesebuah tempat dimana sebuah peristiwa beberapa tahun terjadi. Peristiwa dimana ia harus melihat sebuah pembunuhan yang keji.
Sedangkan disampingnya berdiri juga laki laki matanya juga menatap ke tempat itu, ia sama sekali tudkantahu apa apa pada peristiwa yang terjadi, kerena ia bukan berasal dari desa itu.
"Rey, aku lakukan ini aku rindu ibu, aku ingin sekali memeluk ibu tapi aku belum bisa!" tangis gadis itu getir.
"Nin, daripada kamu mengungkap kasus ini lebih baik kamu datangi ibumu," ujar Rey menatap gadis yang ia sukai.
"Nggak! Aku harus mengungkapkan semuanya, aku belum.ikhlas kalau pembunuh ayah masih berkeliaran di tempat itu!" ketus gadis itu.
"Kamu tahu pembunuhnya?" tatap Rey.
"Kakak angkat ayah!" sembur gadis itu.
"Maksudmu?"
"Ayah punya kakak angkat, nenek dan kakek mengangkat anak, kerena iamur mereka hanya beda 2 tahun lebih tua dia, jadi ayah menyebut nya kakak." cerita gadis itu.
Rey hanya terdiam sejenak mengingat laki laki yang pernah ia temui sewaktu pertama kali ia menginjakan kaki ke desa itu, tiba tiba bulu roma nya merinding seketika juga.
"Semuanya kerena kekayaan nenek. Kakak ayah tidak mau kalau harta warisan ayah jatuh pada ayah. Jadi ia merencanakan pembunuhan itu yang aku ingat selebihnya hanya punzle punzle saja, aku tidak bisa mengingat keseluruhannya kerena aku masih kecil.mungkin."
Gadis itu menjelaskan secara detil.pads Rey yang masih mendengarkan apa yang diceritakan oleh dirinya. Mungkin hanya Rey yang bisa mendengarkan cerita dirinya sedangkan orang lain hanya menganggap cerita karangan biasa, dsn ia juga tidak.lernah menceritakan pada orang tuanya. Kerena ia khawatir kalau mereka bakal takut kehilangan dirinya.
Dirinya nyakin sekali kalau orang tuanya takut kalau ia pergi meninggalkan mereka yang telah mengurus dirinya.
"Nin, apa kedatangan kami ke desa ini hanya untuk itu?" tanya Rey.
Gadis itu hanya mengangguk saja. Ia sebenarnya datang dan mengabdi di desa itu hanya ingin tahu saja orang orang yang telah memisahkan dirinya dengan orang tua juga dengan adiknya.
"Aku rindu, Rey aku ingin memeluk tubuh ibu!" lirih gadis itu.
Rey menyentuh bahu gadis itu dengan lembut. "Aku nyakin kamu bisa memeluk ibumu, dan aku nyakin kamu bisa.beekumoul dengan mereka kembali." kata Rey.
"Makasih ya Rey, kamu selalu ada untukku." ucap gadis itu tersenyum.
Rey hanya mengangguk. Gadis itu langsung memeluk tubuh Rey dengan eratnya, Rey juga begitu memeluk tubuh gadis itu dengan erat sekali.
"Yuk kita pulang, takut ada orang yang curiga kalau kita kesini." ajak Rey.
Keduanya langsung meninggalkan sebuah kebun yang sekarang mulai dibuka menjadi pemukiman penduduk tapi gadis itu masih mengingat kalau tempat itu adalah saksi Diaman tubuh pak Hamdi harus merenggang nyawa di antara semak semak itu. Dan tubuh tempat ia dsn Rey berdiri waktu itu adalah sebuah ilalang yang tumbuh subur dan tempat itu adalah tempat dimana ia melihat tubuh ayahnya menghembuskan nafas saat tragedi itu terjadi.
Ya gadis itu masih mengingat dengan jelas pembunuhannya, tapi ia tidak bisa gegabah kerena masih banyak yang harus ia persiapkan untuk bisa tahu siapa siapa yang ada dalam tragedi pembunuhan itu!
🦋
"Kalian kesini mau apa?" tanya ketus ibu Ayu ketika melihat Zahra dsn Rey datang ke rumah.
"Bu, ini Rey teman saya, Rey ingin ketemu dengan ibu," ujar Zahra hatinya berdesir sangat kuat saat melihat wajah ibu Ayu yang begitu ditekuk nya.
Ibu Ayu menatap wajah Rey dengan tajamnya, ia juga melihat Rey dari ujung bawah dsn ujung atas. Wanita itu seperti mencurigai sesuatu, tapi setelah menatap Rey dengan kerasan aneh ibu Ayu langsung duduk di kursi begitu juga dengan Zahra dan Rey.
Sudah seminggu Zahra berada di desa itu, tapi sikap ibu Ayu begitu dingin sekali. Tapi Zahra tidak putus asa, kerena ia kini punya tempat untuk bernaung bukan di rumah kepala desa lagi, tapi dekat perpustakaan. Ya biarpun tempatnya kecil dan sederhana tapi ia senang sekali. Tapi Zahra masih mendatangi rumah ibu Ayu, ia hanya ingin meluluhkan hati wanita itu.
Ya Zahra sebenarnya tahu kalau ibu Ayu itu baik sekali, itu yang ia rasakan setiap hari bertemu dengan ibunya Ana. Wanita itu sering memberikan perhatian biarpun kecil juga, ya mungkin untuk hidup bersama dalam satu bayangan rumah tidak berhasil tapi Zahra tahu kalau ibu Ayu perhatian pada dirinya, ya kerena tiap hari ibu Ayu mengirimkan makanan buat dirinya.
Kalau dibilang aneh sih! aneh juga, masa untuk menempati salah satu kamar di rumah itu ibu Ayu melarang keras, tapi tiap pagi dan sore selalu mengantarkan makanan yang benar benar enak.
"Bu, boleh saya bawa Ana main main di sekitar sini
"Kalian mau bawa Ana main kemana?" ibu Ayu curiga..
"Cuma jalan jalan saja kok Bu, mumpung waktu senggang."
Wanita itu hanya mengangguk. Ibu Ayu memanggil anaknya yang ada di kamar kerena ada Zahra dan Rey yang minta antar ke suatu tempat! Ana yang ada di kamar langsung keluar dan menemui Zahra dsn Rey.
"Bisa antar kakak ke suatu tempat?" tanya Zahra.
"Bisa kok!"
Ketiga nya langsung berangkat tapi sebelum.itu.merrka Salim dulu ke ibu Ayu, melihat itu wanita setengah baya terharu sekali melihat Zahra dsn Ayu Salim. Ada getaran dihatinya yang begitu kuat, tapi ia menepiskan perasaan itu. Matanya memandang kepergian ketiganya, ia menghela nafas panjang saat ketiganya sudah pergi tiba tiba ia seperti kehilangan kembali.
"Kak, kok kakak hapal tempat ini?" heran Ana menatap wajah Zahra.
Ya jalan yang dilalui oleh mereka adalah jalan yang tidak pernah dilalui orang lain, tapi seperti nya Zahra hapal semuanya.
"Aku bukannya halal tapi ingin tahu saja," senyum Zahra penuh arti.
"Ini kan jalan mau ke kebunnya uwa Dirman?" tanya Ana heran. ( uwa panggilan untuk memanggil kakak dari ibu atau bapak/ ayah ).
"Dia itu uwa kamu?" tanya Zahra.
"Iya, tapi angkat kata orang?"
"Maksudmu?"
"Iya uwa Dirman pernah diangkat oleh nenek dan kakek kerena mereka tidak tahu keberadaan orang tua uwa Dirman. Tapi sebenarnya kebun ini milik ayah, hanya uwa Dirman ingin kalau harta ayah pindah tangan," Ana akhirnya menjelaskan.
Rey hanya diam saja. Ia melirik Zahra wanita yang berada di depan nya, Zahra hanya diam saat wajahnya dilirik oleh Rey. Entah Rey melirik Zahra itu apa, atau mungkin Rey tahu kalau memang kebun itu milik pak Hamdi seperti nya Rey tahu siapa Anin yang sebenarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Anindya K Setiawan
jadi Rey tahu tentang Anin? wah jangan jangan nanti dia bilang sama Ana lagi tentang Anin?
2023-04-18
0